Mengejar Jabatan

 



 


MERCUSUAR-Sepekan terakhir, orang di kampung Tonakodi sibuk membicang soal rebutan jabatan di sebuah partai tertentu dan pelantikan pejabat.

Tidak seperti biasa, Tonakodi tidak terlalu serius mengikuti perbincangan teman-temannya. Sore menjelang maghrib, di bawah pohon Talise ujung lorong, Tonakodi hanya diam saat teman-temannya asyik berbicang.

Tak urung sikap Tonakodi membuat teman-temannya heran. Mereka pun bertanya, kenapa.

Tonakodi hanya tersenyum. Teman-temannya terus bertanya.

Akhirnya Tonakodi menjawab singkat. “Memangnya urusan jabatan di partai berpengaruh terhadap nasib orang kecil seperti kita?”

“Jangan terlalu berharap. Tak perlu dipikirkan mereka rebutan jabatan. Toh belum tentu mereka memikirkan kita, rakyat kecil. Nanti juga akan selesai sendiri masalahnya,” kata Tonakodi.

Lho, ini soal kualitas demokrasi, sambung salah satu temannya.

Hahahaha….ini politik mangge. Politik di negeri kita, tidak seru kalau kalau tidak ada sandiwara. Seperti di sinetron-sinetron itu. Ujung-unjungnya hanya membesarkan orang atau kelompok tertentu, tukas Tonakodi.

“Kalau ribut-ribut pelantikan pejabat bagaimana menurut komiu?” tanya sang teman.

Sama saja. Jabatan tidak perlu dipusingkan. Jabatan cepat atau lambat pasti akan lepas. Kalau bukan jabatan yang meninggalkan orang itu, orang itu yang akan meninggalkan jabatan. Itu manah yang tidak kekal.

Sudahlah, tidak penting membicang jabatan orang-orang itu. Lihatlah diri kita, orang-orang di sekitar kita. Kita dan banyak orang tidak memiliki jabatan, tetap bisa bahagia. Hidup bahagia itu bukan karena jabatan, tapi karena kita menyukuri segala suasana, semua kondisi yang diberikan Tuhan.

“Bukankah dengan jabatan kita bisa berbuat untuk banyak orang?”

Iya, kalau pejabat itu amanah. Saya tidak tahu persis, seandainya ada penelitian pasti akan tergambar seberapa besar, berapa banyak orang-orang yang benar-benar amanah memegang jabatan. Rasa-rasanya persentasenya sangat kecil.

Allahu akbar…Allahu akbar, kumandang maghrib menggema dari masjid di lorong sebelah. Tonakodi dan teman-teman seperbicangan, seketika berhenti bercerita. Mereka beriringan menuju masjid. ***



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM