Tonakodi-Hoaks dari Desa Salem
Oleh: Temu Sutrisno
MERCUSUAR-Tahun 1692, sekumpulan gadis di Desa Salem, Massachusetts
bertingkah aneh setelah mendengar cerita dari seorang budak Indian Barat. Saat
ditanya, mereka mengatakan akibat perbuatan aniaya yang dilakukan beberapa
perempuan tukang tenung.
Orang-orang tidak heran dan
langsung percaya begitu saja, karena abad 17 Amerika dan Eropa dipenuhi isu
tenung. Sihir dan tenung meluas di kedua benua, tanpa upaya verifikasi dan
klarifikasi memadai.
Pemerintah kota segera melakukan
sidang menyikapi kasus tersebut. Sidang memutuskan eksekusi terhadap Bridget
Bhisop, seorang penjaga kedai minuman. Sebulan kemudian lima perempuan
dieksekusi mati di tiang gantungan. Semua saksi dalam sidang mengatakan,
melihat para pelaku dalam bentuk ruh bergentayangan. Ketakutan warga Salem dan
kota sekitarnya meyeruak, pengadilan tidak lagi mengedepankan rasionalitas dan
fakta-fakta yang bisa dibuktikan. Tahun itu setidaknya 20 orang dieksekusi mati
dan ratusan orang dijebloskan ke penjara, karena isu tenung.
Ketakutan menyebar. Histeria
sosial melingkupi seluruh New England. Isu tenung bukan lagi milik Desa Salem.
Akhirnya para pejabat terkemuka
dan pendeta minta peradilan dihentikan, dan dilakukan penyelidikan mendalam
atas isu tenung. Semua tahanan dibebaskan. Gubernur Koloni setuju usulan
tersebut.
Hasil pendalaman cukup
mencengangkan. Isu tenung sengaja dibuat oleh kelompok puritan dan pelaku
ekonomi tradisional. Isu tenung dan sandiwara para gadis, merupakan kebohongan
dan kebencian yang diskenariokan untuk melawan kelompok sekuler yang mulai
menguasai ekonomi New England. Pendalaman kasus juga menemukan, semua korban
yang dieksekusi dan dipenjara adalah kaum pedagang, kelompok sekuler yang
menguasai sosial ekonomi New England.
Kelompok puritan yang taat pada
gereja dan kebanyakan berprofesi sebagai petani, kalah bersaing dalam perebutan
kekuasaan sosial, ekonomi, dan politik. Isu yang paling mudah dimainkan adalah
isu yang berkaitan dengan keyakinan masyarakat.
Isu serupa juga pernah menggegerkan Indonesia.
Tahun 1997, isu santet dan ninja atau operasi naga hijau teejadi di Tasikmalaya
Jawa Barat dan Situbondo Jawa Timur. Peristiwa itu muncul jelang Pemilu.
Satu tahun kemudian, tahun 1998
isu dukun santet kembali menyerang Situbondo dan Banyuwangi, Jawa Timur.
Setidaknya 250 orang jadi korban pembunuhan yang dilakukan masyarakat secara
terbuka, karena dituduh tukang santet. Lagi-lagi peristiwa nahas itu, diduga
berkaitan dengan Pemilu 1999.
KH. Hasyim Muzadi, Ketua PWNU
Jawa Timur saat itu mensinyalir peristiwa itu untuk memecah belah warga NU agar
tidak solid mendukung satu kekuatan politik tertentu, menjelang Pemilu 1999.
Tahun
2003, terjadi penganiayaan terhadap KH. Ahmad Asmuni Ishaq hingga wafat di Desa
Kaliboto Lor, Kecamatan Jatiroto, Lumajang, yang dilakukan komplotan ala ninja.
Gus Dur mengaitkannya sebagai modus operandi yang sama dengan peristiwa di
Banyuwangi tahun 1998. Tujuannya menurut Gus Dur sama, untuk mengganggu atau
bahkan menggagalkan Pemilu 2004.
Informasi bohong (hoaks), ujaran dan isu-isu berakar
kebencian dalam skala besar kecenderungannya, dimainkan oleh kelompok kekuatan
dengan kepentingan tertentu. Kepentingan itu sebagaimana kasus New England dan
Banyuwangi, bisa dilatarbelakangi kepentingan ekonomi, politik, atau
kepentingan lainnya seperti dendam pribadi dan ketidaksukaan terhadap orang
atau kelompok tertentu.
Hoaks dan ujaran kebencian jika
pada masa lampau beredar dari mulut ke mulut, kini makin mudah menyebar di era
teknomlogi informasi. Media sosial menjadi senjata ampuh untuk menyebarkan hoaks
dan ujaran kebencian.
Apapun alasan dan latar belakang hoaks,
aparat hukum harus bertindak cepat dan tegas. Siapapun pelakunya dan apapun bentuk hoaks, harus ditindak. Belajar dari sejarah desa Salem New England, kasus
Banyuwangi, dan kasus lainnya, hoaks bisa mengakibatkan kerusakan luar biasa. Hoaks
berpotensi menghancurkan nilai sosial dan jatuh korban. Perlu disadari, bahwa hoaks
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. ***
Tana Kaili, 20 Juni 2019
Komentar
Posting Komentar