Juru Keluh

 

MERCUSUAR-Siang itu Tonakodi menghadiri undangan syukuran atas terpilihnya ketua RT di kampungnya. Seperti lazimnya syukuran, acara diiringi doa dan makan-makan bersama.

Usai makan bersama, Ketua RT terpilih diminta untuk menyampaikan sambutan.

Mengawali sambutannya, Ketua RT menyampaikan terima kasih atas dukungan dan pilihan masyarakat. Ia berjanji akan memenuhi janji dan bekerja sebaik-baiknya sebagai Ketua RT.

Sebelum menutup sambutannya, Ketua RT sedikit curhat pada pemilihnya.

“Sampai hari ini saya belum dilantik oleh Ketua RW. Kenapa? Karena masih ada yang belum menerima kemenangan saya. Saya tidak tahu, kenapa masih ada yang belum move on dari kontes pemilihan. Kenapa ada yang tidak suka saya?” curhat Ketua RT.

Apa salah saya? Lanjut Ketua RT terpilih.

Suasana syukuran jadi mencekam. Tidak ada suara. Masyarakat yang sedianya syukuran dengan riang gembira, saling berpandangan tanpa komentar.

Akhirnya Sang Ketua RT terpilih mengakhiri sambutannya.

Tonakodi diminta mewakili masyarakat menyampaikan sepatah dua kata.

“Baik. Hanya sepatah dua patah. Tidak lebih,” kata Tonakodi setelah menyampaikan salam.

Pertama, kita harus bersyukur pemilihan Ketua RT aman dan lancar. Kedua, saya mengajak saudara-saudara se-RT untuk tidak terbiasa mengeluh. Bagaimana kita bisa menghadapi keluhan saudara, tetangga, dan mungkin juga keluarga kita, kalau belum apa-apa kita juga suka mengeluh, sindir Tonakodi tanpa menyebut Ketua RT terpilih.

Kalau semua suka mengeluh, siapa yang akan menyelesaikan keluhan itu? Mari kita syukuri kondisi kita dengan selalu instropeksi diri. Semoga kita menjadi lebih kuat, menjadi lebih baik. Wassalamualaikum.

Ketua RT terpilih pamit. Acara syukuran bubar, saat azan zuhur berkumandang. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM