Tonakodi-One Man Show


Oleh: Temu Sutrisno



PAGI cerah. Tonakodi berbincang asyik dengan karibnya, Toma Yojo. Obrolan seputar isu yang berkembang di masyarakat. Di dego-dego di bawah pohon jeruk berteman secangkir kopi dan pisang goreng tipis, pembicaraan akhirnya bermuara pada manajemen kepemimpinan.

“Banyak sekarang orang tidak lagi bisa membedakan kerja sama dan sama-sama kerja,” celoteh Toma Yojo.

Maksudnya? sahut Tonakodi.

Banyak orang yang merasa mampu bekerja sendiri, seperti tidak membutuhkan orang lain. Bekerja di bidang yang sama, di lembaga yang sama, tapi tidak ada kerja sama, ujar Toma Yojo.

Oh, itu namanya manajemen one-man show, kata Tonakodi. Manajemen  one-man show atau bahkan absolute one-man show, sebenarnya hanya efektif diterapkan pada perusahaan  milik pribadi dengan struktur perusahaan yang tidak begitu kompleks, tukas Tonakodi.

“Semakin kompleks urusan, tentu pola one-man direction tidak efektif. Tidak mungkin seseorang dapat menangani semua problematika yang ada. Pada saat itulah ia harus mendelegasikan kewenangannya kepada orang-orang yang mempunyai profesionalitas tinggi, untuk mencapai keefektifan operasional,” sambung Tonakodi.

Masalahnya, kata Toma Yojo, manajemen one-man show juga merembet ke lembaga pemerintahan. Banyak pemimpin dan orang-orang di lembaga pemerintahan menerapkannya. Mengelola pemerintahan seperti mengelola perusahaan pribadi. Mau bukti? Banyak orang tidak mendengar saran orang lain, semua dikerjakan semaunya, ada juga yang sepertinya tidak butuh orang lain mendampinginya, bertahun-tahun memimpin sendiri, dan masih banyak lain one-man show yang bisa kita lihat. Toma Yojo bicara panjang lebar.

“Mungkin mereka tidak memahami manajemen pemerintahan atau aturan-aturan pemerintahan? Kembali ke masa lalu, para raja atau ratu, mereka mendistribusikan tugas dan kewenangannya pada maha patih, perdana menteri, dan pejabat kerajaan lainnya. Apalagi kondisi saat ini di republik yang memilih jalan demokrasi, tidak tepat menerapkan manajemen one-man show di lembaga pemerintahan,” imbuh Tonakodi.

Ya. Padahal banyak sekali keuntungan kita menerapkan pola kerja tim diibanding one-man show. Paling tidak akan meningkatkan efesiensi kerja, muncul ide kreatif, beban kerja lebih ringan, bisa saling menguatkan disaat sulit, dan bersama-sama maju.

“Tuhan yang Maha Kuasa saja berdialog dengan malaikat saat hendak menciptakan manusia. Padahal kalau Dia mau, tidak perlu berdialog dengan malaikat. Toh tugas dan fungsi malaikat juga sudah jelas, hanya memuji dan mensucikan Tuhan. Di satu sisi, Tuhan Maha di atas segalanya. Tuhan tetap berdialog dan menyampaikan rencana-Nya. Apalagi kita manusia biasa, tentu butuh pemikiran dan tenaga orang lain,” kata Tonakodi lagi.

“Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berkata kepada para Malaikat:’Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi . Mereka bekata:’Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ” (QS.Al-Baqarah: 30).

Ayo minum kopinya. Srupuutt…seteguk kopi lewat di kerongkongan Toma Yojo. Diskusipun berlanjut. ***



Tana Kaili, 30/12/2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM