Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Tonakodi-Manusia Purba dan Tulisan

Oleh: Temu Sutrisno ERA sejarah dimulai dengan penemuan tulisan. Tulisan menjadi penanda, batas antara manusia sejarah dan manusia prasejarah. Setidaknya, rumusan sederhana itu menjadi cara termudah menjelaskan perbedaan manusia sejarah dan prasejarah, manusia purba dan modern. “Itu yang selalu saya ingat dari penjelasan guru SMP, saat saya kelas satu. Atas dasar itu, saya mencoba selalu menulis. Menulis apa saja,” kata Tonakodi, berbincang dengan karibnya dari Nusantara. Ya, hari itu Tonakodi kedatangan sahabat lama yang kini berprofesi sebagai staf pengajar di sebuah perguruan tinggi. “Sayangnya, gerakan literasi, tulis menulis tidak menarik sebagian besar warga di Negeri Beribu Pulau ini. Banyak yang tidak tahu menulis. Padahal mereka mengklaim sebagai manusia modern,” cerocos Tonakodi. Di negeri kami, sambung sahabat Tonakodi, gerakan tulis menulis juga menjadi hantu bagi banyak kalangan. “Bukan hanya masyarakat umum, kami yang bergelut dalam dunia ilmiah, dun

Tonakodi-Ziarah Kubur

Oleh: Temu Sutrisno BUDAYA Negeri Beribu Pulau sangat mirip, malah bisa dikatakan sama dengan budaya Nusantara. Salah satu yang sama, budaya ziarah kubur atau makam orang tetentu. Ziarah biasanya dilakukan untuk menghormati dan mendoakan nenek moyang, para pendiri desa atau pejuang pendiri daerah, kuburan para manusia suci atau wali, kuburan para pemimpin, kuburan para ulama atau tokoh agama, kepala suku, hingga para pahlawan negara dan pahlawan dalam bidang keagamaan atau para syuhada. Meminjam pemikiran Antropolog James J. Fox yang juga pakar sejarah Nusantara , makam-makam mewujudkan otoritas masa lalu dan perwujudan ini menunjukkan sumber kekuasaan. Hal ini sangat terasa di Nusantara yang memang memiliki banyak makam atau kuburan yang dihormati dari berbagai kalangan. Terbersit dalam pemikiran Tonakodi, kenapa para pejabat daerah tidak melakukan ziarah ke makam para pejuang dan pendiri daerah? Bukankah mereka adalah orang yang punya jasa besar dalam perjuangan dan p

Anomali Ekonomi Sulteng

Oleh: Temu S Menginjak usia ke-54 tahun, Sulteng mampu menorehkan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Sulteng jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi tersebut merupakan pencapaian yang menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari kerja keras gubernur, wali kota, dan bupati bersama jajarannya, serta pelaku bisnis dan seluruh masyarakat Sulteng. Tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 15,52 persen, di tahun 2016 turun menjadi 9,98 persen, dan di tahun 2017 turun lagi mencapai 7,14 persen. Meski turun, angka pertumbuhan ekonomi terakhir masih tergolong tinggi secara nasional. Tingginya pertumbuhan ekonomi Sulteng tidak berbanding lurus dengan pengentasan kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng mencatat angka kemiskinan di Sulteng pada September 2017 sebesar 423,27 ribu orang atau 14,22 persen. Angka itu mengalami kenaikan dibanding Maret 2017 hanya berjumlah 417, 87 ribu o

Puisi-Cinta

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno Cinta Kebenaran dan keadilan Tiga kata, aras gerakan Ajakan dan ajaran Para bijak, waisnawa Budha, avatar dan anbiya Cinta sejati Melahirkan kebenaran hakiki Bukan ketidakbenaran, keculasan dan rasa dengki Sungguh Kebenaran menjadi pijakan Keadilan rasa, raga dan atman Setiap anak Adam Jangan abaikan cinta Ia akan menuntun Pada kebajikan Kebenaran dan keadilan Tana Kaili, 24 Oktober 2017

Puisi-Hening

Oleh: Temu Sutrisno   Kala muka tak lagi bermakna terus tersenyum merajut asa memeluk alhanif rajutan yang maha kuasa berhenti mencari muka pada sesama berharap puji semu belaka Ketika jiwa tak lagi terpaut padaNya ramaikan hati dengan zikir dalam setiap hening dunia jangan hening dalam gemerlapnya mayapada Ulurkan tangan raih pengampunanNya Biarkan jiwa bergelora menanggung rindu bagai ombak mengejar pantai rintihan seruling ingin kembali ke pokok bambu kemanapun berpaling muka hanya tampak satu wajahNya.*** Tana Kaili 18 Januari 2018

Puisi-Jelang Maghrib di Teluk Palu

 Oleh: Temu Sutrisno   Semburat lembayung senja tergambar indah bak mahkota di atas Teluk Palu penuh pesona debur ombak bertasbih pada-Nya bebatuan pantai berdendang memuji kuasa Rabbnya di jejauhan pegunungan kamalisi tegak menggambarkan keagungan-Nya angin berhembus membelai kesadaran anak manusia taqarub dalam kebesaran-Nya berharap ampunan dan ridha-Nya. *** Teluk Palu, Tana Kaili 13/11/2017 jelang maghrib.