Sumpah Setia Salya
Oleh: Temu Sutrisno / Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah Senja merayap perlahan di langit Madiraja, menyulam warna jingga pada setiap helai daun yang bergoyang di hutan lengang. Di balik cahaya itu, dunia seperti sedang menahan napas, menunggu sesuatu yang belum sempat disebutkan. Pada sore seindah itu, Salya melihat seorang perempuan berdiri di tepi sendang. Perempuan itu seolah lahir dari cahaya air, lembut dan teduh . Dialah Dewi Pujawati . Rambut hitamnya bergulung pelan seperti aliran sungai. Wajahnya bening, memantulkan ketenangan yang meruntuhkan segala gundah. Salya mendekat dengan langkah yang nyaris tak terdengar, namun hatinya berdebur seperti genderang perang. “Daku tak bermaksud memecah sunyimu, Dewi,” katanya dengan suara yang dipaksa perlahan. Pujawati menoleh tanpa terburu-buru. “Kesunyian tak pernah pecah karena suara yang datang dari hati. Ia hanya berubah bentuk.” Sejak kata-kata itu meluncur, hati Salya tak lag...