Sinau Falsafah Jawa: Ambeg Utama Andhap Asor
Oleh: Temu Sutrisno
Jawa dikenal sebagai masyarakat dengan nilai-nilai kearifan lokal tinggi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan seperti adat, ritual, spiritual, hingga karya seni. Kearifan lokal Jawa ini memberikan nilai-nilai penting untuk panduan kehidupan sehari-hari.
Kearifan lokal atau local wisdom atau biasa juga disebut local genius adalah satu istilah untuk nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kekayaan budaya lokal, yang tetap bertahan, dan relevan sepanjang zaman.
Kearifan lokal suatu masyarakat tertentu sudah ada di dalam kehidupan masyarakat tersebut semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini. Kearifan lokal dasarnya adalah pengetahuan dan kecerdasan lokal, bersumber dari nilai nilai agama, adat istiadat, petuah moyang budaya setempat yang beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Salah satu bentuk kearifan Jawa yang masih relevan dengan perkembangan zaman adalah pitutur Ambeg Utama Andhap Asor, yang menjadi panduan etika pergaulan masyarakat Jawa.
Ambeg Utama Andhap Asor, jika diterjemahkan secara harfiah kurang lebih bermakna: senantiasa menjadi yang utama, namun selalu rendah hati. Sebuah pitutur atau nasihat yang sangat dalam.
Ambeg Utama Andhap Asor bukan hanya tentang menjadi yang terbaik. Tetapi bagaimana seseorang mampu menempatkan dirinya secara baik dan senantiasa dalam kebaikan. Pada saat yang sama, pitutur ini mengarahkan seseorang untuk tidak bersikap jumawa, namun rendah hati dan tetap menjaga sopan santun, tata krama, meskipun berada di puncak kesuksesan.
Apa makna yang dapat dipetik dari pitutur adiluhung Ambeg Utama Andhap Asor?
Pertama, sikap andhap asor membantu menciptakan suasana yang harmonis dalam interaksi sosial. Dengan rendah hati, kita menghindari sikap sombong dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Kedua, sikap andhap asor dapat mencegah konflik. Ketika seseorang bersikap rendah hati, mereka lebih mudah menerima masukan dan pendapat orang lain, sehingga mengurangi potensi perselisihan.
Ketiga, andhap asor juga mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan. Dengan sikap rendah hati, kita tidak membeda-bedakan orang lain dan lebih terbuka terhadap keberagaman.
Sikap andhap asor juga mengajarkan untuk tidak bersifat angkuh. Andhap asor membimbing manusia menolak sikap sombong, merasa paling baik, dan merendahkan orang lain. Tidak ada ruang dalam hati pengamal andhap asor merasa paling terhormat dan memburu nafsu minta dihormati. Kehormatan akan muncul dengan sendirinya dari sikap rendah hati. Bukankah Allah, Tuhan Yang Maha Besar juga tidak menyukai kesombongan hambanya?
Sikap andhap asor secara psikologis juga memperkuat kesadaran diri. Sikap rendah hati membantu kita menjadi lebih sadar diri. Kita lebih mudah mengakui kekurangan dan belajar dari kesalahan.
Derajat tertinggi andhap asor, pengakuan bahwa manusia sangat kecil di hadapan Tuhan. Dialah yang Maha Besar. Dialah yang menguasai semesta alam. Dengan sikap rendah hati, kita lebih mudah menerima kehendak-Nya dan berserah pada takdir-Nya.
Dalam kehidupan sosial, kiranya kita patut merenungkan Sekar Pangkur anggitan Sunan Kalijaga, yang ditulis ulang Sri Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama berikut ini:
Nora mulur nalare ting saluwir
Kadi ta guwa kang sirung
Sinerang ing maruta
Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung
Pindha padhane si mudha
Prandene paksa kumaki.
Kikisane mung sapala
Palayune ngendelke yayah wibi
Bangkit tur bangsane luhur
Lha iya ingkang rama
Balik sira sarawungan bae durung
Mring atining tata krama
Nggon anggon agama suci.
Socaning jiwangganira
Jer katara lamun pocapan pasthi
Lumuh asor kudu unggul
Semengah sesongaran
Yen mengkono kena ingaran katungkul
Karem ing reh kaprawiran
Nora enak iku kaki.
Terjemahan bebasnya sebagai berikut:
Hidup hanya sekali di dunia berantakan
Tidak berkembang pikirannya teramat picik
Ibarat goa gelap menyeramkan terlanda angin
Suaranya berkumandang keras sekali
Demikianlah anak muda jika picik pengetahuannya, namun demikian sombongnya minta ampun.
Tekadnya remeh sekali, bila menghadapi kesulitan berlindung di balik orang tuanya yang terpandang dan bangsawan
Itu kan ayahmu, sedangkan kamu belum kenal intisari sopan santun dan tata krama
Yang merupakan ajaran agama yang utama.
Sifat pribadimu nampak apabila bertutur kata
Tidak mau kalah, maunya menang sendiri
Sombong dan meremehkan orang lain
Yang demikian dapat dkatakan memuja keangkuhan diri
Itu tindakan yang tidak terpuji, Nak.
Wallahu alam bishawab. ***
Tana Kaili, 2 Juni 2025
Komentar
Posting Komentar