Menyenangkan Rakyat Kecil
Duduk di dego-dego, Tonakodi bersama-sama kawan-kawan seperbincangan sore itu ngobrol kesana-kemari.
Di bawah pohon Talise atau ketapang menunggu maghrib, perbincangan sampai pada rencana pengukuhan Ketua RT dan Ketua RW di kampung mereka.
Satu per satu kawan berbincang Tonakodi mulai menghintung janji-janji Ketua RT dan Ketua RW. Sebagian berharap dan bahkan dengan yakin, Ketua RT dan RW dapat memenuhi janji-janjinya sebelum pemilihan.
Namun ada juga yang ragu, pimpinan rakyat itu akan memenuhi janjinya. Bagi kawan Tonakodi yang meragukan, alasannya sederhana. Janji-janji sebelum pemilihan Ketua RT dan RW, seperti pemilihan di kampung sebelah yang lebih besar. Di kampung itu, banyak janji-janji tidak terlaksanakan karena tidak rasional.
Dari awal, rakyat dininabobokan dengan janji yang membuai.
Tonakodi hanya tersenyum mendengar obrolan para sahabatnya itu.
Melihat Tonakodi senyum-senyum, kawan-kawannya bertanya. Kenapa hanya senyum-senyum.
“Bagi saya, selama ada upaya memenuhi janji sudah syukur. Soal hasilnya nomor sekian. Masalahnya, kalau mereka sengaja atau berniat membohongi rakyat dari awal. Sudah tahu tidak mungkin dilaksanakan, tetap dijanjikan”.
“Kita berprasangka baik saja. Selama mereka masih berupaya menyenangkan kehidupan rakyat banyak, itu masih bagus. Kenapa? Karena kebanyakan pejabat senang hidup mewah. Sementara bagi rakyat kebanyakan, bisa hidup senang adalah sebuah kemewahan. Sederhana seperti itu menjalani kepemimpinan,” kata Tonakodi.
Allahu akbar…Allahu akbar. Azan menggema dari masjid di lorong sebelah. Tonakodi dan kawan-kawan beriringan menuju masjid. ***
Kereen, Pak
BalasHapus