ASGAR ALI DJUHAEPA, ‘Sang Kusir Pesawat’ Kembali Untuk Kemajuan daerah

ASGAR Ali Djuhaepa, lahir di Palu pada tanggal 11 Oktober 1954. Anak ketiga dari enam bersaudara, putera pasangan Ali Djuhaepa dan Indoatja, biasa dipanggil Asgar. Asgar dibesarkan dalam keluarga Kaili yang sangat dekat dengan kehidupan religius. Pada remaja, Asgar mahir mengendalikan perahu dan sesekali kusir dokar. Hampir saban hari ia juga menjadi kusir gerobak sapi, untuk mengangkut kelapa atau kopra. Tapi siapa sangka, pengalamannya menjadi kusir dokar dan gerobak sapi, saat dia dewasa menjadi lecutan untuk terus berusaha dan menjadikannya sebagai ‘kusir’ pesawat. Ya, Asgar saat menjabat Kepala Pemasaran PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pimpinan Menristek/Kepala BPPT, BJ Habibie, dituntut mengetahui seluk beluk pesawat dan memiliki kemampuan menerbangkan pesawat yang hendak ia pasarkan ke berbagai penjuru dunia. “Saya mungkin satu-satunya orang yang bisa menerbangkan pesawat, sekaligus bisa jadi kusir dokar dan gerobak sapi. Banyak orang jadi pilot, tapi tidak pernah jadi kusir,” kelakar Asgar.
Asgar Djuhaepa bersama Presiden SBY. FOTO: Dok. Asgar
Suami Sri Supadmi ini, usai menyelesaikan pendidikan menengah atas di Palu, langsung merantau ke Kota Ilmu Yogyakarta. Disana ia mengasah kemampuannya dalam bidang keuangan dan perbankan. Usai pendidikan sarjananya tahun 1978, ia mengadu nasib ke Jakarta dan akhirnya mengantarkan dirinya sebagai orang kepercayaan BJ Habibie baik di PT IPTN maupun di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di BPPT, Habibie memberi amanah Asgar sebagai Staf Khusus. Dengan kapasitas dan posisi yang dimiliki, Asgar selalu mendampingi Habibie untuk kunjungan luar negeri. Sebagaimana Habibie, asgar juga menguasai beberapa bahasa asing. Kehidupan yang mapan dan dekat dengan elit kekuasaan (waktu itu), tidak membuat Asgar melupakan Sulteng dan Donggala, daerah kelahirannya. Ia selalu terkenang daerah yang membesarkannya. Hampir tiap saat Asgar memikirkan kemajuan daerahnya. “Jika hanya sekadar ingin hidup mapan, saya sudah dapatkan di Jakarta. Tapi keinginan untuk mengabdi pada daerah dan masyarakat Sulteng, memanggil nurani saya untuk pulang kampung. Akhirnya saya memutuskan kembali ke Sulteng,” akunya. Pengalaman Asgar di dunia bisnis dan birokrasi saat mendampingi BJ Habibie sebagai Menristek/Kepala BPPT, membuat dirinya memahami arti penting mengelola sumberdaya alam daerah untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat. “Kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat. Dua kata kunci itu yang memotivasi saya pulang ke daerah dan masuk ke dunia politik. Jika ingin merubah kondisi yang ada di daerah ini, kita harus menjadi pengambil kebijakan,” katanya. Dilandasi niat baik itu, Direktur PT. Dana Ramakala. Perseoran terbatas ini bergerak di bidang Industri Kayu, Kopra, Kakao, Security System, Pariwisata dan PT.Vanta Naeyo (Iron Ore) ini melabuhkan diri di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Akhirnya tahun 2009, Asgar terpilih sebagai anggota DPRD Sulteng dari Dapil Donggala dan menempati Komisi II. Posisinya sebagai anggota Komisi Perekonomian dan Keuangan, dimanfaatkannya untuk membantu masyarakat, khususnya di bidang pertanian dan perikanan. Beberapa program yang berkaitan langsung dengan masyarakat tani, nelayan dan peternak diperjuangkan. Bantuan melalui APBD seperti Hand Tracktor, benih padi, jangung, bibit sapi, bibit kambing, alat potong rumput, pupuk, katinting dan alat tangkap ikan mengalir ke masyarakat melalui lobi dan perjuangan Asgar di DPRD. “Dulu kami setengah mati cari bantuan. Setelah ada Pak Asgar di dewan, tanpa dimita beliau perjuangkan yang jadi kebutuhan masyarakat kecil,” tutur Sajrun, anggota Kelompok Tani Desa Wombo. Saat ini ketika dirinya menjabat sebagai Ketua Komisi III yang membidangi pembangunan, Asgar tetap turun langsung ke masyarakat untuk memantau infrastruktur pedesaan dan menyerap aspirasi masyarakat. Untuk turun ke masyarakat, Asgar tidak perlu menunggu jadwal reses dan kunjungan dalam daerah. Ketika ada keinginan turun atau ada undangan masyarakat, Ia langsung turun. Bahkan Asgar seringkali harus memarkir mobilnya dan berjalan kaki, karena dusun yang dikunjungi tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Beberapa aspirasi yang selalu disuarakan Asgar diantaranya normalisasi sungai, penanganan abrasi, pembuatan dan perbaikan jalan ke kantong produksi. “Banyak sungai kita yang rusak dan mengancam permukiman warga. Butuh dilakukan normalisasi, untuk menghindari kerusakan permukiman, kebun dan sawah warga. Begitu juga jalan ke kantong produksi harus diperhatikan. Ini sangat membantu perekonomian warga. Salahsatu contoh, buah-buahan di Balaesang cukup banyak, tapi tidak terpasarkan dengan bagus, karena jalan kesana kurang memadai,” kata Asgar. Putra Ali Djuhaepa dan Indoatja ST Djalalemba ini, sangat memerhatikan dan dekat dengan masyarakat. Tidak ada sekat ketika Ia bertatap muka dengan masyarakat. Bahkan dalam dialog, Asgar memberikan ruang yang sama pada seluruh warga yang hadir. Salahsatunya saat Asgar bertatap muka dan berdialog dengan Kepala Desa, Ketua LPM dan Ketua Badan Musyawarah Desa (BMD) se Kecamatan Banawa, Banawa Tengah dan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Beberapa Kepala Desa mengemukakan selama ini aspirasi dari desa dalam Musrenbang tidak diperhatikan. Nyaris tidak ada usulan mereka yang terealisasi dalam program pembangunan APBD berjalan. “Musrenbang sering hanya seremonial belaka. Kami berharap kehadiran Pak Asgar bisa menjembatani aspirasi kami di tingkat provinsi,” ujar Mujman Lolo, Ketua LPM Towale dan Kepala Desa Mekar Baru, (20/9). Dalam tatap muka yang dilaksanakan di Warung Pantai Hayalan Desa Salubomba itu, usulan yang paling banyak adalah normalisasi sungai, penanganan abrasi pantai, bantuan untuk penataan permukiman kumuh dan bantuan ternak sapi untuk masyarakat. Usulan yang paling mengemuka diantaranya penanganan abrasi pantai Towale sepanjang 1800 Km. Saat ini pemerintah provinsi baru membangun tanggul sepanjang 140 meter. Usulan lainnya, normalisasi Sungai Salumpaku, abrasi pantai Tolongano, kerusakan irigasi Limboro sepanjang 200 meter, abrasi pantai Mbuvu, bantuan rumah layak huni masyarakat Mbuvu, normalisasi sungai Lumbutarombo serta bantuan ternak sapi untuk kelompok tani dan pemuda. Khusus usulan bantuan ternak, disampaikan hampir seluruh utusan desa yang hadir. Asgar yang dating didampingi pejabat Dinas Pekerjaan Umum Sulteng menyatakan, kedatangannya untuk menyerap aspirasi masyarakat untuk penyusunan APBD 2013. Ini dilakukan, agar ia benar-benar memahami kebutuhan masyarakat. “Saya mencoba memediasi dan menjembatani ini, harapannya APBD benar-benar memerhatikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini anggaran provinsi Rp2 triliun lebih. Sekira 50 persen terserap untuk masyarakat,” kata Asgar. Dijelaskan Asgar, beberapa usulan masyarakat tersebut telah dimasukkan dalam APBD 2012. “Sebagian sudah terealisasi dan sebagian akan dilaksanakan bulan-bulan ini seperti normalisasi sungai di beberapa tempat. Insya Allah saya akan berjuang untuk menggolkan ini. Kita berusaha bersama-sama,” tekannya. Kiprah Asgar di dunia bisnis, politik dan dekat dengan masyarakat, pada akhirnya membuat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memastikan akan mengusungnya menjadi calon Bupati Donggala pada Pemilukada 2013. Sekretaris Angkatan Muda Ka’bah (AMK) Sulteng, Abdul Azis, secara tegas menyatakan mendukung Asgar sebagai satu-satunya kandidat bupati Donggala. “Kami selaku organ otonom secara penuh mendukung Pak Asgar untuk maju. Sudah saatnya PPP mengusung kader sendiri,” kata Azis. Asgar kata Azis, memiliki syarat untuk diajukan sebagai calon Bupati Donggala. Selain visioner, dekat dengan rakyat dan menyelami permasalahan daerah, Asgar juga memiliki jiwa entrepreneurship dan jaringan yang luas. Malah jaringan mantan Kepala Pemasaran PT IPTN dibawah Habibie itu menjangkau dunia internasional. Dukungan juga disuarakan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan DPW PPP Sulteng, Abdian Rahman. Terkait dengan rencana diusungnya Asgar Djuhaepa pada Pemilukada di Donggala, menurut Abdian, karena Asgar lahir di Donggala dan sudah membuktikan kemampuannya selama di DPRD banyak menggolkan anggaran untuk pembangunan di Donggala.TMU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM