Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

‘Membunuh’ Tuhan di Ujung Jari

Gambar
    MERCUSUAR-Pagi yang cerah. Tonakodi menghadiri undangan diskusi sekelompok mahasiswa. Temanya cukup menarik, tantangan gerakan mahasiswa di era society 5.0. Menarik. Ya, karena tema diskusi sangat kontemporer dan bersesuaian dengan kondisi saat ini dan masa depan. Di hadapan peserta diskusi, Tonakodi berbicara sedikt ilmiah- (dan sedikit  sok  pintar. ..hehehe). Tidak seperti biasanya bicara ala rakyat kecil di  dego-dego  tua bawah pohon  Talise . “Menyambut era society 5.0, karakter era Revolusi Industri 4.0 masih relevan. Setiap orang dituntut berpikir kritis, kreatif, dan inovatif agar mampu memecahkan masalah yang rumit, masalah yang sangat komplek,” Tonakodi mulai mengantar diskusi yang menurut dia sendiri, akan sangat membosankan. Maklum, Tonakodi lebih akrab dengan isu harga cabai, ikan, atau mahalnya harga beras. Bukan hanya itu, era 4.0 mengharuskan orang  memiliki kemampuan manajerial, bisa berkoordinasi dengan orang lain, mapan dalam kecerdasan emosional,

Mengejar Jabatan

Gambar
    MERCUSUAR-Sepekan terakhir, orang di kampung Tonakodi sibuk membicang soal rebutan jabatan di sebuah partai tertentu dan pelantikan pejabat. Tidak seperti biasa, Tonakodi tidak terlalu serius mengikuti perbincangan teman-temannya. Sore menjelang maghrib, di bawah pohon Talise ujung lorong, Tonakodi hanya diam saat teman-temannya asyik berbicang. Tak urung sikap Tonakodi membuat teman-temannya heran. Mereka pun bertanya, kenapa. Tonakodi hanya tersenyum. Teman-temannya terus bertanya. Akhirnya Tonakodi menjawab singkat. “Memangnya urusan jabatan di partai berpengaruh terhadap nasib orang kecil seperti kita?” “Jangan terlalu berharap. Tak perlu dipikirkan mereka rebutan jabatan. Toh belum tentu mereka memikirkan kita, rakyat kecil. Nanti juga akan selesai sendiri masalahnya,” kata Tonakodi. Lho, ini soal kualitas demokrasi, sambung salah satu temannya. Hahahaha….ini politik mangge . Politik di negeri kita, tidak seru kalau kalau tidak ada sandiwara. Seperti di sine

Bukan Sekadar Populisme

Gambar
  MERCUSUAR-Pagi yang cerah. Tonakodi menyempatkan diri berolahraga ringan, berjalan santai naik ke bukit kecil di ujung kampung. Jangan bayangkan Tonakodi olahraga pagi itu dengan pakaian seperti lazimnya orang olahraga. Ia berjalan santai masih dengan pakaian yang ia kenakan untuk salat subuh. Satu kilo meter menuju perbukitan, Tonakodi menyaksikan orang lalu lalang. Sebagian berolahraga, sebagian mengejar waktu untuk bekerja. Sampai di atas bukit, sudah ada beberapa orang di sana. Menyaksikan panorama pagi selain menentramkan jiwa, juga membuat raga semakin sehat. Betapa indah kampungku, batin Tonakodi. Namun ada yang mengganjal dalam pikiran Tonakodi. Semakin matanya jauh memandang, keindahan alam makin pudar. Perbukitan jauh di seberang kampung, mulai gundul di sana-sini. Aktivitas tambang telah menodai keasrian alam. Di tengah gejolak pemikiran seputar aktivitas tambang, Tonakodi menangkap pembicaraan yang tak kalah menarik dari beberapa orang di atas bukit. Tonak