Pemilukada Lewat DPRD Rampas Kedaulatan Rakyat

PALU MERCUSUAR – Pemilihan kepala daerah (Pemilukada) melalui pemilihan di DPRD dinilai Ketua DPW PKB Sulteng, Zainal Daud, sebagai kemunduran demokrasi. Pemilihan lewat DPRD juga bentuk perampasan kedaulatan rakyat. Dikatakan Zainal, pemilihan lewat DPRD akan mendatangkan kerugian lanjutan yang terlihat dari kinerja pemerintahan selama lima tahun setelah Pemilukada. Menurutnya kepala daerah akan tersandera kepentingan partai politik dan politikus DPRD. “Jika kepala daerah tersandera kepentingan partai politik dan DPRD, yakin saja kepentingan publik atau masyarakat tidak terurus baik. Kepentingan masyarakat akan menjadi nomor kesekian dibawah kepentingan partai dan DPRD,” kata Zainal, Minggu (14/9/2014). Pemilihan kepala daerah lewat DPRD lanjut Zainal, akan mengembalikan karakter dan sistem politik ke masa lalu, dalam bentuk menguatnya oligarki partai politik. “Oligarki partai akan mengurangi partisipasi dan akses masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah,” katanya. “Dalam demokrasi, hal yang paling penting adalah kedaulatan rakyat. Olehnya tidak boleh ada pembajakan hak rakyat kepada kedaulatan elite partai. Politik akan menjadi arena permainan para elite parpol dan rakyat akan jadi penonton,” tegasnya. Kemunduran demokrasi lainnya jika pemelihan dilakukan DPRD ujar Zainal, akan mempersempit ruang calon perseorangan atau calon independen maju dalam pemilihan kepala daerah. “Jika kepala daerah dipilih DPRD, kecenderungan yang terpilih adalah calon yang diusulkan mayoritas partai atau elit tertentu. Pemilihan lewat DPRD juga dinilai bisa menghambat kesempatan bagi tokoh-tokoh terbaik daerah untuk maju dan bersaing dalam Pemilukada. Peluang mereka terhalang dengan aturan dan kemauan partai,” paparnya. Soal efesiensi anggaran yang jadi alasan kelompok pengusul Pilkada lewat DPRD menurut Zainal, isu yang menyesatkan dan tidak pas. Karena menghitung murah atau mahalnya tidak jelas. “Menurut saya yang mahal itu jor-joran yang dilakukan kandidat, bukan penyelenggara pemilihan. Ini bisa ditekan dengan aturan kampanye dan seterusnya,” lanjutnya. Demikian halnya dengan korupsi pejabat dan konflik masyarakat pasca Pilkada, menurut Zainal itu tergantung moral politik pejabat. “Yang tidak siap berdemokrasi itu elit bukan rakyat. Jadi menurut saya, substansi demokrasi yang mengedepankan kedaulatan rakyat itu yang dijunjung,” tekan Zainal yang bertekad maju dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tolitoli tahun 2015 ini. TMU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM