Kisah Raja Ling

Oleh: Temu Sutrisno


“Beri aku sepuluh pemuda,
dengan kesepuluh pemuda itu aku akan mengguncang dunia.”
(Bung Karno)



MERCUSUAR-Ungkapan Presiden Soekarno tersebut menggambarkan dengan bahasa kiasan, peran dan kehadiran pemuda sangat penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia. Lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, diwarnai gerakan kaum muda.

Semangat muda adalah semangat perubahan, aktif, energik, penuh spirit, kreatif, visioner, pekerja keras, serta mempunyai nilai positif bagi kemajuan bangsa. Namun semangat itu rasa-rasanya masih kurang. Di tengah kondisi kekinian, rakyat membutuhkan tambahan satu karakter kepemimpinan, jujur. Ya, rakyat butuh pemimpin bukan hanya kreatif, inovatif, energik, tapi juga jujur.

Dahulu kala, ada seorang raja yang sudah tua. Sang Raja tidak laiknya orang yang duduk di kekuasaan era kini. Ia tidak ingin mengangkangi kekuasaan, bertahan sebagai pemimpin hingga ajal menjemput.

Ia menyadari bahwa sudah dekat saatnya ia mencari pewaris kerajaannya. Ia tidak mewariskan kerajaannya itu kepada salah satu dari bawahannya atau anaknya, sebagaimana kebanyakan orang berkuasa. Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang berbeda.

Ia memanggil seluruh anak muda di seluruh kerajaannya. Ia berkata, "Sudah saatnya bagiku untuk mengundurkan diri dan memilih raja yang baru. Aku memutuskan untuk memilih salah satu di antara kalian."

Anak-anak muda itu terkejut! Tetapi raja melanjutkan,"Aku akan memberikan kalian masing-masing satu bibit hari ini. Satu bibit saja. Bibit ini sangat istimewa. Aku ingin kalian pulang, menanamnya, merawatnya dan kembali ke sini lagi tepat satu tahun dari hari ini, dengan membawa hasil dari bibit yang kuberikan hari ini. Kemudian aku akan menilai hasil yang kalian bawa, dan seseorang yang aku pilih akan menjadi raja negeri ini!"

Ada seorang anak muda yang bernama Ling yang berada di sana pada hari itu. Ia seperti yang lainnya, menerima bibit itu. Ia pulang ke rumah dan dengan antusias memberitahu ibunya tentang apa yang terjadi. Ibunya membantu Ling menyediakan pot dan tanah untuk bercocok tanam. Ling menanam bibit itu kemudian menyiraminya dengan hati-hati.

Setiap hari ia selalu menyirami, merawat bibit itu. Setelah beberapa minggu, beberapa dari anak muda itu mulai membicarakan mengenai bibit mereka dan tanaman yang telah mulai tumbuh. Ling pulang ke rumah dan memeriksa bibitnya, tetapi tidak ada hasilnya.

Satu bulan, tiga bulan berlalu. Tetap tidak ada hasilnya. Sekarang, para anak muda memperbincangkan tentang tanaman mereka, tetapi bibit Ling tetap belum tumbuh. Setiap orang memiliki pohon dan tanaman yang tinggi, tetapi ia tidak memiliki apa-apa. Ling tidak berkata apa-apa kepada temannya. Ia tetap menunggu bibitnya tumbuh.

Tepat satu tahun, semua anak muda di seluruh kerajaan membawa tanaman mereka kepada raja untuk dinilai.

Ling putus asa dan tidak ingin pergi dengan membawa pot yang kosong. Tetapi ibunya memberinya semangat untuk pergi dan membawa potnya.

Ling harus jujur mengenai apa yang terjadi dengan bibit itu. Ling sadar bahwa saran ibunya benar. Ia pergi ke istana dengan membawa pot kosong.

Ketika Ling tiba, ia kagum melihat berbagai macam tanaman yang dibawa oleh teman-temannya. Semuanya indah, dalam nermacam ukuran dan bentuk. Ling meletakkan pot yang kosong itu ke lantai. Banyak orang menertawainya.

Ketika raja datang, ia mengamati ruangan itu dan menyalami rakyatnya. Ling berusaha untuk bersembunyi di bagian belakang. "Wah, betapa indahnya tanaman, pohon, bunga yang kalian bawa," kata raja.

"Hari ini, salah seorang dari kalian akan ditunjuk menjadi raja selanjutnya!"

Seketika, sang raja melihat Ling dengan potnya yang kosong. Ia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Ling ke depan.

Ketika Ling tiba di depan, sang raja menanyakan namanya. "Namaku Ling," jawab Ling.

Semua orang menertawakannya.

Sang raja menenangkan situasi itu. Ia melihat Ling, dan kemudian mengumumkan ke seluruh kerajaan, "Lihatlah, ini raja kalian yang baru! Namanya Ling!"

Ling tidak mempercayai apa yang barusan dikatakan raja. Ia bahkan tidak bisa membuat bibit itu tumbuh, mengapa ia bisa menjadi raja yang baru?

Sang Raja berkata, "Satu tahun lalu, aku memberikan setiap orang sebuah bibit. Aku perintahkan kalian mengambilnya, menanamnya, dan merawatnya. Kemudian membawanya kembali kepadaku hari ini. Tetapi aku memberikan kalian bibit yang sudah direbus, sehingga tidak akan bisa tumbuh. Kalian semuanya, kecuali Ling, membawakanku pohon, tanaman, bunga. Ketika kalian menyadari bahwa bibit itu tidak bisa tumbuh, kalian menukarkan dengan bibit lain. Hanya Ling yang memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakanku sebuah pot kosong. Maka aku putuskan, ia yang akan menjadi raja baru."

Kisah ini, seratus delapan puluh derajat berbeda dengan kondisi sosial saat ini. Kita begitu mudah menemukan orang-orang tua yang harusnya menjadi penasehat bijak untuk anak-anak muda, justeru tampil di panggung politik demi sebuah kekuasaan.

Kita juga tidak sulit menemukan orang yang mendorong anak, istri, saudara, atau kerabat dekat duduk di kekuasaan.

Pun anak-anak muda yang masuk ke kekuasaan, lagi-lagi harus berkaca pada Ling yang rajin, amanah, dan jujur.

Akankah Pilkada di ujung mata melahirkan sosok sang raja yang tahu diri dan Ling yang amanah dan jujur? ***



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM