Tonakodi-Proyek Abadi, Rekanan Sebiji


Oleh: Temu Sutrisno
MERCUSUAR-Haman, tokoh fenomenal dibalik nama besar Fir’aun Minephtat atau Merneptah, semasa Nabi Musa, putra dari Fir’aun Ramses II. Haman menempati beberapa posisi penting kerajaan sebagai menteri, penasehat raja, dan sebagai pelaksana proyek pembangunan menara dan infrastruktur lainnya.
Haman, dengan kewenangan besar yang dimilikinya dari Fir’aun menjadi penentu pelaksanaan proyek di semua daerah kekuasaan. Haman, bisa menunjuk siapa saja untuk melaksanakan pekerjaan. Haman menentukan pekerjaan apa saja yang bisa dilaksanakan, dan pekerjaan mana yang diurungkan. Kuncinya satu, Fir’aun senang dan ia mendapat keuntungan besar dari penunjukan proyek dan pelaksananya.
Puncaknya, Haman diperintah Fir’aun untuk membuat menara yang akan digunakan Fir’aun untuk melihat ‘Tuhan Musa’. Pembuatan menara itu memerlukan 50.000 pekerja dan belum termasuk tukang untuk membina kuil-kuil. Haman lagi-lagi menjadi penguasa tunggal proyek Fir’aun. Dia bebas menunjuk rekanan, siapa saja yang harus bekerja.
Dan Fir’aun pula berkata: Hai Haman! Buatlah untukku sebuah bangunan yang tinggi, semoga aku sampai ke jalan-jalan (yang aku hendak menujunya). (yaitu) ke pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku percaya Musa itu seorang pendusta! Demikianlah diperhiaskan (oleh Syaitan) kepada Fir’aun akan perbuatannya yang buruk itu untuk dipandang baik, serta dia dihalangi dari jalan yang benar dan tipu daya Fir’aun itu tidak membawanya melainkan ke dalam kerugian dan kebinasaan. (QS. Al Mu’min : 36-37).
Haman adalah simbol kecerdasan tanpa moral. Ia menggunakan pengetahuan dan kepintarannya untuk mendapatkan kedudukan yang menguntungkan diri sendiri dan menyenangkan penguasa.
Al Qur’an menyeritakan kisah Haman dan Fir’aun bukan tanpa sebab. Ada pembelajaran, ada ibrah dibalik kisah Haman. Saat ini, perilaku Haman masih dipraktikkan banyak orang. Atur proyek kanan kiri, kerapkali dipertontonkan orang-orang yang dekat kekuasaan. Satu pekerjaan dianggarkan dan dikerja bertahun-tahun, oleh rekanan yang sama. Perusahaan berganti, pelaksananya orang yang sama. Pinjam perusahaan untuk mengelabui adanya monopoli. Dimana-mana, di institusi pengelola proyek praktik itu masih mentradisi. Hanya rekanan tertentu yang mendapat porsi. Kenapa? Orang bilang, pintar bagi-bagi fee. Abadi proyeknya, abadi rekanannya. Perilaku itu juga dipraktikkan Karun, pengusaha sukses dan terbesar sepanjang masa. Karun menguasai proyek dan bisnis lainnya karena dekat dengan penguasa, Fir'aun.
“Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. Al Qashash: 76)
Karun yang sangat dekat dengan Fir’aun memperoleh penghasilan besar dari posisinya yang mendua. Fir’aun memanfaatkan Karun untuk menjadi mata-mata dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang bisa membahayakan kedudukan Fir’aun. Karun memainkan peran sebagai orang munafik, yang bekerja untuk kepentingan Fir’aun. Karun pada akhirnya meninggal jauh dari jalan Allah. Wallahu’alam bishshawab. ***

Surabaya, 8 Februari 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM