Banjir Wombo, Tiga Desa Krisis Air Bersih

PALU, MERCUSUAR - Sekira 4.000 jiwa atau 1.025 kepala keluarga di tiga desa di Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, saat ini krisis air bersih akibat banjir yang menghajar wilayah itu. Akibat krisis air tersebut sehingga warga tidak lagi memiliki sumber air bersih untuk memasak maupun untuk membersihkan rumah dari material lumpur, kata Kepala Desa Wombo Kalonggo, Yalamin Yakalana, di lokasi banjir, Rabu (14/12) kemarin. "Untuk sementara masyarakat hanya menggali sumur kecil di pinggir sungai. Airnya ditimba sedikit demi sedikit. Ini yang kemudian diambil masyarakat untuk air minum," kata Yalamin Yakalana. Tiga desa yang menjadi sasaran banjir pada Selasa (13/12) malam, yakni Desa Wombo Kalonggo sebanyak 230 kepala keluarga, Desa Wombo Induk 435 kepala keluarga dan Desa Wombo Mpanau 360 kepala keluarga. Untuk mendapatkan air bersih itu masyarakat di tiga desa itu terpaksa memikul air dengan jerigen dari sungai yang jaraknya berkisar 50 hingga 70 meter dari pemukiman penduduk. "Saat banjir bak penampungan dan pipa rusak. Sekarang ini sama sekali tidak bisa lagi difungsikan," kata Yalamin. Krisis air bersih juga melanda sebagian Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu karena pipa air menuju wilayah ini juga putus. Bukan hanya sarana air bersih yang rusak, dua unit irigasi desa yang mengairi sekitar 200 hektare sawah di ketiga desa juga hancur. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) setempat, Sajrun kepada wartawan di Palu, Rabu mengatakan, irigasi tersebut sama sekali tidak bisa lagi difungsikan karena sungai sudah melebar sehingga air tidak lagi melalui bendungan irigasi tersebut. "Sudah pasti sawah kami tidak bisa lagi digarap. Mau harap air dari mana lagi, sementara irigasi sudah rusak diterjang banjir pada Selasa (13/12) malam," kata Sajrun, di lokasi banjir. Dari dua irigasi tersebut satu diantaranya mengaliri sawah di dua desa yakni Desa Wombo Mpanau dan Wombo Induk. Sementara satu irigasi lagi mengaliri sawah di Desa Wombo Kalonggo. Di Desa Mpanau terdapat 97 hektare sawah fungsional dari 130 hektare sawah potensial dan 89 hektare di Desa Wombo Induk. Sementara di Desa Wombo Kalonggo terdapat 68 hektare. Sementara itu anggota DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, Asgar Juhaepa yang meninjaulokasi banjir mengatakan, pemerintah daerah secepatnya meninjau ke lokasi dan mencarikan solusi atas bencana tersebut. "Kalau melihat kondisi di lapangan, kita butuh sekitar Rp20 miliar untuk membangun kembali infrastruktur di desa ini," kata Asgar. Biaya paling besar kata dia, membangun jembatan dan menormalisasi sungai serta irigasi yang rusak. Asgar mengatakan Deprov sebenarnya telah menyetujui penganggaran pembangunan jembatan tersebut pada 2012 senilai kurang lebih Rp5 miliar, namun belum sempat dikerjakan jembatan yang menghubungkan Kota Palu dan wilayah Doggala itu sudah rusak diterjang banjir. Asgar juga meminta agar tanggap darurat korban banjir di Kabupaten Donggala melibatkan Dinas Pertanian dan Pekerjaan Umum karena dua sektor ini terbilang parah. "Sebaiknya tanggap darurat di lokasai banjir Donggala tidak hanya melibatkan dinas sosial, dinas kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah tetapi juga dinas teknis seperti Pekerjaan dan Dinas Pertanian," kata Asgar. Banjir yang melanda tiga desa di Donggala tersebut tidak menimbulkan korban jiwa namun 10 unit rumah rusak dua diantaranya hanyut serta puluhan lainnya terendam lumpur. Banjir juga merusak infrastruktur seperti irigasi, jembatan, tiang listrik, saluran air bersih dan hewan ternak. TMU/ANT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM