Masih Ada Orang Baik
Oleh: Temu Sutrisno
"Di luar sana, tidak terkira orang terang-terangan mencuri, korupsi, tidak menepati janji, dan tidak peduli. Bahkan banyak orang berebut ‘kursi’ dengan cara yang tidak terpuji".
MERCUSUAR-Beberapa hari lalu
mobil pimpinan Sulteng Raya, Suyanto, dibobol orang saat salat di sebuah masjid.
Orang yang tak bertanggung jawab menggondol tas berisi handpone dan dompet
berisi kartu identitas.
MasYanto sempat menyampaikan ke
beberapa teman melalui grup WhatsApp kalau HP hilang, dan teman-teman masih
bisamenghubungi nomor yang sama. Kebetulan nomor WA menggunakan HP tua yang
satunya. “Android saya hilang. Nomor WA
aman, di HP jadul”. Demikian info dari Mas Yanto.
Kasus Mas Yanto cukup menarik
bagi saya, karena keesokan harinya melalui WA disampaikan, bahwa ada tiga anak
mudamengantarkan tas ke rumahnya. Tiga anak muda tersebut telah putar-putar ke
alamat berdasarkan kartu dan buku
rekening yang ada dalam tas itu. Tengah malam, ketiga anak muda itu bertemu Mas
Yanto untuk mengembalikan langsung tas bersama isinya. “Hanya android yang
hilang,” terang Mas Yanto.
Menarik. Di tengah menurunnya
rasa kegotongroyongan dan kekeluargaan, masih ada anak muda yang baik. Di
tengah era teknologi informasi, mereka mencari langsung pemilik barang.
Biasanya orang mengandalkan informasi melalui grup media sosial. Tentu adarasa
berbeda menolong dan bertemu langsung orang yang ditolong, dengan hanya sekadar
menyampaikan lewat media sosial.
Kisah Mas Yanto hanya satu dari sekian kisah orang baik. Kita pernah
mendengar kisah Jubaidi, pemulung di Yogyakarta
mengembalikan uang Rp20 juta. Jubaidi, pemulung di Umbulharjo, pada 23 Mei 2018
hendak pulang melewati Jalan Veteran usai membuang sampah yang sudah
dipungutnya sejak pagi hari.
Tanpa
sengaja, Jubaidi menemukan sebuah bungkusan tas warna merah tergeletak begitu
saja di pinggir jalan. Mengetahui isinya tumpukan uang yang banyak, Jubaidi
langsung mengembalikan uang tersebut kepada pemiliknya.
Kita
juga mendengar kisah Ahmad Zaini pemulung di Denpasar, Bali, mengembalikan emas
senilai Rp 300 juta. Ahmad Zaini, asal Situbondo, Jawa Timur, ini mengembalikan
tiga kotak berisi perhiasan emas senilai Rp 300 juta yang ditemukan di bak truk
sampah kepada pemiliknya.
Ahmad
mengaku sempat menyimpan kotak tersebut karena takut salah memberikan pada
orang yang salah. Akhirnya kotak tersebut dia simpan. Namun kemudian melaporkan
penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah, Made Raka.
Tak
lama kemudian, seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak
perhiasan emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan
kotak itu. Tapi setelah Desak Putu menyebutkan ciri-ciri dan isi kotak itu
dengan benar, maka dikembalikanlah kotak itu.
Di
Filipina dan Jepang, kasus serupa juga pernah terjadi. Seorang pemulung asal
Filipina bernama Emmanuel Romano mengembalikan uang 500,000 peso atau Rp132
juta yang dia temukan di dalam kantong plastik. Uang tersebut dia berikan
kepada pihak berwenang, meskipun saat itu kondisi keluarganya sedang kacau dan
anaknya sakit. Setelah uang itu dikembalikan, pemilik uang itu berjanji
membantu pengobatan anaknya dan memberi dukungan finansial.
Selain
itu, pihak berwenang juga berjanji akan membantunya merenovasi rumah dan
memberinya kenaikan gaji atau promosi. Menurut pengakuan pemilik uang itu, istrinya
tidak sengaja melempar kantong berisi uang ke tempat sampah.
Seorang
tukang sampah di Jepang yang berusia 63 tahun menemukan setumpuk uang tunai di
tempat pembuangan sampah di kota Numata, wilayah tengah Jepang. Jumlah uang
yang ditemukannya tak main-main, yaitu 42,5 juta yen atau sekitar Rp5 miliar.
Uang tersebut langsung dia laporkan ke petugas kepolisan untuk ditemukan
pemiliknya.
Polisi kemudian
mengumumkan temuan uang itu dan mempersilakan pemilik uang itu datang dengan
membawa bukti-bukti yang meyakinkan.
Kasus dan kisah di atas memberikan pelajaran berharga, ternyata masih
banyak orang berjiwa sosial, banyak orang baik hati. Padahal di luar sana, tidak
terkira orang terang-terangan mencuri, korupsi, kerja sehari-hari hanya membuli dan caci maki, dusta tidak menepati janji, dan
tidak peduli pada sesama. Bahkan banyak orang berebut ‘kursi’ dengan cara yang tidak
terpuji.***
Komentar
Posting Komentar