Postingan

Setop Menjadikan Hukum Instrumen Politik Kekuasaan

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Dalam sistem hukum yang ideal, keadilan dan penegakan hukum seharusnya menjadi prioritas utama. Namun,  kita melihat hukum dijadikan sebagai instrumen politik kekuasaan, yang dapat mengarah pada ketidakadilan dan diskriminasi, serta mengabaikan kesetaraan. Salah satu contoh nyata dari hal ini adalah pemberian abolisi dan amnesti Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto. Kewenangan konstitusional Presiden ini menjadi kontroversial karena dapat dianggap sebagai bentuk kekuasaan politik yang tidak berorientasi pada keadilan. Abolisi dan amnesti adalah dua konsep hukum pemberian pengampunan atau pembebasan dari hukuman. Namun, pemberian abolisi dan amnesti harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan transparan, karena dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat dan penegakan hukum. Hari ini, di tengah ratusan ribu orang mendekam di tahanan dan ribuan lainnya berjuang menuntut keadilan, Presiden tiba-tiba mengeluarkan abolisi dan amnesti bagi pelaku kejahata...

Mendung di Langit Hukum

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Subuh belum jauh beranjak. Matahari menggeliat di ujung timur. Semburat sinar mengintip dari peraduan, siap mengisi perputaran waktu menyambut hari. Tonakodi masih bersimpuh di atas sajadah, saat salam seseorang terucap dari balik pintu. "Waalaikumsalam," jawab Tonakodi, beringsut dari sajadah, membuka pintu menyambut tamu di pagi penuh berkah. Nampak dua anak muda, tersenyum menyapa. Tonakodi tersenyum balik. Ia cukup mengenal dua mahasiswa itu, Elang dan Perkasa. " Te apa pagi-pagi datang ba carita le, Tonakodi? Tidak ba ganggu ?" tanya Elang.  "Tidak, tidak. Saya malah bersyukur Allah menggerakkan hati kalian kemari. Semoga subuh menjadi pintu keberkahan untuk kita semua," ucap Tonakodi seraya mengajak Elang dan Perkasa menuju dego-dego tua di bawah pohon Talise , di samping rumah. Setelah basa basi saling bertanya kabar, Elang tiba-tiba membuka perbincangan yang cukup serius. Bagaimana tidak, Tonakodi yang biasanya akrab dengan ...

Pitutur Luhur: Netas, Nitis, Netes

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah )   Pernah mendengar p itutur luhur Netas, Nitis, Netes ?   Walaupun pitutur ini terasa asing bagi sebagian besar orang, namun mengandung makna mendalam yang sangat relevan dengan kehidupan modern saat ini . M eski terdengar singkat, ungkapan ini mengajarkan kita tentang siklus kehidupan manusia dari lahir hingga mewariskan nilai kehidupan. Pertama, Netas artinya menetas atau lahir ke dunia. Ibarat telur yang menetas, ini adalah simbol dari kelahiran manusia. Dalam filosofi Jawa, netas berarti awal kehidupan, di mana seseorang datang ke dunia membawa jiwa yang bersih dan penuh harapan. Anak yang lahir ibarat kertas putih, siap menerima goresan-goresan kehidupan. Makna ini mengingatkan kita untuk menyambut kehidupan dengan niat yang baik, menjaga kesucian hati, dan menyadari bahwa hidup adalah anugerah dari Tuhan. Peran orang tua sangat penting. Orang tua bukan hanya membawa anak...

Berpikir Positif

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Pagi yang cerah. Mentari tersenyum memancarkan sinar, menghangatkan pagi. Embun menguap terbang mengangkasa.  Di dego-dego tua , Tonakodi membersamai Ishaq berbincang materi khutbah Jumat, untuk siang nanti. Sesekali Ishaq membolak-balik lembaran buku, sekadar menebalkan referensi. Tak lama berselang, Ryan bergabung.  "Ustaz, sebentar ada jadwal khutbah ya?" tanya Ryan sembari mencomot pisang rebus dari talam. " Oh, iyo eeh . Tugas rutin dari jemaah," sahut Ishaq tersenyum. "Tema apa mo diangkat le?" sela Tonakodi. Seputar berpikir positif untuk kesehatan, kata Ishaq. "Bagus itu. Di tengah kehidupan yang mulai kehilangan kebersamaan, dipenuhi kecurigaan, ketidakpedulian, serta gangguan kejiwaan yang tidak disadari, berpikir dan bertindak positif harus terus digaungkan, ustaz," Ryan mendukung rencana tema khutbah Ishaq. Islam memiliki ajaran yang menekankan pentingnya berpikir positif, karena memiliki dampak pada kesehatan per...

Membumikan Akhlak Rasulullah dalam Kehidupan Digital

Gambar
  Oleh: Temu Sutrisno ( Wartawan Utama Trimedia Grup/Sekretaris PWI Sulteng )   Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk opini. Namun di tengah arus informasi yang deras dan budaya digital yang bebas, etika dan akhlak sering kali diabaikan. Dalam konteks ini, meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW menjadi semakin relevan untuk menjaga martabat, kedamaian, dan kejujuran dalam ruang digital. Membumikan akhlak beliau berarti menghadirkan nilai-nilai luhur yang beliau contohkan ke dalam setiap aktivitas kita di dunia maya. Islam bukan hanya agama ibadah, tapi juga agama akhlak. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda , “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari) Akhlak menjadi bagian utama dalam ajaran Islam. Salat, puasa, zakat, haji, semuanya harus berdampak pada pembentukan akhlak. Maka ketika seseorang rajin ibadah tapi lisannya kotor di media sosial, suka menghina, menye...

Pitutur Luhur: Ngunduh Wohing Pakarti

Gambar
 Oleh: Temu Sutrisno ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah ) Pada dasarnya setiap manusia cenderung kepada kebaikan. Meski demikian, baik dan buruk sering silih berganti menghampiri kehidupan manusia.  Agar setiap anak manusia selalu ingat dengan kesadaran terdalam terhadap kecenderungan jiwa kepada kebaikan, para leluhur menitip pesan melalui pitutur luhur  Ngunduh wohing pakarti. Secara harfiah, pitutur ini berasal dari kata Ngunduh yang berarti memanen, memetik, memperoleh hasil. Woh berarti buah, dan Pakarti adalah perbuatan. Dengan demikian Ngunduh Wohing Pakarti dapat dimaknai, memetik buah dari perbuatan. Jadi, secara harfiah artinya adalah "memetik buah dari perbuatan", yang berarti setiap tindakan atau perbuatan seseorang akan berbuah atau berakibat, entah itu baik atau buruk, tergantung dari apa yang ditanam (dilakukan) sebelumnya. Perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan, dan perbuatan buruk akan membawa akibat yang buruk pula. H...

Etika Digital: Santun di Dunia Nyata, Bijak di Dunia Maya

Gambar
 Oleh: Temu Sutrisno  Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara manusia berinteraksi. Di era digital ini, komunikasi tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Media sosial, aplikasi pesan instan, forum daring, hingga dunia metaverse menjadi ruang baru pergaulan manusia. Namun, perkembangan ini seperti belati bermata dua. Selain memberikan kemudahan juga membawa tantangan baru, salah satunya adalah etika. Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sementara moralitas menurut KBBI adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep baik, buruk, boleh tidak boleh, patut tidak patut, dan tanggung jawab moral. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat dan prila...