Meneladani Rasulullah Mengagungkan Martabat Manusia
Suatu hari Rasulullah mendapati rombongan yang mengangkut jenazah lewat di hadapan beliau. Nabi pun berdiri menghormati.
Sahabat beliau segera memberi tahu dengan nada seolah protes, “Itu jenazah orang Yahudi.”
“Bukankah ia juga manusia?” sahut Rasulullah.
Dialog singkat ini bisa dijumpai dalam hadits shahih Imam Bukhari.
Sifat lain dari Rasulullah yang perlu diteladani dalam kehidupan sehari-hari yakni ramah tamah. Nabi dalam sebuah hadis berkata kepada istrinya, Aisyah RA:
"Hai Aisyah, bertakwalah kepada Allah SWT, dan bersikaplah ramah. Sesungguhnya keramahan jika ditempatkan di manapun, ia akan menghiasinya, dan tidak dilepas dari mana pun kecuali ia akan menjadikannya buruk". (HR Muslim)
Ada seorang pengemis buta di sudut pasar Madinah. Pengemis Yahudi tersebut merasa jijik dan muak bila mendengar orang menyebut nama Muhammad. Bahkan, ia menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai tukang sihir dan pembohong besar. Pengemis itu sering berkata bahwa siapa pun mesti mewaspadai sosok bernama Muhammad.
Rasulullah SAW sama sekali tak membenci dan dendam kepadanya. Beliau hanya tersenyum dan selalu bersikap lembut terhadapnya. Nabi juga rela meluangkan waktu setiap pagi untuk menyuapkan makanan kepada pengemis buta tersebut.
Kebiasaan tersebut terus berlanjut, dan si pengemis itu tidak tahu bahwa yang menyuapinya makanan setiap hari ialah Nabi Muhammad, orang yang ia benci.
Petikan kisah dan hadits di atas menyiratkan pesan substansial bahwa Rasulullah sangat menghormati manusia. Hal itu selaras dengan pernyataan Al-Qur’an Surat al-Isra ayat 70, “Walaqad karramnaa banii Adam (dan sungguh telah Kami muliakan manusia-anak keturunan Adam).”
Betapa agungnya kemanusiaan dalam Islam. Rasulullah meneladankan kepada umatnya tak hanya teguh di jalan tauhid, tapi secara bersamaan juga ikhlas menghargai martabat manusia. Allahualam bishawab. *
TMU
Karampe, 7 September 2024
Komentar
Posting Komentar