Tonakodi-Cerdas Memilih
Oleh:
Temu Sutrisno
PEMILIHAN
Presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD tinggal menghitung hari. Masyarakat diperhadapkan
pada pilihan-pilihan, siapa yang bakal dicoblos di bilik suara 17 April 2019
nanti. Para kandidat makin gencar kampaye dalam berbagai cara, bentuk, dan saluran.
Ilustrasi Kampanye |
Konon
dalam suatu kampanye, ada seorang kandidat berorasi di depan rakyat pemilih. “Saudara-saudara,
jika terpilih, saya akan bangun jembatan terpanjang, terindah, atau yang
terbesar di daerah ini,” kata kandidat.
Tiba-tiba
peserta kampanye mengacungkan jari, protes pada kandidat. “Di sini, daerah kami
tidak ada sungai”.
“Oke.
Kalau begitu bukan hanya jembatan. Kami akan bangun sekalian dengan sungainya!” kata kandidat
ngotot.
Sebagian
rakyat geleng-geleng kepala, yang lain bersorak ria, dan yang lainnya bingung
dengan janji politik kandidat.
Di
tempat yang lain, seorang kandidat menjanjikan lapangan kerja dengan membangun
perusahaan. “Kita akan berjuang bersama rakyat mengurangi pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan. Kita akan dirikan pabrik tek(s)til. Akan banyak
tenaga kerja yang direkrut, terutama pekerja lokal saat konstruksi dan pabrik
operasional”.
“Pak,
kurang S pak,” bisik tim pemenangan menyadari jagoannya salah melafalkan textile (tekstil) dengan tektil. Tanpa sengaja bisikan terdengar di pelantang.
“Kalau
kurang (e)S, kita juga akan dirikan prabrik es berdampingan dengan prabrik tektil,
supaya makin banyak tenaga kerja terserap,” janji kandidat.
Dua
cerita itu popular dibeberapa kalangan dan entah terjadi di dunia mana. Namun ada
pembelajaran penting dari cerita itu. Pertama, pemilih diperhadapkan pada
janji-janji politik yang tidak rasional. Namun kadangkala, pemilih tidak
memerhatikan janji-janji politik. Pilihan kadang tidak disandarkan pada
rasionalitas. Lucunya pada akhir jabatan, banyak masyarakat menuntut
janji-janji yang belum ditepati. Padahal dari awal, janji-janji itu diumbar
tidak berdasar nalar.
Kedua,
pemilih juga sering disuguhkan kandidat yang pada dasarnya tidak kompeten.
Pendidikan politik yang tidak berjalan dengan baik, bukan saja melahirkan
politisi dan calon pemegang kebijakan yang tidak kompeten, juga membuat pemilih
terlena dalam pilihan tanpa berusaha menelusuri rekam jejak kandidat dan mengkritisi program yang
ditawarkan.
Kesalahan
memilih, sering disadari setelah pemilihan berlangsung. Rakyat pemilih kecewa
karena pilihannya tidak sesuai harapan. Ekspektasi berbuah kekecewaan. Olehnya
perlu pendidikan politik yang memadai untuk membangun sistem demokrasi. Pemilih harus cerdas dan rasional dalam memilih.
Pun
secara moral, para kandidat perlu menyadari janji-janji politiknya selain
dipertanggungjawabkan pada rakyat pemilih, juga dipertanggungjawabkan pada
Tuhan.
Rasulullah
Muhammad SAW dalam hadistnya mengingatkan para pemimpin untuk melayani rakyat
dan menepati janjinya. “Abu Ja’la bin Jasar r.a berkata: Saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang yang diamanati Allah memimpin rakyat,
kemudian meninggal ia masih menipu rakyat, melainkan Allah mengharamkan baginya
surga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah SWT secara tegas memerintahkan pada seseorang yang telah berjanji untuk menepati janjinya, sebagaimana firman-Nya, “Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan ditanyakan dan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 34).
Dalam ayat yang lain, “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janji dan akadmu.” (QS. Al Maidah: 1)
Bagi orang-orang seperti ini, seyogyanya merenungkan ajaran Rasulullah SAW, yang disampaikan Ummul Mukminin Aisyah r.a, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda di rumahku: Ya allah siapa yang menguasai urusan ummtku, lalu mempersulit mereka, maka persulitlah ia. Dan barangsiapa mengurusi ummatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah urusannya”. (HR. Muslim)
Semoga pemilih tidak terbuai janji manis politik tanpa mempertimbangkan hitung-hitungan akal, dan para politisi menyadari bahwa janji-janji mereka akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan. Hanya dengan cara itu tidak muncul kandidat “bangun sungai” dan “pabrik es” sebagai pemenang dalam Pemilu kali ini. ***
Allah SWT secara tegas memerintahkan pada seseorang yang telah berjanji untuk menepati janjinya, sebagaimana firman-Nya, “Tepatilah janji, sesungguhnya janji itu akan ditanyakan dan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 34).
Dalam ayat yang lain, “Hai orang-orang yang beriman, tepatilah segala janji dan akadmu.” (QS. Al Maidah: 1)
Bagi orang-orang seperti ini, seyogyanya merenungkan ajaran Rasulullah SAW, yang disampaikan Ummul Mukminin Aisyah r.a, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda di rumahku: Ya allah siapa yang menguasai urusan ummtku, lalu mempersulit mereka, maka persulitlah ia. Dan barangsiapa mengurusi ummatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah urusannya”. (HR. Muslim)
Semoga pemilih tidak terbuai janji manis politik tanpa mempertimbangkan hitung-hitungan akal, dan para politisi menyadari bahwa janji-janji mereka akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan. Hanya dengan cara itu tidak muncul kandidat “bangun sungai” dan “pabrik es” sebagai pemenang dalam Pemilu kali ini. ***
Tana Kaili, 27 Maret 2019
Komentar
Posting Komentar