Seperti Ayam Berkotek

 


 

MERCUSUAR-Ayam saat hendak bertelur, selalu ribut berkotek. Begitu juga setelah bertelur. Jika perlu, satu kampung harus tahu dia akan bertelur atau telah bertelur. Ributnya tidak ketulungan, padahal telurnya cuma sebutir. Bisa dibayangkan, bagaimana ributnya ayam berkotek jika sekali bertelur puluhan atau ratusan seperti kura-kura. Hehehehe, padahal kura-kura diam-diam.

Tahun politik seperti saat ini biasanya juga melahirkan orang atau kelompok yang ribut mengorbitkan diri sendiri atau orang yang didukungnya. Padahal, bisa jadi yang ramai diributkan hanya bualan poltik semata. Kalau jadi  terpilih akan buat ini, itu, dan seterusnya. Pokoknya satu kampung dibuat ribut dengan janji manis, seperti jualan kecap. Kecapku yang nomor satu, yang lain lewat.

Pun dengan orang-orang yang –bisa jadi- telah berbuat. Padahal apa yang dilakukan belum seberapa. Baru sebutir telur, layaknya ayam ribut berkotek. Seakan yang lain tidak bisa bertelur. Hehehehe.

Kelewat ribut, pada akhirnya tawaran yang disampaikan kerap tidak rasional. Hanya sekadar gagah-gagahan membuai emosi pemilih.

Pemilih harus sadar, jangan terjebak ributnya para politisi dan pendukungnya. Mesti rasional menjatuhkan pilihannya. Ada guyonan politik soal tidak rasionalnya politisi menjanjikan program dan kegiatan untuk rakyat pemilih.

Konon, seorang kandidat dalam kontestasi poltik berkampanye. Di hadapan ratusan peserta kampanye, berjanji akan membangun sebuah jembatan yang indah di tempat itu. “Saudara-saudara, saya akan bangun jembatan yang kuat, panjang, dan megah di sini.”

Seketika ada peserta yang nyelutuk, “Wah luar biasa. Tapi di sini tidak ada sungai.”

“Bukan hanya jembatan, sekalian dengan sungainya kita akan buat,” sahut sang kandidat disambut tepuk tangan meriah pendukungnya.

Jelang pemilihan, kiranya pemilih berhati-hati. Lihat, cermati, dan pilih secara rasional. Jangan sampai memilih kandidat yang membangun jembatan tanpa sungai, dan atau hanya ribut dalam tataran wacana. Seperti ayam ribut berkotek, padahal telurnya cuma sebutir. ***

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM