Tidur juga Ibadah
Oleh: Temu Sutrisno
Pagi itu Om Uchen terlihat semringah. Senyum mengembang di bibirnya.
Melihat Om Uchen gembira, Utam tak tahan untuk menggodanya.
"Sepertinya Om Uchen lagi senang hati le? Habis dapat bonus dari kantor ya? Boleh traktir sama Mama Jena ini e" ujar Utam.
"Hehehe...bukan soal bonus. Saya gembira, rupanya resep Tonakodi manjur untuk menghadapi maitua," jelas Om Uchen.
Tidak hanya Utam, Aso juga ikut penasaran.
"Oww..resep nuapa vai Om Uchen. Bagi-bagi kamari itu resep. Sapa tau kita juga bisa bapakai," sergah Aso.
Beh..bukan resep apa ini, terang Om Uchen.
"Minggu lalu saya ada bacarita sama Tonakodi. Biasa kalau libur, saya banyak tidur di rumah. Maitua protes, katanya jangan banyak tidur," Om Uchen mulai menyibak asal muasal resep Tonakodi.
Tonakodi menyarankan untuk memberi tahu maitua, mesti bersyukur kalau suami tidur mengisi libur.
Menurut Tonakodi, ia pernah mendengar kyai saat di madrasah, bahwa tubuh juga butuh istirahat. Tidak bisa dipaksakan untuk terus bekerja.
"Tonakodi bilang, menurut kyai tidurnya seorang suami juga bisa dihitung sebagai ibadah," tutur Om Uchen.
"Kok bisa? Kan tidur tidak melakukan apa-apa?" tanya Aso.
Disitulah nilai ibadahnya. Coba kalau suami-suami yang telah bekerja keras, saat libur dia habiskan waktu di luar untuk maksiat.
"Tidur bisa untuk menghindari maksiat. Bagaimana kalau suami libur, justeru ke tempat hiburan. Di sana ada potensi dan rawan terjadinya maksiat. Tonakodi bilang, tidur jangan sekadar dimaknai malas. Tidur juga bisa dimaknai ibadah, kalau dimaksudkan menghindari maksiat," cerita Om Uchen.
Bagaimana kalau suami libur malah menghabiskan waktu di cafe, dari pagi sampai siang dan mungkin juga sampai petang?
Bisa jadi sepuluh sampai tiga puluh persen waktunya untuk berkumpul dan bercerita positif. Sisanya yang tujuh puluh persen berpotensi untuk menggunjing soal politik, sosial, dan ekonomi yang sering kali menyerempet permasalahan pribadi orang lain. Apakah itu bukan dosa ghibah?
"Kalau saya tidur, minimal istri tahu saya di rumah dan sayang keluarga, badan fit untuk kerja lagi karena cukup istirahat, dan setidaknya tidak menambah dosa...ehh pengeluaran yang tidak perlu".
"Jadi Om Uchen bagaimana tanggapan maitua?" sela Tonakodi yang tiba-tiba muncul.
"Hahahaha.. maitua paham. Akhirnya kami sama-sama tidur, nambah nilai ibadah," jawab Om Uchen.
Hahahahaha...sontak Aso, Utam, Tonakodi tertawa.
Om Uchen tertawa, senang nambah ibadah bersama maitua. ***
Palu, 31 Desember 2024
Komentar
Posting Komentar