Kisah Raja Ling
MERCUSUAR-Ungkapan
Presiden Soekarno tersebut menggambarkan dengan bahasa kiasan, peran dan
kehadiran pemuda sangat penting dalam sejarah panjang bangsa Indonesia.
Lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, diwarnai gerakan kaum muda.
Semangat
muda adalah semangat perubahan, aktif, energik, penuh spirit, kreatif,
visioner, pekerja keras, serta mempunyai nilai positif bagi kemajuan bangsa.
Namun semangat itu rasa-rasanya masih kurang. Di tengah kondisi kekinian,
rakyat membutuhkan tambahan satu karakter kepemimpinan, jujur. Ya, rakyat butuh
pemimpin bukan hanya kreatif, inovatif, energik, tapi juga jujur.
Dahulu kala,
ada seorang raja yang sudah tua. Sang Raja tidak laiknya orang yang duduk di
kekuasaan era kini. Ia tidak ingin mengangkangi kekuasaan, bertahan sebagai
pemimpin hingga ajal menjemput.
Ia menyadari
bahwa sudah dekat saatnya ia mencari pewaris kerajaannya. Ia tidak mewariskan
kerajaannya itu kepada salah satu dari bawahannya atau anaknya, sebagaimana
kebanyakan orang berkuasa. Ia memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang
berbeda.
Ia memanggil
seluruh anak muda di seluruh kerajaannya. Ia berkata, "Sudah saatnya
bagiku untuk mengundurkan diri dan memilih raja yang baru. Aku memutuskan untuk
memilih salah satu di antara kalian."
Anak-anak
muda itu terkejut! Tetapi raja melanjutkan,"Aku akan memberikan kalian
masing-masing satu bibit hari ini. Satu bibit saja. Bibit ini sangat istimewa.
Aku ingin kalian pulang, menanamnya, merawatnya dan kembali ke sini lagi tepat
satu tahun dari hari ini, dengan membawa hasil dari bibit yang kuberikan hari
ini. Kemudian aku akan menilai hasil yang kalian bawa, dan seseorang yang aku
pilih akan menjadi raja negeri ini!"
Ada seorang
anak muda yang bernama Ling yang berada di sana pada hari itu. Ia seperti yang
lainnya, menerima bibit itu. Ia pulang ke rumah dan dengan antusias memberitahu
ibunya tentang apa yang terjadi. Ibunya membantu Ling menyediakan pot dan tanah
untuk bercocok tanam. Ling menanam bibit itu kemudian menyiraminya dengan hati-hati.
Setiap hari
ia selalu menyirami, merawat bibit itu. Setelah beberapa minggu, beberapa dari
anak muda itu mulai membicarakan mengenai bibit mereka dan tanaman yang telah
mulai tumbuh. Ling pulang ke rumah dan memeriksa bibitnya, tetapi tidak ada
hasilnya.
Satu bulan,
tiga bulan berlalu. Tetap tidak ada hasilnya. Sekarang, para anak muda
memperbincangkan tentang tanaman mereka, tetapi bibit Ling tetap belum tumbuh.
Setiap orang memiliki pohon dan tanaman yang tinggi, tetapi ia tidak memiliki
apa-apa. Ling tidak berkata apa-apa kepada temannya. Ia tetap menunggu bibitnya
tumbuh.
Tepat satu
tahun, semua anak muda di seluruh kerajaan membawa tanaman mereka kepada raja
untuk dinilai.
Ling putus
asa dan tidak ingin pergi dengan membawa pot yang kosong. Tetapi ibunya
memberinya semangat untuk pergi dan membawa potnya.
Ling harus
jujur mengenai apa yang terjadi dengan bibit itu. Ling sadar bahwa saran ibunya
benar. Ia pergi ke istana dengan membawa pot kosong.
Ketika Ling
tiba, ia kagum melihat berbagai macam tanaman yang dibawa oleh teman-temannya.
Semuanya indah, dalam nermacam ukuran dan bentuk. Ling meletakkan pot yang
kosong itu ke lantai. Banyak orang menertawainya.
Ketika raja
datang, ia mengamati ruangan itu dan menyalami rakyatnya. Ling berusaha untuk
bersembunyi di bagian belakang. "Wah, betapa indahnya tanaman, pohon,
bunga yang kalian bawa," kata raja.
"Hari
ini, salah seorang dari kalian akan ditunjuk menjadi raja selanjutnya!"
Seketika,
sang raja melihat Ling dengan potnya yang kosong. Ia memerintahkan pengawalnya
untuk membawa Ling ke depan.
Ketika Ling
tiba di depan, sang raja menanyakan namanya. "Namaku Ling," jawab
Ling.
Semua orang
menertawakannya.
Sang raja
menenangkan situasi itu. Ia melihat Ling, dan kemudian mengumumkan ke seluruh
kerajaan, "Lihatlah, ini raja kalian yang baru! Namanya Ling!"
Ling tidak
mempercayai apa yang barusan dikatakan raja. Ia bahkan tidak bisa membuat bibit
itu tumbuh, mengapa ia bisa menjadi raja yang baru?
Sang Raja
berkata, "Satu tahun lalu, aku memberikan setiap orang sebuah bibit. Aku
perintahkan kalian mengambilnya, menanamnya, dan merawatnya. Kemudian
membawanya kembali kepadaku hari ini. Tetapi aku memberikan kalian bibit yang
sudah direbus, sehingga tidak akan bisa tumbuh. Kalian semuanya, kecuali Ling,
membawakanku pohon, tanaman, bunga. Ketika kalian menyadari bahwa bibit itu
tidak bisa tumbuh, kalian menukarkan dengan bibit lain. Hanya Ling yang
memiliki keberanian dan kejujuran untuk membawakanku sebuah pot kosong. Maka
aku putuskan, ia yang akan menjadi raja baru."
Kisah ini,
seratus delapan puluh derajat berbeda dengan kondisi sosial saat ini. Kita
begitu mudah menemukan orang-orang tua yang harusnya menjadi penasehat bijak
untuk anak-anak muda, justeru tampil di panggung politik demi sebuah kekuasaan.
Kita juga
tidak sulit menemukan orang yang mendorong anak, istri, saudara, atau kerabat
dekat duduk di kekuasaan.
Pun
anak-anak muda yang masuk ke kekuasaan, lagi-lagi harus berkaca pada Ling yang
rajin, amanah, dan jujur.
Akankah
Pilkada di ujung mata melahirkan sosok sang raja yang tahu diri dan Ling yang
amanah dan jujur? ***
Komentar
Posting Komentar