Kalah sama Orang Mati
Oleh: Temu Sutrisno
MERCUSUAR-Penyerbuan Capitol Hill Amerika Serikat oleh pendukung Presiden DonaldTrump yang kalah dalam Pilpres, menjadi penanda rusaknya tatanan demokrasi dunia. Rusuh pascapenetapan hasil Pemilu di Negara kiblat demokrasi dan HAM ini, menunjukkan sisi kelam kedewasaan Amerika. Negara yang telah mengusung demokrasi lebih seratus tahun, faktanya rapuh di dalamnya.
Di Indonesia, friksi antarpendukung kandidat dalam kontestasi pemilihan juga mengemuka lima tahun terakhir. Jika di Amerika digerakkan langsung oleh Donald Trump, di Indonesia juga nyaris sama. Keterbelahan antarpendukung biasanya juga ‘dikompori’ kandidat dan elit politik.
Bahkan, sampai hari ini masih ada elit politik dan orang-orang yang berebut kekuasaan, belum akur gegara kontestasi pemilihan, baik Pemilu ataupun Pilkada. Malah ada dua karib yang tak kunjung berbaikan, hanya karena Pilkada.
Meminjam pemikiran para sufi, seharusnya orang-orang seperti ini malu. Orang yang sudah meninggal saja, bisa mendamaikan orang. Bagaimana mungkin orang yang masih hidup segar bugar, tak kepikiran untuk berangkulan dan menyatukan orang yang beda pilihan.
Ambil contoh, kita sering melihat makam tokoh tertentu yang diziarahi banyak orang. Bukan hanya tahunan, tapi tiap hari orang berziarah. Semua peziarah khusu’ melantunkan doa, tiada perbedaan pandangan dan pilihan politik. Tidak peduli warna partainya, pilihan saat Pemilu atau Pilkada, semua peziarah berdoa yang intinya untuk kebaikan dunia akhirat.
Artinya apa? Orang yang telah meninggal sekalipun, masih berkontribusi pada kebaikan dan kedamaian-setidaknya untuk peziarah.
Bagaimana yang masih hidup? Harusnya dia malu, karena telah merobek kebersamaan, membangun keterbelahan, dan tidak mendamaikan.
Manusia agung Al Mustafa Muhammad SAW mengajarkan agar manusia tidak saling dengki, saling menipu, saling marah, dan saling memutuskan hubungan.
Jangan karena Pemilu atau Pilkada, rusak hubungan. Malu sama tokoh yang kuburnya diziarahi orang dari beragam kalangan. Malulah pada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Fattaqullaha wa asliḥụ zata bainikum. Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu. ***
Komentar
Posting Komentar