Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2009

Mengenal Asam Urat

ASAM Urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini. Bahkan, orang yang masih tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini. Sebenarnya, seperti apa penyakit ini? Apa saja gejala, penyebab, dan solusinya? Serta makanan apa yang menjadi pantangan? Berikut kita akan membahasnya. Yang dimaksud dengan asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari pemecahan sel dalam darah. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit tertentu. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi

Pengemis dan Pemberdayaan

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) telah mnegeluarkan fatwa, mengemis merupakan perbuatan haram. Bagaimana sebenarnya pandangan Islam soal perbuatan mengemis? Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meminta-minta kepada manusia sementara ia memiliki kemampuan maka ia datang pada hari kiamat dengan bekas cakaran atau garukan di wajahnya”. Ada yang bertanya, “Apakah batas kecukupan itu ya Rasulullah?” Belum berkata, “50 dirham atau emas yang seharga dengan itu.” (HR Abu Dawud Tirmidzi, Nasa'i , Ibnu Majah , Ahmad dan Ad Darimi) Secara tegas Rasulullah SAW melarang ummatnya meminta-minta (jadi pengemis), tatkala memiliki kemampuan untuk berusaha dan memiliki kemampuan fisik yang baik. Selain itu, ada hadist lain yang menyatakan Rasulullkah melarang meminta-minta bagi mereka yang memiliki kekayaan 40 dirham atau setara 28 gram perak. (HR Abu Dawud) Dari Sahl bin Hanzhaliyah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meminta-minta sementara ia memiliki kecukupan maka sesungguhnya ia sedang memperb

Menjaga Hak Orang-orang yang Lemah

Oleh: Temu Sutrisno SEBULAN terakhir (September 2009), kita diperhadapkan dengan pemberitaan media cetak dan elektronik, gelandangan dan pengemis (Gepeng) dirazia. Mereka diburu, dikejar dan ditangkap aparat trantib ibukota Jakarta. Berita itu menambah daftar panjang penggusuran rakyat miskin di ibukota Jakarta. Kemiskinan diperhadapkan dengan kekuasaan. Pada saat bersamaan kita juga disuguhkan pemeriksaan kasus korupsi. Anehnya para terdakwa dan tersangka diperlakukan sopan, halus dan bahkan begitu dihormati. Para tersangka dan terdakwa masih bias tertawa dibawah sorotan kamera. Dua perlakuan yang sangat kontradiktif. Bagaimana sebenarnya Islam memandang orang yang lemah? Allah SWT dengan hikmah-Nya telah menciptakan manusia berbeda-beda status sosialnya. Ada yang menjadi pemimpin dan ada yang dipimpin. Ada yang ditakdirkan kaya, ada pula yang miskin. Bahkan ada yang menjadi budak sahaya dan ada yang merdeka. Semuanya dijadikan sebagai ujian bagi hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya:

‘Faksi Sultim’ Kuasai Deprov Sulteng

ANGGOTA DPRD Provinsi (Deprov) dari kawasan timur Sulteng, diprediksi bakal menguasai alat kelengkapan dewan. Politisi dari daerah pemilihan Poso-Touna-Morowali dan Banggai-Bangkep, daerah pemekaran cikal bakal Provinsi Sultim, dalam lobi-lobi politik di Deprov, menempati posisi kunci alat kelengkapan dewan. Gebrakan politisi ‘Faksi Sultim’, ini mulai terlihat dalam penyusunan fraksi. Meski bukan alat kelengkapan dewan, fraksi memiliki nilai tawar politis cukup tinggi. Kebijakan-kebijakan pemerintah Sulteng, dalam beberapa persoalan akan berhadapan dengan ‘restu’ masing-masing fraksi. Dari enam fraksi yang terbentuk di Deprov, empat diantaranya dipimpin politisi asal kawasan timur Sulteng. Fraksi Partai Golkar dipimpin Yus Mangun dari Poso, Fraksi Amanat Pembangunan Bangsa dipegang politisi senior PAN, Basri Sono (Banggai). Dua fraksi lainnya, yakni Fraksi Tadulako dipimpin pentolan PDS, S Pelima (Poso) dan Fraksi PDIP, Huisman Brant Toripalu (Morowali). Hanya Fraksi PKS dan Fraksi Par

Kemiskinan dan Tanggungjawab Negara

LAGI, kita dikejutkan berita kelaparan yang melanda dataran Yahukimo Papua. Ratusan orang telah meninggal dan ribuan warga lainnya dalam kondisi terancam. Beberapa tahun berselang, kelaparan juga melanda wilayah itu. Sementara di wilayah lain, kita menemukan kasus kemiskinan, busung lapar dan gizi buruk. Dalam kondisi seperti itu, apa peran negara dan apa yang harus dilakukan seorang pemimpin? Jika kita mau menengok sejenak ke belakang sejarah Islam tentang khalifah Umar bin Khattab, rasanya kasus mati kelaparan, busung lapar atau kekurangan gizi tidak akan terjadi. Dikisahkan, bagaimana khalifah Umar sangat memperhatikan rakyat kecil. Umar rela mengambil sekarung gandum, sebotol minyak, gula, mentega dan segala macam bahan pangan lainnya dari Baitul Maal. Kemudian, Umar sendiri yang memasakkan dan menghidangkannya untuk seorang wanita tua dan anak-anaknya yang sudah tiga hari tidak makan. Kejadian itu dialaminya, saat malam hari Umar meronda ke perkampungan penduduk, bersama seorang s

Zakat untuk Pemberdayaan Ummat

PADA bulan Ramadhan, ummat Islan selain diperintahkan berpuasa, juga diperintahkan berzakat kepada para fakir dan miskin (dhuafa). Sebenarnya kewajiban membayar zakat tidak terbatas pada zakat fitrah, karena masih ada kewajiban membayar zakat lainnya, seperti zakat penghasilan, zakat profesi, zakat perhiasan, dan lain sebagainya. Ada sejumlah golongan orang yang wajib menerima zakat. Yang utama adalah orang fakir dan orang miskin. Setelah itu musafir (musafirin ), orang yang sedang menuntut ilmu di jalan Allah namun kekurangan biaya (ibnu sabil), orang yang baru masuk Islam (mu'allafah), dan pekerja yang kondisinya miskin (amilin). Penduduk Sulteng yang mayoritas muslim, sebagian hidup dalam kondisi miskin. Berdasarkan data kebijakan umum anggaran (KUA) APBD 2009, kurang lebih 500 ribu jiwa dikategorikan miskin dari total penduduk Sulteng sekira 2,5 juta jiwa. Belenggu kemiskinan mereka inilah yang telah menimbulkan kekurangan gizi, kesehatan yang buruk, rumah-rumah tidak layak hun

Mempererat Silaturrahmi

Oleh: Temu Sutrisno RAMADHAN dan Idul fitri, biasanya dimanfaatkan ummat Islam untuk mempererat tali silaturrahmi. Silaturrahmi merupakan salah satu ajaran dalam Islam yang didalamnya penuh hikmah dan nilai-nilai social yang cukup tinggi. Apa sebenarnya definisi silaturrahmi? Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun-Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang. Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturrahmi apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan. Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Inilah keunikan Bahasa Arab, satu kata saja sudah dapat menjelaskan definisinya sendiri tanpa bantuan kata-kata lain. Dengan demikian Silaturrahmi atau Silatu

Pentingnya Muhasabah Diri

ORANG yang cerdas adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah. Bertambah umur, harus makin berhitung, hal apa yang harus ditinggalkan, diperbaiki dan ditingkatkan. Imam al-Qurthubi merasa sedih, karena tidak sempat mengerjakan shalat tahajud semalam. Ibnu Taimiyah merasakan apabila tidak berdzikir, separuh badannya terasa lumpuh. Beliau mengibaratkan dirinya dengan dzikir seperti ikan dengan air. Keda ulama tersebut senantiasa melakukan Muhasabah setiap saat terhadap apa yang telah dilakukannya. Muhasabah atau perhitungan adalah suatu keadaan dimana kita sebagai hamba Allah yang penuh dengan segala kekurangan dan kelalaian dalam melaksanakan perintah serta larangan dari Allah SWT, memeriksa kembali segala amal tindakan yang telah kita perbuat. Hal tersebut seperti dengan yang telah difirmankan oleh Allah di Al Qur’an dalam surat Al Haysr: 18, “Hai orang-oran

Tanggung Jawab sebuah Jabatan

BEREBUT jabatan. Itulah agenda sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Perebutan mulai dari jenjang jabatan tertinggi Presiden hingga yang terkecil, di institusi teknis dan sosial kemasyarakatan. Betapa banyak kasus Pemilu dan Pilkada yang masuk ke Mahkamah konstitusi (MK), karena persoalan ini. Lalu, apa sebenarnya makna jabatan bagi seorang mukmin? Rasulullah SAW mengingatkan, bahwa setiap jabatan harus dipertanggungjawabkan hingga ke akhirat. Tidak sekadar jadi alat pendongkrak status sosial semata. “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya”. (HR. Bukhari Muslim) Jelas, Rasulullah SAW menempatkan j

Mengikis Suap dan Pemerasan

SUAP dan pemerasan di Indonesia seolah sudah menjadi budaya yang sulit diberantas. Sangat mudah ditemukan praktik suap dan pemerasan dalam berbagai sektor kehidupan. Tindakan suap dan pemerasan sebenarnya mudah diberantas, jika semua komponen bangsa mau memberantasnya, mengubah struktur dan sistem pemerintahan yang korup serta sikap masyarakat yang menyuburkan suap, pemerasan yang memicu tindakan korupsi. Islam menawarkan sebuah gaya pemerintahan, yang memungkinkan penyakit sosial suap-menyuap dan pemerasan diberantas. Pertama, filosofi hubungan pemerintah dan rakyat yang dilandasi Ideologi Islam. Interaksi antara pemerintah dan rakyat tidak lepas dari dorongan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan semangat ketaqwaan ini, rakyat dan pemerintah bekerjasama menyelesaikan segala permasalahan kehidupan mereka. Kedua, pemerintah adalah pelayan masyarakat. Kedudukan pemerintah dalam Islam bagaikan seorang pelayan yang siap memenuhi segala keperluan masyarakatnya. Segenap kemampuannya dicurahka