Rindu Purnama di Langit Jakarta











Mega hitam di langit Jakarta

Aku mengira awan bergelung pertanda hujan kan tiba

Oh tidak

Rupanya asap menyelimuti kota

Saban hari

Gemuruh cerobong pabrik

Asap pembakaran kendaraan

Bergumul berkelindan

Memayungi angkasa

Meracuni napas manusia

Pepohonan

Hujan

Tak lagi mampu menahan duka cakrawala

Garis sepadan kehidupan

Pantai dan daratan yang kian memudar

Berteriak menggelegar menggugah kesadaran 

Menggugat kelalaian

Masih ada tanggung jawab besar

Masih ada utang untuk anak keturunan

Untuk kehidupan di masa depan

Aku berdiri gemetar

Dengan mata nanar

Ku lesakkan segala daya di ujung tangan

Ku garuk bumi Pertiwi

Ku tanam pohon walau sebiji

Ku baca doa

Ku rapal mantra

Tumbuh

Tumbuhlah

Membesar

Merindang

Naungi bumi yang kesakitan

Ku titipkan cerah awan padamu

Agar langit kotaku

Langit Jakarta kembali benderang

Dipenuhi kerlip bintang

Dalam pelukan purnama rembulan

Aku rindu

Purnama memenuhi kotaku

Tanpa awan hitam

Tanpa racun mematikan.*



Ancol, Jakarta, 19/2/2024

Temu Sutrisno

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM