Selesaikan Konflik Melalui Pendekatan Budaya

ANGGOTA DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng dari Partai Demokrat, Nawawi Sang Kilat, menyatakan keprihatinannya atas konflik antar kelompok masyarakat yang kerapkali muncul di Sulteng. Menurut Deklarator Perdamaian Malino itu, pemerintah dalam penanganan konflik sebaiknya mengedepankan pendekatan budaya dan adat-istiadat setempat. “Pendekatan budaya dengan melibatkan tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya, lebih efektif ketimbang pendekatan hukum,” kata Nawawi, kemarin. Konflik Poso kata Nawawi, menjadi contoh bagaimana pemerintah dan seluruh elemen masyarakat di Poso menyelesaikan konflik. Pihak-pihak yang terlibat konflik bisa duduk bersama dan bersepakat melakukan perdamaian. “Belajar dari kasus itu, betapa efektifnya melibatkan tokoh-tokoh yang saya sebutkan tadi dan dalam bingkai budaya,” sebut Nawawi. Budaya yang dimaksud Nawawi adalah falsafah hidup masyarakat yang selalu mengedepankan perdamaian dan persaudaraan. “Masyarakat Sulteng mengenal prinsip hidup ‘Torang Semua Bersaudara’ atau kita di Lembah Palu ada istilah Nosarara dan seterusnya. Saya kira semangat ini yang harus dipupuk dan dimunculkan dalam kehidupan sosial dan penangan konflik,” ucapnya. Untuk jangka panjang lanjut Nawawi, pemerintah juga perlu memikirkan pentingnya memasukkan penanganan konflik dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan dikatakannya merupakan pintu masuk paling efektif untuk menanamkan semangat perdamaian dan anti konflik. “Selain itu, pemerintah juga harus serius menjalankan program pemberdayaan masyarakat. Program pemberdayaan ekonomi penting untuk membawa masyarakat yang rawan konflik ke kegiatan perekonomian yang lebih positif. Langkah lainnya, kampanye dan sosialisasi perdamaian harus digalakkan dan dilakukan secara massif dan berkesinambungan,” sarannya. TMU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM