Tangisan Alam

-

 Anggitan: Temu Sutrisno

 


 

Alam kumelak nyawa sangsaya lara

Gunung ngeluwah lahar nggegana warih

Banyu nyurug ngrusak tanah nggeger luluh

Longsor murub mbantah tumrap warga

Awak nyawa gumulung tanpa pamrih walajapa

Omah gumingsir ngilang tanpa swara

Pungkasan nggrantes ning ati sing nyeksani

 

000

 

Ternak gumlethak ilang pangupa jiwa

Sawah ngrendhem kasaput kringet lan dugi

Latar rusak kaya ngrasakake lindu

Wong-wong ngungsi mring duka kaduka

Tangis buruk nambahi griya kang wus sirna

Srana tumandang mung ngadoh saka lara

Gya kelingan yen alam padha maringi

 

000

 

Wana tinacek wong ngoyak bandha maya

Wit-witan rubuh nangis alon nyelawadi

Alas suwe sepi tansah anyep ngemu

Angin ngrasakake tatagreka

Gunung dadi luka lumrah dipun tancep paksa

Tambang ngrembaka dadi kabungahan ala

Bumi ngrenyuh sesambat dudu rekadadi

 

000

 

Tanah gemah ripah owah dadi ngrana

Kadya pepati ngremet sapa ora ngerti

Bencana ngetut lumantar dosa manungsa ku

Gulung-gemulung marak nguntap rasa

Alam sambat "elinga, aja tumindak salah"

Yen sejatine urip kudu rukun karsa

Mugi bali rahayu sadurunge lali. ***

 

Tana Kaili, 29 November 2025

 

 

Tangisan Alam

Oleh: Temu Sutrisno

 

Alam menderita kematian yang menyakitkan

Gunung-gunung meletus banjir lava dan darah

Air mengalir deras menghancurkan daratan, mengguncang berentetan

Tanah longsor membakar mengancam manusia

Jenazah bergelimpangan tanpa ampun

Rumah-rumah runtuh tanpa suara

Memekakkan hati mereka yang menderita

 

000

 

Ternak-ternak terbaring, jiwa hilang melayang

Ladang-ladang bermandikan keringat dan air mata

Bentang alam hancur merasakan gempa

Orang-orang melarikan diri dalam amarah

Jerit tangis menambah buruk permukiman yang lenyap

Mereka berusaha menjauh dari rasa sakit

Mereka tidak ingat bahwa alam selama ini memberi yang dicari

 

000

 

Manusia dihukum karena mengejar harta karun samar

Pohon-pohon tumbang menangis perlahan

Hutan sunyi, dingin dalam waktu yang lama

Angin merasakan kehadirannya

Gunung luka menganga digali

Pertambangan menjadi kegembiraan tak terkendali

Bumi menangis tiada henti

 

000

 

Tanah perkemahan meranggas tandus membatu

Seperti maut meremuk siapa yang berlalu

Bencana membayangi dosa manusia

Kerumunan penuh rasa

Alam mengingatkan: "Jangan berbuat durjana,

Hidup selaras harmonis tanpa cela,

Hai manusia! Kembalilah sebelum kau lupa." ***

 

 

Tana Kaili, 29 November 2025

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dewi Themis Menangis

-
Gambar
  Oleh: Temu Sutrisno   DEWI Themis duduk bersimpuh di hadapan Ratu Shima. Dewi keadilan Yunani itu menumpahkan isi hatinya pada ratu adil tanah Nusantara yang bertakhta di Kalingga. “Duh Sang Ratu, aku tak sanggup lagi mengemban tugas sebagai simbol keadilan universal. Di Negara lain mungkin aku bisa jadi dewi keadilan, tapi tidak dengan negeri Nusantara,” keluh Dewi Themis bercucuran air mata. Bagaimana tidak, lanjut Dewi Themis, aku yang lahir dari peradaban Yunani tidak mampu menembus kepribadian para penegak hukum di negeri ini. “Kepadamu wahai Ratu Shima yang adil dan bijaksana, aku serahkan tutup mataku, pedang, dan timbangan keadilan ini,” kata Dewi Themis. “Mengapa engkau lakukan itu, wahai dewi. Bukankah engkau perlambang ketulusan, kelemahlembutan, dan nurani luhur?” sahut Ratu Shima. “Di negeriku Yunani dan banyak negara mungkin karakterku bisa dipahami. Tapi di sini aku rasakan tidak seperti itu. Mungkin lebih tepat engkau yang menjadi simbol keadilan di Nus...
Baca selengkapnya

Kedudukan DPRD Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014

-
UUD NRI 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang merupakan hasil kesepakatan seluruh rakyat, yang keberlakuannya berlandaskan pada legitimasi kedaulatan rakyat. Sehingga UUD NRI 1945 merupakan hukum tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu materi penting konstitusi adalah pengaturan tentang lembaga negara, dalam bentuk kekuasaan yang diterjemahkan ke dalam tugas dan wewenang lembaga negara. Tercapai tidaknya tujuan bernegara, berujung pada bagaimana lembaga-lembaga negara tersebut melaksanakan tugas dan wewenang konstitusionalnya serta hubungan antarlembaga negara. Meminjam pendapat William G. Andrews, konstitusi mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain. Karena itu, biasanya, isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal penting, yaitu men...
Baca selengkapnya

Dursala; Cinta di Antara Angkara

-
Gambar
Oleh: Temu Sutrisno / Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah  Sejak kecil, Dewi Dursala atau biasa disebut Dursilawati, selalu merasa dirinya berbeda. Ia adalah satu-satunya perempuan di antara seratus Kurawa yang memenuhi istana Hastinapura dengan suara keras dan langkah-langkah penuh keangkuhan. Seratus laki-laki, seratus jiwa yang dibesarkan dalam api kebencian dan ambisi. Namun Dursala tumbuh dengan hati lembut, penuh kasih seperti ibunya, Dewi Gendari. Ia sering duduk di taman istana, memandangi kolam teratai yang tenang memantulkan langit sore. “Ibu,” tanyanya suatu hari, “mengapa Kakak-kakakku begitu mudah marah? Mengapa mereka senang bertengkar dengan para Pandawa?” Dewi Gendari tersenyum kecil, menatap ke arah suara anaknya dengan mata yang tak lagi melihat dunia. “Karena, mereka belajar dari dunia yang keras, bukan dari hati yang lembut. Mereka diajari untuk menang, bukan untuk memahami, Nak." Nama pamannya, Sangkuni, menjadi bayangan yang selalu...
Baca selengkapnya