Haman, Staf Ahli Fir’aun yang Menyesatkan
HAMAN, tokoh fenomenal dibalik nama besar Fir’aun Minephtat atau Merneptah putra dari Fir’aun Ramses II, semasa Nabi Musa. Haman menempati beberapa posisi penting sebagai menteri, penasehat raja-mungkin saat ini bahasa mutakhirnya adalah staf ahli, tenaga ahli, atau dewan pertimbangan--, dan Haman juga berperan sebagai pelaksana proyek pembangunan.
Haman, dengan kewenangan besar yang dimilikinya dari Fir’aun menjadi penentu pelaksanaan proyek di semua daerah kekuasaan. Haman, bisa menunjuk siapa saja untuk melaksanakan pekerjaan. Haman menentukan pekerjaan apa saja yang bisa dilaksanakan, dan pekerjaan mana yang diurungkan. Kuncinya satu, Fir’aun senang dan ia mendapat keuntungan besar dari penunjukan proyek dan pelaksananya.
Haman juga sangat menentukan siapa sosok yang layak diberi jabatan dan siapa yang harus disingkirkan. Jika seseorang butuh jabatan, mudah saja. Dekati Haman dan mainkan suara gemerincing uang.
Saat Nabi Musa mengajak Fir’aun menyembah Allah SWT, Fir’aun kalap dan menantang Musa beradu sihir. Musa dengan petunjuk Allah memenuhi tantangan Fir’aun. Bukannya menang, Fir’aun takluk dihadapan Musa.
Bukannya sadar, Fir’aun marah besar dan mengamuk di atas singgasananya. Para menteri dan orang-orang disampingnya menjadi luapan kemarahannya. Fir'aun tiba-tiba bertanya pada perdana menterinya, "Hai Haman, Apakah aku ini seorang pendusta?" teriak Fir'aun.
Haman, pengikut setia Fir'aun pun langsung bertekuk lutut kemudian meyahut, "Siapa yang berani menuduh baginda Fir'aun sebagai pembohong?!" ujarnya membela.
"Musa telah berdusta!" ujar Haman segera. Ia tak ingin tuannya marah.
Fir'aun kembali memandang Haman dengan ide tipu daya yang lain, "Wahai pembesarku, akulah Tuhan kalian. Bersama Haman, bagunlah untukku sebuah menara yang menjulang tinggi supaya aku sampai higga pintu-pintu langit. Aku ingin melihat Tuhan Musa, dan aku tahu bahwa Musa itu hanyalah seorang pendusta," ujar Fir'aun.
Haman pun segera memerintahkan para pembesar lain untuk memenuhi keinginan Fir'aun.
Ia sebenarnya tahu betul bahwa mustahil membangun menara seperti yang diinginkan Fir'aun. Membangun menara hingga pintu langit merupakan perkara ajaib yang tak mampu dilakukan. Kendati demikian, ia mengiyakan perintah Fir'aun agar sang raja tak murka padanya.
Hingga kemudian, Haman dengan kedudukannya meemberikan pengaruh bagi keputusan raja. Ia dengan mulut manisnya berusaha memuja Fir'aun.
"Paduka, untuk pertama kalinya saya merasa keberatan. Kendati Anda telah membangun menara menjulang, Anda tak akan pernah menemukan siapapun di langit. Karena memang tidak ada Tuhan selain Anda," ujar Haman.
Mendengarnya, Fir'aun langsung berbangga diri dan memuja diri sendiri dengan ucapan Haman. Apa yang diucapkan Haman tidak lebih dari tindakan ABS, asal bos senang.
Belajar dari sejarah, keruntuhan Mesir kuno bukan hanya karena pertentangan Fir’aun dan Musa. Bukan sekadar soal klaim ketuhanan Fir’aun. Mesir hancur juga karena kongkalikong antara Fir’aun yang sangat berkuasa dengan pengusaha besar saat itu, Qarun. Ada penyalahgunaan kekuasaan. Qarun bersama Haman, menerapkan praktik oligarki, segala kebijakan pembangunan di Mesir ditentukan secara kolitif antara penguasa dan pengusaha.
Mesir hancur, karena cendekiawan sekelas Bal’am dan teknokrat hebat seperti Haman tidak mampu mengingatkan Fir’aun. Plus Qarun yang meninabobokan Fir’aun dengan beragam suap.
Kini Fir’aun, Haman beserta Qarun dan Bal’am terlah tiada ribuan tahun silam. Namun sebagai karakter, sebagai mentalitas masih hidup dan tumbuh subut di tengah kekuasaan.
Sebagai karakter, Fir’aun yang selalu merasa benar, tidak mau mendengar kritik dan saran, Haman yang selalu meniupkan angin ‘surga’, Qarun yang siap menjadi pemodal dan menyuap, serta Bal’am yang menggadaikan idealismenya di depan kekuasaan dapat menjangkiti siapa saja.
Tengoklah, adakah orang-orang dengan karakter Fir’aun, Haman, qarun, dan Bal’am di sekitar kita? Wallahualam bishawab.***
Komentar
Posting Komentar