Rasulullah pun Mendengar Pendapat Sahabat

Oleh: Temu Sutrisno 




"Waalaikumsalam. Siap om, saya meluncur. Segera otewe," kata Tonakodi, menyambut salam dari Om Uchen di balik ponsel.

Hari masih pagi. Udara Sabtu yang bersih dan sinar matahari hangat kuku. Tonakodi segera menggeber motor tuanya, menuju ke rumah Om Uchen.

Sekira sepeminunan teh, Tonakodi sampai di rumah Om Uchen yang berjarak tidak lebih tiga kilometer.

Di sou-sou pojok halaman, om Uchen telah menunggu bersama dua karib lainnya. Duduk diantara ketiganya, pak imam masjid dekat rumah Om Uchen.

Tonakodi segera menyalami Pak Imam, Om Uchen, Uly, dan Ishaq.

Empat sekawan segera terlibat perbincangan ringan. Pagi itu suasana makin terasa segar, karena canda tawa. Pak Imam turut hanyut dalam perbincangan mereka.

Ditemani kopi dan kue sisa lebaran, tiba-tiba Om Uchen menyentil kelakuan para pejabat yang antikritik, tidak mau menerima masukan, dan pendapat orang lain.

"Bukan hanya pejabat, Om. Orang kebanyakan juga begitu. Ada sebagian yang sulit menerima teguran, saran, dan pendapat orang. Mungkin karena dia merasa hebat," kata Tonakodi.

"Atau cara menyampaikan teguran, saran, pendapat, kritik kurang pas. Bisa juga akal pejabat atau orang-orang itu tidak sampai. Endingnya tidak paham," sela Uly.

"Iya. Malah seringkali niat baik, dianggap tidak suka, memusuhi, dan persepsi negatif yang muncul. Bagaimana Pak Imam?" Om Uchen memancing Pak Imam, yang lebih banyak diam.

"Jangankan kita manusia biasa. Manusia yang tidak luput dari salah, khilaf, dan dosa. Rasulullah pun bijak menerima saran dan pendapat sahabat," ungkap Pak Imam.

Dalam Sirah Nabawiyah, dikisahkan Rasulullah SAW bila ada masukan dari siapa pun, beliau akan mempertimbangkannya dengan baik sebelum memutuskan sesuatu. 

Dalam perang Badar lanjut Pak Imam, pasukan muslim kala itu tengah berhenti di sebuah sumur. 

Sahabat Khahab ibn Mundzir yang ahli strategi dalam perang, memberikan saran kepada Rasulullah SAW.

Dengan hati-hati khawatir menyinggung Rasulullah, Khabab bertanya apakah penentuan posisi ini adalah wahyu dari Allah SWT atau hanya strategi perang? 

"Saat itu Rasulullah SAW menjawab, bahwa tempat itu dipilih berdasarkan pendapat dan strategi perang," terang Pak Imam.

Mendengar jawaban Rasulullah SAW, Khahab pun memberikan pendapat, jika tempat itu tidak strategis.

Khabab menyarankan pindah ke tempat air yang terdekat dengan musuh, untuk selanjutnya membuat markas di sana dan menutup sumur-sumur yang ada di belakangnya.

Khabab mengusulkan strategi membuat lubang-lubang dekat perkemahan dan isi dengan air sampai penuh, sehingga pasukan yang akan berperang mempunyai persediaan air yang cukup. Sedangkan musuh tidak mempunyai persediaan air minum.

Mendengar penjelasan itu, Rasulullah SAW berpikir sejenak, lalu menyetujui pendapat dan saran yang diajukan Khabab.

Dalam kisah lainnya, Salman Alfarisi menyarankan strategi pembuatan parit untuk mempertahankan Kota Madinah, dari serangan musuh. 

Karena strategi usulan Salman Alfarisi ini, perang itu dikenal sebagai perang Khandaq (parit).

"Kisah sahabat Khabab dan Salman menunjukkan, Rasulullah SAW yang tidak pernah salah dan suci, mau mendengar pendapat dan saran sahabatnya. Masak sih, kita yang mengaku ummatnya tidak mau mendengar pendapat orang," ujar Pak Imam.

"Nah..harusnya kita menyontoh Rasulullah, ya Pak Imam," timpal Om Uchen.

"Ngomong-ngomong, siapa pejabat atau orang yang Om Uchen maksud?" sergah Ishaq.

"Ohoo...itu tidak bisa diungkap. Nanti kita jadi mengghibah orang. Biarlah itu menjadi rahasia langit. Hehehe," seloroh Tonakodi.

Om Uchen mengiyakan pernyataan Tonakodi.

Perbincangan pun berlanjut, tanpa pernah diketahui siapa pejabat dan orang-orang yang dimaksud Om Uchen antikritik, enggan menerima pendapat, dan saran orang lain. ***


Palu, 16 April 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewi Themis Menangis

HUKUM DAN MORALITAS

Kedudukan DPRD Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014