Mendahulukan Kerja Kemanusiaan



Oleh: Temu Sutrisno

CAFE Trakadera di Kelurahan Tipo yang tersapu tsunami.
FOTO: TEMU SUTRISNO



Namanya Frangky Pesik. Wartawan berdarah campuran Manado-Poso berkulit putih ini, akrab di tengah sahabatnya dengan panggilan Angky.
Angky menjadi salah satu saksi dahsyatnya bencana 28 September 2018, yang menejang Palu, Donggala, dan Sigi. Sore itu Angky, berada di ruang redaksi Harian Mercusuar Palu. Saat gempa menggucang, seakan bangunan tua kantor Mercusuar akan runtuh. Guncangan hebat disertai suara gemuruh dari bawah tanah, membuat penghuni redaksi berhamburan keluar.
Sampai di halaman belakang Mercusuar, saat semua wartawan panik dan berusaha mengambil kendaraan untuk pulang bertemu keluarga, Angky berjalan kearah depan bangunan. Suara gemuruh kembali terdengar. Kali ini gemuruh tidak datang dari bawah tanah, melainkan pantai yang hanya berjarak sekira dua ratusan meter dari kantor redaksi Mercusuar.
Angky melihat kearah utara kantor, orang lari tunggang langgang sembari berteriak, tsunami, tsunami, tsunami. Air laut terlihat masuk ke Jl. Yos Sudarso depan Pangkalan lama Angkatan Laut Palu. Angky segera putar badan kembali ke pintu belakang kantor, untuk mengambil motornya.
Dengan berbekal senter HP, Angky masuk ke ruang belakang tempat kendaraan karyawan diparkir. Ruangan gelap, lampu padam dan jaringan PLN putus akibat gempa 7,4 SR. Perlahan Angky berhasil mengeluarkan motornya yang rubuh terhimpit motor lain.
Berhasil keluar, Angky menjalankan motor perlahan menyusuri Jl Macan dan terus melewati Jl Hang Tuah, bermaksud balik ke rumahnya di Jl. Karanja Lembah Desa Kalukubula Kabupaten Sigi.
Orang berlarian, motor, mobil berjalan rapat menuju perbukitan. Di ujung Jl Hang Tuah, Angky bertemu seorang anggota polisi yang basah kuyub minta tolong diantar pulang.
“Pak tolong bawa saya ke Tondo, ke Polsek. Tidak tahu bagaimana nasib anak istri saya,” kata polisi.
Tanpa pikir panjang Angky memutar motornya dan memboceng sang polisi, yang selamat dari hantaman tsunami di pantai. Saat itu polisi tersebut sedang bertugas di sekitaran patung kuda Pantai Besusu.
Jl Hang Tuah dari ujung selatan ke utara, yang biasanya hanya ditempuh tiga sampai lima menit waktu normal, terasa panjang malam itu. Angky harus menempuh sekira 15 atau 20 menit, karena banyaknya orang dan kendaraan terjebak macet.
Di ujung Jl Hang Tuah di depan Resto Sou Nagaya, polisi minta turun. “Biar jo Pak. Saya bajalan saja, sudah dekat. Terima kasih,” kata polisi sembari berlari menuju Polsek yang berjarak sekira dua ratus meter lagi.
Lagi-lagi ada orang minta tolong sama Angky. “Pak boleh pinjam kunci motornya, kunci motor dan mobil saya tertinggal dalam show room. Takut mau masuk,” kata laki-laki paruh baya.
Angky memberikan kunci motornya pada Ko’ Show Room yang tidak dikenalnya. Tidak lama, laki-laki tadi kembali dengan mendorong motor matic.
“Bisa Ko?” tanya Angky.
“Tidak bisa,” kata lelaki tadi. “Bagaimana bisa, itu matic. Saya pe motor Revo,” pikir Angky.
Lelaki tadi menyerahkan kunci pada Angky dan kembali berjalan menuju show roomnya. Motor matic dia tinggal di taman, terkunci.
Angky sempat menghabiskan sebatang rokok di taman di ujung Jl. Hang Tuah. Betapa kaget Angky, saat hendak menyalakan motornya. Kuncinya tidak bisa masuk. Setelah dilihat, ternyata bengkok.
Angky mencari batu untuk memukul meluruskan kunci. Dicoba berkali-kali, kunci tetap tidak mau masuk. Walhasil motor mogok.
Angky kembali menyalakan sebatang rokok, duduk-duduk di taman menyaksikan orang lalu lalang menyelamatkan diri, sembari membuat catatan kecil di HP.
Sekira pukul 20.00 Wita, Nampak beberapa orang mulai mengangkat mayat korban tsunami dari arah pegaraman.
Angky memasukkan HP ke saku dan mematikan rokoknya. Angky segera bergabung dengan orang-orang yang mengangkat mayat. Bukan untuk membuat catatan atau meliput kejadian. Angky terlibat langsung, bahu membahu mengangkat mayat dengan beberapa orang. Angky lebih memilih mendahulukan kerja kemanusiaan, daripada profesi yang digeluti sehari-hari sebagai wartawan.
Mayat pertama diaangkat. Angky memilih memegang bagian kaki, karena tidak mau melihat muka korban. Beberapa korban terpaksa ia lihat mukanya, karena harus mengangkat di bagian tangan atau bahu.
Mayat laki, perempuan, orang dewasa, dan anak-anak dia angkat dijejer di tepi jalan yang tidak tersentuh air tsunami.
Hingga mayat korban tsunami ke enam puluh empat, masih sempat Angky hitung. Setelah mayat ke enam puluh empat, Angky tidak lagi menghitungnya. Entah berapa banyak mayat Angky angkat, ia tidak lagi mengingatnya.
Dari sekian banyak yang diangkat, ada enam orang yang masih hidup. Malah ada satu yang mengaku dari seberang pantai arah barat Kota Palu. Korban hidup segera diangkat dan dinaikkan ke mobil pick up yang kebetulan pemiliknya ikut mengevakuasi korban. Mereka diantar ke rumah sakit.
Jelang subuh, di puncak kelelahan mengankat korban tsunami, Angky kembali ke taman sekadar meluruskan kaki mengembalikan tenaganya.
Satu-satunya modal, air mineral yang disimpan di tas dikeluarkannya. Ingat muka korban, air satu-satunya tidak jadi diminum. Air dipakai untuk mencuci tangan. Habis.
Satu malam tanpa makan, tanpa minum. Kini Angky hanya berteman rokok yang tinggal beberapa batang.
Pagi, Angky masih di taman itu. Datang seorang laki-laki yang ia tahu turut mengangkat mayat bersamanya. “Pak belum pulang,” tanya laki-laki itu.
“Tidak bisa, kunci bengkok,” jawab Angky.
“Coba saya lihat,” pinta laki-laki tadi. “Oh masih bisa ini,” katanya seraya membawa kunci ke bengkelnya.
Tidak lama, laki-laki tadi kembali dan menyerahkan kunci padaAngky. Masih ada palu di tangan laki-laki tadi.
“Belum bisa,” kata Angky setelah mencoba. Kembali laki-laki tadi memukul-mukul kunci dengan palunya di beton taman. “Coba lagi,” ia berikan kunci pada Angky.
Akhirnya kunci bisa dipakai dan motor Angky menyala. “Terima kasih pak,” kata Angky dan pamitan menuju rumahnya.
Sampai di rumah, Angky bersyukur keluarganya selamat dari guncangan gempa dan likuefaksi, di dua titik yang mengapit daerah kediamannya, Petobo dan Jono Oge. ***









Komentar

  1. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

Negeriku Makin Lucu