Strategi Komunikasi Media[1]
Oleh:
Temu Sutrisno[2]
PENDAHULUAN
Berita itu bukan peristiwa. Tapi
persepsi atau serapan manusia atas peristiwa. Dengan demikian, berita adalah
upaya rekonstruksi atas peristiwa, dengan pertimbangan agar persitiwa itu
memiliki arti. (Wilbur Schramm,1949).
Pemahaman ini dalam konteks media
disebut dengan angle. Angle berita (news angle) adalah sudut pandang (poin of view) pewarta terhadap sebuah
peristiwa. News Angle inilah
yang akan membedakan isi berita antara
satu media dengan media lainnya. Peristiwanya sama, namun karena perbedaan
news angle, konten dan
pesan beritanya akan berbeda.
Dalam konteks yang lebih luas,
berita juga dipengaruhi pandangan dunia (weltanschaung).
Secara sederhana, pandangan dunia adalah bingkai atau framing dibuat untuk
gambaran tentang dunia. Bergabai berita di dunia adalah peristiwa yang diberkan
framing, agar kejadian-kejadian itu
tersusun secara runtut.
Noam Chomsky membuat ilustrasi
persepsi dengan kisah percakapan antara perompak dengan angkatan laut pada masa
pertengahan. Perompak atau bajak laut yang tertangkap ngotot tidak mau ditankap
dan disalahkan oleh armada angkatan laut. Pemimpin perompak mengatan, “Kenapa
kami yang kecil disebut perompak, sementara anda yang mengambil upeti lebih
besar disebut pahlawan?”
Percakapan pendek ini menarik
sebagai ilustrasi, bahwa peristiwa yang sama dipersepsi berbeda.
KOMUNIKASI MEDIA
Media merupakan salah satu dari unsur komunikasi yang
berperan besar dalam proses komunikasi efektif. Adapun peran media adalah membawa pesan dari
sumber, atau pengirim pesan kepada
penerima pesan dengan cepat dan tepat.
Berbagai kegiatan komunikasi seperti public relations atau
periklanan sebagian besar menggunakan media massa untuk menyebarkan pesan.
Untuk itu, sumber atau pengirim pesan dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
media massa atau media lainnya sebagai bagian dari strategi komunikasi.
Dalamteori strategi komunikasi dijelaskan bahwa strategi merujuk pada
pendekatan komunikasi menyeluruh, yang akan diambil dalam rangka menghadapi
tantangan yang akan dihadapi selama berlangsungnya proses komunikasi. Strategi
sendiri diartikan sebagai perencanaan atau planning dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang hanya dapat dicapai melalui taktik
operasional. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi komunikasi adalah
pendekatan perencanaan yang menyeluruh guna mencapai khalayak sasaran yang
dituju untuk memastikan efektivitas komunikasi yang besar.
Salah satu bagian penting dari strategi komunikasi adalah pemilihan
media yang tepat. Hal ini disebabkan media berperan penting dalam menyebarkan
pesan kepada khalayak sasaran dengan tepat dan cepat. Di sinilah pengirim pesan
harus mempertimbangkan perencanaan media termasuk strategi media yang matang,
yang disesuaikan dengan khalayak sasaran, tujuan yang hendak dicapai, pesan
yang disampaikan, serta teknik komunikasi yang digunakan sehingga komunikasi yang efektif dapat tercapai.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa strategi pendekatan
komunikasi dengan media mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
media yang dapat digunakan untuk menyebarkan pesan sebagai bagian dari strategi
komunikasi guna menunjang efektivitas komunikasi. Umumnya hal ini dilakukan
oleh press officer atau media relations coordinator sebagai
bagian dari tim kegiatan komunikasi yang akan dilaksanakan.
Adapun strategi pendekatan komunikasi dengan media di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Melakukan kontak dengan media dan menjaga hubungan baik
Bagi press officer atau media relations
coordinator sebaiknya melakukan kontak dengan media terlebih dahulu
sebelum menyebarkan informasi.
Setelah mengetahui kontak di setiap organisasi media, sebaiknya
membuat daftar nama dan nomor kontak secara rinci. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan press officer atau media relations
coordinator untuk mengirim press release, mengundang media
untuk meliput kegiatan komunikasi yang dilakukan, dan dapat segera menghubungi
media ketika memiliki informasi atau kegiatan yang bernilai berita.
Press officer atau media relations coordinator maupun
jurnalis saling membutuhkan satu sama lain. Karena itu, press
officer atau media relations coordinator hendaknya
tetap menjaga hubungan baik dengan jurnalis dengan mengacu pada etika dalam media relations yakni saling menghormati satu
sama lain, menjaga kepercayaan, dan bekerja sama dengan baik.
2. Memberikan pelayanan kepada media
Press officer atau media relations coordinator hendaknya
siap sedia untuk memberikan pelayanan prima kepada jurnalis sesuai dengan
kebutuhan media. Misalnya, memberikan jenis-jenis informasi atau penjelasan, klarifikasi, atau menjawab
berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan organisasi atau kegiatan komunikasi
yang dilakukan kepada jurnalis melalui press release.
3. Memberikan naskah informasi yang baik
Strategi berikutnya adalah dengan memberikan naskah informasi yang
baik kepada jurnalis. Naskah informasi ini biasanya ditulis dalam bentuk
artikel opini mengenai isu tertentu yang disertai dengan data faktual serta
gambar yang mendukung. Sebisa mungkin naskah informasi yang diberikan
disesuaikan dengan selera media. Hal ini dimaksudkan agar salinan berita yang
diberikan tidak mengalami banyak penyuntingan sehingga dapat segera dimuat oleh
media.
4. Bekerja sama dalam menyediakan materi
Strategi selanjutnya adalah bekerja sama dalam menyediakan informasi
kepada jurnalis. Dalam artian, berbagai informasi yang akan diberikan kepada
jurnalis diperoleh dari berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi.
Informasi yang diperoleh dari berbagai pihak ini kemudian dikumpulkan dan
disusun sedemikian rupa sehingga informasi yang diberikan nantinya adalah
informasi yang lengkap dan komprehensif.
5. Memberikan fasilitas
Pemberian fasilitas kepada jurnalis atau pekerja media berkaitan
dengan peliputan kegiatan komunikasi yang dilakukan. Misalnya, press
officer atau media relatons officer menyediakan
fasilitas press room atau media center bagi
jurnalis untuk meliput kegiatan, memperoleh informasi yang dibutuhkan, atau
menjalankan tugas-tugas jurnalistik lainnya seperti menulis berita dan
menyiarkannya melalui internet.
ERA
TEKNOLOGI INFORMASI
Perkembangan tekonologi informasi, sangat memengaruhi
perjalanan media dan komunikasi massa. Media mengalami transformasi dari media
cetak, elektronik, dan terakhir lahir era new media, media digital atau media
online. Meski tidak menggerus total media cetak dan elektronik, media online
memaksa dua saudara tuanya, bergerak dalam bentuk konvergensi media. Ada upaya
penggabungan platform media cetak, elektronik, dan online. Saat ini jarang
ditemui, media hidup dengan satu platform media.
Era teknologi informasi yang serba cepat, juga memenaguhi
perilaku komunikasi dan pekerja media. Pekerja media dituntut bekerja cepat
menyajikan berita secara realtime, seirama dengan kebutuhan
informasi masyarakat yang sangat cepat. Masyarakat sering mendapatkan informasi
dan menggunakan saluran media sosial untuk saling berkomunikasi, dibanding
media mainstream baik cetak, elektronik, maupun online.
Beberapa permasalahan yang sering muncul di era teknologi
informasi diantaranya plagiarisme, rentan kesalahan, penyembunyian identitas
atau identitas ganda, gambar palsu atau gambar layak sensor, dan pemilihan
disksi menarik namun kurang etis. Kondisi ini menjadi lebih komplek
permasalahannya, karena kemajuan teknologi informasi juga melahirkan jurnalisme
dua arah, dimana netizen bisa melakukan kerja-kerja reportase
sebagaimana pekerja media, dan tidak terikat pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur media.
Meminjam pemikiran Nicholas Johnson, mantan komisioner
komunikasi AS, pada akhirnya para ahli komunikasi tetap meyakini bahwa
keberhasilan komunikasi media bukan terletak pada kecepatan, tetapi kata-kata,
model penulisan yang baik, dan akurasi yang tetap disandarkan pada moralitas
umum sebagai kehendak publik.***
Referensi:
Alex Sobur, Analisis Media, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2004.
Prof. Dr. Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna,
Kencana, Jakarta, 2010
Bill
Kovach, Sembilan Elemen Jurnalisme, Pantau, Jakarta, 2006.
Dan Lattimore, Public Relations: Profesi dan Praktik,
Salemba Humanika, Jakarta, 2010.
Yosep Adi Prasetyo, Dewan Pers 2016-2019, Mengembangkan
Kemerdekaan Pers dan Meningkatkan Kehidupan Pers Nasional, Dewan Pers
Jakarta 2016.
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 2004.
[1]. Disampaikan dalam Workshop Program Kota
Tanpa Kumuh (Kotaku) Tingkat Kota Palu, Rabu 30 Oktober2019.
[2]. Wakil Pimpinan Redaksi Mercusuar/Wakil
Ketua Bidang Pendidikan dan Kompetensi Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) Sulawesi Tengah.
Komentar
Posting Komentar