Dendang Pagi Hari


Oleh: Temu Sutrisno 




Selamat pagi angin 

Selamat pagi awan

Hari ini

Rasanya kau begitu perkasa

Menghalangi mentari

Menghalau penat bumi

Dia yang tak pernah mengeluh

Saat tangan jahil manusia

Menggerayangi 

Merudapaksa

Menggali

Membakar salju yang mengering

Menggelontorkan lautan menikam permukiman nelayan 


Selamat pagi angin

Selamat pagi awan

Selamat berdendang 

Dalam denting sendok dan piring

Tarian lidah rancak menelan rasa

Saat mucikari turut menjual diri 

Saat Politisi berebut simpati

Saat pengusaha saling sikut berebut kesempatan setor upeti

Teruslah berdendang

Mumpung mentari kelelahan 

Rapuh mengejar bayangan sendiri


Selamat pagi angin

Selamat pagi awan

Hari ini

Drama telah membuka topeng pelakonnya

Di tengah ladang yang kian gersang 

Pejabat berteriak anggaran dikebiri 

Bukankah selama ini mereka berpesta dengan kroni?

Ah, mungkin saja mereka takut tak ada lagi yang bisa dikorupsi 

Di panggung tanpa penonton penari oligarki pening 

Terbayang kehilangan pundi-pundi 

Wakil rakyat pidato basa-basi

Memeluk erat kemewahan kursi

Bukankah mereka hanya pembantu

Dari tuan puan yang diwakili?

Di puncak mercusuar

Cerdik pandai mematikan suluh

Berselingkuh dengan diri sendiri


Selamat pagi angin

Teruslah bergerak

Bebaskan napas yang tercekik

Selamat pagi awan

Berikan setetes harapan

Pada ilalang yang kehausan

Dalam savana hijau berkilauan

Hai Angin

Hai Awan 

Rakyat menangis

Siapa peduli 

Kapan hujan turun

Menghibur hati yang luka. ***



Tana Kaili, 13 Februari 2025




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewi Themis Menangis

HUKUM DAN MORALITAS

Kedudukan DPRD Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014