Dievakuasi Tentara, Monica Melahirkan Pascagempa
Oleh: Temu Sutrisno
HAMPIR semua wanita menginginkan proses
kelahiran normal di rumah sakit dan ditangani tim dokter dengan baik. Namun
kondisi itu tidak bisa dinikmati Monica (20). Ibu muda dari Donggala itu harus
melahirkan ditengah kondisi yang serba terbatas. Monica melahirkan sepuluh hari
pasca bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang menerjang Palu, Sigi, dan
Donggala melalui operasi caesar tanpa suami dan kerabat di sisinya.
Senin (8/10/2018) penulis mendapat pesan
WA dari Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 132 Tadulako, melalui Grup Media
Gempa Palu-Donggala. Pesan WA seputar kegiatan Satgas Yon Armed-6/TMR yang
melakukan evakuasi dan membantu persalinan pengungsi korban gempa di Banawa,
Donggala atas nama Monica.
Komandan Batalyon Armed-6/TMR Mayor Arm.
Rohmadi menyampaikan bahwatimkesehatan satuan tugas membantu evakuasi seorang
ibu muda yang melahirkan, dengan menggunakan ambulance satuannya
Satgas Yon Armed-6/TMR merupakan satuan
bantuan tempur (Satbanpur) yang berada di jajaran Divisi Infanteri-3 Kostrad
yang berkedudukan di Makassar.
“Awalnya, hari minggu kemarin (7/10/2018)
Komandan SSK Kapten Arm Suseta Setya Dika melaporkan bahwa ada seorang ibu yang
masih berusia muda mengeluh sakit pada kandungannya,” tutur Rohmadi.
Kepada Tim Kesehatan Satgas, Monica (20)
mengaku pernah konsultasi ke RSUD Donggala pada 1 Oktober 2018 atau setelah
gempa Donggala. “Ketika itu dari dokter disarankan harus operasi Caesar pada
hari ini (senin, 8/10/2018),” sambung Rohmadi.
Berdasarkan pengakuan tersebut dan
dengan pertimbangan bahwa Monica mengalami permasalahan di rahimnya yang tidak
terbuka, maka Rohmadi memerintahkan Tim Kesehatan mengevakuasi Monica dengan
menggunakan ambulance, ke RSUD Donggala.
“Sebagai orang awam, saya hanya memahami
bahwa dalam kondisi saat ini sang ibu tidak hanya memiliki permasalahan medis
semata namun juga dimungkinkan masalah psikis ditengah situasi pasca gempa,
maka tiada alternatif lain maka segera dievakuasi ke Rumah Sakit Donggala,”
terang Rohmadi.
Setelah mendapat perintah dari
Dansatgas, Senin pagi sekira pukul 07.45 , Tim Kesehatan segera mempersiapkan
diri dan berangkat mengevakuasi Monica dari tenda pengungsian.
Berkat kesigapan dan ketepatan
pengambilan keputusan tersebut, pada akhirnya pada hari yang sama sekitar pukul
09.45 Wita, Monica berhasil melahirkan dengan operasi caesar dalam keadaan aman
dan selamat, termasuk bayinya.
“Dua jam setelah pemberangkatan, dengan
mengucapkan syukur dan rasa terimaksih kepada para dokter dan tenaga medis RSUD
Donggala, tim mengabarkan bahwa Monica telah melahirkan bayi perempuan dengan
aman dan selamat,” kata Rohmadi.
“Meski tidak ada hubungan kekerabatan,
perasaan kami juga dipenuhi dengan rasa was-was, bukan apa-apa, ditengah
situasi hiruk pikuk seperti ini operasi caesar tidaklah mudah. Namun, berkat
sikap profesional mereka semuanya dapat berjalan dengan lancar,” cerita
Rohmadi.
“Setahu kami, yang bersangkutan tinggal
sendiri karena saat lapor dan berangkat pun tidak ditemani saudara atau
suaminya, sehingga secara moril kami memiliki tanggung jawab sampai nantinya
dapat keluar dari RSUD,” kata Rohmadi.
Monica merupakan warga Donggala dengan
status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang beralamat di jalan Trans
Palu-Donggala, saat dievakuasi tentara sedang mengungsi dan tinggal di tenda pengungsian belakang kantor
Bupati. Berdasar penuturan Monica, saat dirinya dievakuasi dan dalam proses
melahirkan, suaminya Rahman Nizar, sedang menjemput keluarganya di Palu untuk
dibawa ke Donggala.
Monica bersyukur, ditengah kondisi serba
terbatas pascagempa, ia melahirkan dengan selamat. Bayi perempuan mungil
menjadi penanda kehidupan baru, bagi Monica dan keluarganya. ***
Komentar
Posting Komentar