Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Tonakodi-Tak Cukup Berkata-kata

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno   " Muhammad SAW membangun peradaban tidak hanya dengan kata-kata. Muhammad SAW membangun dengan sikap dan perilaku. Ia menyontohkan langsung dengan perbuatan, memberikan keteladanan. Itulah bedanya manusia agung dan manusia yang minta diagungkan!" oo0oo Hari terus berganti, tahun demi tahun berjalan. Negeri terus diliputi berbagai persoalan. Permasalahan besar hingga yang kecil dan remeh tak kunjung selesai. Nyaris tidak ada yang berhasil dituntaskan, laiknya iklan di sebuah televisi tuntas…tas…tas…tas. Bagaimana bisa tuntas, bisa diselesaikan sampai ke akar-akarnya? pikir Tonakodi. Negeri ini memiliki budaya tutur yang luar biasa. Bahkan kadangkala, kata-kata lebih menonjol dari wahyu Illahi dan sabda Rasul. Setiap ada masalah, kata-kata didahulukan dari perbuatan. Radikalisme, terorisme, korupsi, Narkoba, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan lain-lain permasalahan negeri dari pusat hingga tingkat RT/RW dilawan dengan deklarasi,

Tonakodi-Baliho Masuk Surga

Oleh: Temu Sutrisno MALAM makin larut. Mata Tonakodi tak juga terpejam. Beberapa buku habis dibaca. Tiba-tiba Tonakodi seperti tersedot ke dunia lain. Tonakodi mendarat di sebuah tanah agak tinggi. Di hadapannya terbentang tanah lapang. Tonakodi merasa asing dengan tempat dan suasana itu. Banyak manusia berkumpul di tempat itu. Sekumpulan orang di ujung lapangan tampak rebut. Mereka melakukan protes pada beberapa sosok putih bersinar. Tonakodi tidak beranjak dari tempatnya. Ia terus memerhatikan orang-orang yang protes. “Hei, kenapa kami diarahkan dan digiring ke gerbang neraka. Padahal kami banyak berbuat kebajikan. Ini tidak adil,” protes salah satu dari mereka. Sosok putih dengan kalem menjawab. Bahwa ia hanya menjalankan perintah Tuhan. Kelompok itu makin ribut dan terus protes. “Baiklah, kalau kalian minta keadilan. Biarkan malaikat pencatat amal kalian membuka dan membaca catatannya. Apa yang membuat kalian harus masuk ke gerbang neraka, tercatat di buku

Tonakodi-Sumbu Pendek

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno Temu Sutrisno TONAKODI merasa prihatin atas kondisi bangsa saat ini. Bagaimana tidak?   Ditengah kondisi politik hamil tua, masyarakat terpolarisasi dalam dua kelompok besar yang saling bertentangan. Pertentangan bukan saja pada ranah politik, bukan hanya pilihan terhadap figur pemimpin bangsa. Perbedaan pandangan politik mulai masuk dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, tidak segan menunjukkan perbedaan dengan mengolok dan mengintimidasi kelompok lainnya. Perbedaan yang pada awalnya memanas di media sosial, di dunia maya, tergiring dan keluar ke dunia nyata. Salah menyalahkan, saling klaim sebagai kelompok terbaik, mudah tersinggung menjadi watak mayoritas masyarakat yang telah terbelah secara politik. Orang tidak mudah lagi mendengar kritik, saran dan nasehat. Kata bijak pun dinilai keliru, hanya karena emosi sesaat. Masyarakat terjebak pada budaya dan karakter personal ‘Sumbu Pendek’. Laiknya kompor, bom,