Warga Lasoani Mendadak Gatal-gatal

PALU, MERCUSUAR – Sebagian warga yang tinggal di BTN Lasoani, Kecamatan Palu Timur, sepekan terakhir mendadak gatal-gatal. Gatal-gatal yang menyerang sekujur tubuh dan membuat mereka harus menggaruk terus menerus itu mulai terasa ketika malam hari.
Anggota Komisi IV DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, yang juga warga BTN Lasoani, Mustar Labolo, mengatakan, dirinya mendapatkan keluhan dari banyak warga yang tinggal di perumahan itu. “Kondisi itu meresahkan warga. Pemerintah perlu turun tangan meneliti, apa yang sebenarnya terjadi. Saya dan keluarga juga kena,” kata Mustar via ponsel, Selasa (8/6).
Warga Lasoani lanjut Mustar, menduga gatal-gatal tersebut akibat air PDAM yang mereka gunakan tidak lagi steril. Akhir-akhir ini air PDAM keruh dan kadang berbau. “Semua yang gatal-gatal mengonsumsi air PDAM. Perlu diteliti lebih jauh, apakah air tersebut telah tercemar dan akhirnya menimbulkan gatal-gatal pada warga. Jika tercemar, sangat berbahaya dan mengganggu kesehatan,” kata Mustar yang mengaku mengetahui adanya hasil penelitian Tim Asosiasi Pertambangan Emas Rakyat Indonesia (Asperi), jika air PDAM pada bak terbuka tercemar Merkuri hingga 0,005 ppm. Padahal ambang batas Merkuri yang diperbolehkan untuk air minum 0,001 ppm.
Lurah Lasoani, Hafid, yang dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan dari warga yang mengeluh gatal-gatal karena mengonsumsi air PDAM. Namun orang nomor satu di kelurahan tersebut, saat ini pun mengaku menderita gatal-gatal di sekujur tubuhnya tanpa mengetahui apa penyebabnya.
“Kalau laporan dari warga saya belum terima. Tapi kalau gatal-gatal, kita satu rumah juga tiba-tiba derita gatal-gatal ini. Saya tidak tahu apakah dari air atau tidak. Yang jelas sudah satu minggu ini badan ba rasa gatal semua,” ungkap Hafid, saat ditemui di kediamannya.
Menurut Hafid, ia belum berani memastikan apakah penyebab gatal-gatal yang ia alami berasal dari air PDAM yang dikonsumsi keluarga. Sejauh ini belum ada instruksi dari Pemerintah Kota Palu yang melarang mengonsumsi air PDAM. “Hampir semua warga Lasoani pakai air PDAM dan itu terus berlangsung sampai sekarang,” tandasnya.
Ketua Komisi III Nawawi Sang Kilat, setelah mendengar adanya penyakit gatal-gatal karena dugaan air yang tercemar, rencananya Rabu (9/6) hari ini akan melakukan kunjungan ke Kelurahan Lasoani. Kunjungan Komisi III untuk mendapatkan kepastian, apakah penyakit tersebut disebabkan air yang diduga tercemar aktivitas tambang Poboya atau karena sebab lain.
“Kita tidak boleh menduga-duga apa penyebab gatal-gatal yang menimpa warga. Olehnya Komisi III dan mungkin Komisi IV akan turun ke Lasoani, besok (hari ini. Red),” ujar Nawawi seusai salat dzuhur di musala Deprov, Selasa (8/6).

PDAM RAGU
Terpisah, Direktur PDAM Donggala, Ali Abdullah di Kantor Bupati Donggala, Selasa (8/6) meragukan jika penyakit kulit gatal-gatal yang kini menyerang warga kelurahan Lasoani, disebabkan karena mengonsumsi air PDAM.
Jikapun air tersebut telah bercampur Merkuri, menurutnya tidak serta merta mengganggu kesehatan manusia. Dibutuhkan waktu yang cukup lama, sepuluh hingga dua puluh tahun untuk melihat dampak buruk dari penggunaan bahan kimia tambang, melalui proses tumbuhan atau sayur mayur yang dimakan manusia. Sementara jika gatal-gatal warga disebabkan lewat air, juga belum dapat dipastikan. Pertimbangannya, karena Merkuri susah larut dalam air dan memiliki berat jenis 13 kali lipat dari air. “Prinsipnya soal gatal itu saya tidak tahu persis, karena itu ranah Dinas Kesehatan,” tegasnya.
Menurutnya sampai saat ini air PDAM masih aman untuk dikonsumsi warga. Ia juga menjelaskan, sejak satu pekan lalu, pihaknya telah mengirimkan lima sampel air dari sungai yang ada di wilayah timur Palu untuk diteliti di Laboratorium Dinas Kesehatan Makassar. Namun sampai saat ini belum ada hasilnya. “Sabarlah, apapun hasilnya nanti, akan langsung saya beritahukan ke Mercusuar,” pungkasnya.
Diantara sampel air yang dikirimkan itu berasal dari Sungai Kawatuna dan Lasoani, yang jaraknya hanya satu kilometer dari area pertambangan.
Sebelumnya, Ali Abdullah mengatakan, sumber air di wilayah Timur Palu berasal dari mata air Kawatuna, bukan dari Poboya. Untuk distribusi air minum ke pelanggan PDAM di Palu, pihaknya memanfaatkan sumur dalam sekira 150 meter dari permukaan tanah pada dua sumur di Kelurahan Kawatuna dan tiga sumur dari Kelurahan Lasoani.
Dinas Kesehatan Palu juga telah mengirimkan sampel air PDAM dari bak tertutup PDAM yang ada di Poboya. TMU/FIT/HID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

KARAKTERISTIK ILMU DAN TEORI HUKUM