Sinau Falsafah Jawa: Becik Ala Ketara

Oleh: Temu Sutrisno "Sekar Pangkur kang Winarna, Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip, Ala lan becik puniku, Prayoga kawruhana, Adat waton punika dipun kadulu, Miwah ingkang tatakrama, Den kaesthi siang ratri." Sekar Macapat pangkur ini bagi saya sangat familiar. Dulu sering disenandungkan Simbah, saat beliau masih sugeng. Saat usia kelas 2 SD, Sekar Macapat ini kembali diajarkan Pak Suhadi, guru yang juga seorang dalang. Walhasil, sekar ini meresap dalam jiwa hingga saat ini. Mungkin bukan sebuah kebetulan. Saat SMP, guru bahasa daerah, Ibu Ari, lagi-lagi melantunkan tembang ini, saat mengajarkan makna ajaran hidup 'Becik Ketitik Ala Ketara." Sekar Pangkur di atas, jika diterjemahkan secara bebas, kurang lebih sebagai berikut: "Tembang Pangkur yang dinasihatkan, Pegangan yang berguna untuk orang hidup, Jelek dan baik itu, Sebaiknya kamu ketahui, Adat istiadat itu hendaknya dilaksanakan, Juga yang berupa tata krama, Dilaksanakan siang dan malam." Sekar Macap...