Keutamaan Sabar dan Menahan Marah*)
Oleh: Temu Sutrisno
Ramadan menjadi madrasah bagi
setiap mukmin untuk mengasah dirinya menjadi lebih baik. Salahsatu hikmah
Ramadan bagi mukmin, adalah pengendalian diri dari amarah dan kemampuan memupuk
kesabaran.
Banyak kisah menginspirasi
dari Sirah Nabawiyah dan orang-orang saleh terdahulu yang bisa dijadikan
pembelajaran (ibrah) untuk kaum mukmin saat ini.
Sahabat Rasulullah SAW, Anas
r.a. berkata, ketika saya sedang berjalan bersama Nabi SAW. yang ketika itu
memakai serban buatan Najran yang agak tebal pinggiran serban itu, tiba-tiba
datang seorang Badwi yang menarik- serban Nabi SAW. itu dari belakang hingga
berbekas pinggiran serban itu dileher Nabi SAW. karena sangat keras tarikan
Badwi itu, lalu ia berkata, Ya Muhammad berikan padaku dari harta Allah yang
ada ditanganmu. Maka Nabi s.a.w. menoleh pada Badwi itu dan tersenyum, kemudian
menyuruh sahabat yang menjaga baitul mal supaya memberi pada Badwi apa yang
diminta.
Dalam kisah lainnya, Alyaafi'i
menceritakan, ketika seorang guru yang amat saleh, Abu Usman Aljizi berjalan
dijalanan pada waktu tengah hari, tiba-tiba ada orang menuangkan abu dari atas
rumah tingkatnya, dan tepat diatas kepala Abu Usman, maka kawan-kawan Abu Usman
marah, dan mengumpat pada orang yang membuang abu itu, tiba-tiba Abu Usman
berkata kepada kawan-kawannya itu,"Jangan kamu mengumpat sedemikian,
sebenarnya seorang yang layak dituangi api, lalu mendapat keringanan hanya
dituangi abu, maka tidak boleh marah. Bahkan harus syukur atas keringanan itu.”
Kisah kesabaran lainnya terekam dari Al Ahnaf bin
Gays ketika ditanya seseorang. Dari siapakah anda belajar kesabaran? Jawabnya,
dari Qays bin Aashim Almundziri.
Bagaimana budi luhur Qays? Jawab Al Ahnaf, pada
suatu hari ketika ia duduk ditengah rumahnya,tiba-tiba datang budaknya membawa
panggangan daging. Tiba-tiba panggangan itu jatuh diatas anaknya, dan mati
seketika anak kecil itu. Budak itu ketakutan. Melihat budaknya ketakutan, Qays tersenyum dan
berkata, tidak usah takut, anda kini aku merdekakan karena Allah. Kami mohon
kepada Allah yang maha murah semoga membersihkan hati kami dari dosa-dosa yang
samar, dan memberi pada kami akhlak dan
budi yang baik.
Keutamaan menahan marah dan bersikap sabar, bukan sekadar mendapatkan
kebaikan dari orang sekitar, namun juga mendapatkan kasih saying Allah SWT.
Abu Dawud dan Ibn Abid Dunia meriwayatkan, Nabi SAW bersabda:
من كظم غيظ وهو يقد ر عل ا نفا ذه ملا الله قلبه ا منا و ايما نا
"Siapa yang dapat menahan marahnya, padahal ia
kuasa untuk melampiaskan marahnya itu, maka Allah akan memenuhi hatinya
dengan iman dan rasa aman ketenangan."
Dalam hadist lainnya, Ibn Asakir meriwayatkan Nabi
s.a.w. bersabda:
Pasti mendapat kasih sayang Allah, orang yang mengalami
sesuatu yang membuatnya marah, tetapi ia tetap sabar dan tidak marah.
Ibn Assunni meriwayatkan : "Tiada sesuatu yang
dihubungkan dengan yang lain, yang lebih utama dari pada hubungan kesabaran
kepada ilmu. Yaitu ilmu itu bila disertai kesabaran, maka itulah
seutama-utamanya."
Attirmidzi meriwayatkan : Nabi
SAW. bersabda : الا اخبر كم بمن يحر م عليه ا لنا ر . قلنا بلا يا ر سو ل الله قال: تحرم عل كل قريب هين لين سحل
Sukakah saya beritakan padamu, orang yang
diharamkan masuk neraka ? Jawab sahabat : Baiklah ya Rasulullah.
Bersabda Nabi SAW. "Neraka itu haram atas tiap orang yang
lunak, ramah, lapang dada dan mudah baik hubungannya.”
Apabila manusia tidak
mengerjakan apa yang diperintahkan amarahnya dan dirinya berusaha untuk itu,
maka kejelekan amarah dapat tercegah darinya, bahkan bisa jadi amarahnya
menjadi tenang dan cepat hilang sehingga seolah-olah ia tidak marah.
Pada makna inilah terdapat isyarat dalam Al-Qur`ân dengan firman-Nya Azza
wa Jalla :
وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
Dan apabila mereka marah segera memberi maaf. [asy-Syûrâ/42 : 37].
Juga dengan firman-Nya Ta’ala:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. [Ali ‘Imrân/3 : 134].
Semoga
Ramadan kali ini berhasil kita lalui dengan baik dan kembali ke fitrah sebagai
orang yang mampu menahan marah dan bersabar, karena sesungguhnya Allah SWT
tidak akan memuliakan orang bodoh, dan menghinakan orang yang selalu bersabar.
***
*) Disarikan penulis dari Kitab Irsyadul 'Ibad Ilasabilirrasyad karya
Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz
bin Zainuddin al-Malibari (terjemahan H. Salim Bahreisy), terbitan Darussaggaf-PP Alawy Surabaya. 1978
Komentar
Posting Komentar