Makin Tua Harus Bijaksana


“Makin tua harus makin bijaksana. Tidak bijak, kalau kita menggelar ulang tahun secara besar, padahal kondisi ekonomi masyarakat saat ini sedang karut marut. Mercusuar tidak boleh meninggalkan masyarakat. Kita rasakan yang mereka rasakan”.

Tri Putra Toana
Pimpinan Umum Mercusuar


Oleh: Temu Sutrisno

Temu Sutrisno/Wartawan Utama Tri Media Group
MAKIN tua harus makin bijaksana. Pesan itu disampaikan Pimpinan Umum Mercusuar, Tri Putra Toana, menyambut ulang tahun ke-56 Mercusuar. Tri Putra menginginkan Mercusuar tampil sebagai media yang lebih arif dalam menyikapi dan merilis berbagai persoalan sosial.
“Kita harus tunjukkan pada pembaca, pelanggan, pengiklan, kalau Mercusuar berbeda dengan media lain. Dengan usia yang makin matang, Mercusuar harus makin kritis namun bijak dan tentu saja harus mampu mengedukasi masyarakat,” kata Tri Putra.
Jauh hari sebelum ulang tahun yang jatuh pada 1 September, Tri Putra berpesan pada penulis agar gelaran ulang tahun dilaksanakan secara sederhana.
“Cukup dengan menggelar doa syukur dan bakti sosial. Tidak bijak, kalau kita menggelar ulang tahun secara besar, padahal kondisi ekonomi masyarakat saat ini sedang karut marut. Mercusuar tidak boleh meninggalkan masyarakat. Kita rasakan yang mereka rasakan,” pesan Ongky, sapaan akrab Tri Putra.
Mercusuar yang lahir dalam bentuk stensilan pada 1 September 1962 dengan nama Suara Rakyat, kini menjadi salahsatu media yang telah tersertifikasi Dewan Pers dengan 100 persen wartawannya dinyatakan kompeten. Terhitung mulai dari pimpinan umum, pimpinan redaksi, redaktur hingga reporter telah bersertifikat sebagai wartawan kompeten.
Ongky mengingatkan, bahwa kondisi Mercusuar saat ini tidak terlepas dari kegigihan ayahandanya almarhum Rusdy Toana dan kerja keras seluruh karyawan. “Satu hal yang harus disyukuri, Allah masih menyayangi kita dengan rahman dan rahim-Nya. Mercusuar hidup dan berkembang seperti ini karena ketentuan Allah. Saya orang yang sangat yakin dengan berlakunya kedaulatan Tuhan. Dengan kasih sayang dan campur tangan Tuhan, Mercusuar tetap eksis. Kita berusaha, Allah yang menentukan hasil akhirnya. Semua karena manajemen Allah,” tutur Ongky.
Ongky menyeritakan pernah mendapat ujian, Mercusuar pernah tidak terbit. Tahun 1992-2002, Mercusuar dalam upaya mengembangkan usahanya bekerjasama dengan Jawa Pos. Kurun waktu itu, manajemen Jawa Pos mengendalikan usaha Mercusuar dengan menempatkan personilnya di jajaran manajemen.
Kerjasama itu pada akhirnya tidak berlangsung lama. Hanya sekira sepuluh tahun, Mercusuar menarik diri dari Jawa Pos Group. Dimulai tahun 1999, saat H. Rusdy Toana meninggal, putra ketiga Ongky yang merupakan saudara kandung Mercusuar selalu terusik, dengan wasiat ayahnya.
Sebelum meninggal H. Rusdy Toana membisikkan pada Tri Putra Toana untuk menjaga Mercusuar dan mengembangkannya dengan tangannya sendiri. “Kelak dari Mercusuar ini, ratusan orang akan menggantungkan hidupnya. Jaga keberlangsungan Mercusuar,” kata Ongky mengutip wasiat ayahnya.
Akhirnya Februari 2002 menjadi akhir pergulatan pemikiran Ongky. Ia memutuskan keluar dari Jawa Pos Group, berniat menjalankan wasiat orangtuanya secara mandiri. Jawa Pos Group pasca mundurnya Ongky, mendirikan Koran baru dengan nama Radar Sulteng. Kurun 2002-2004, Mercusuar sebagai korannya rakyat Sulawesi Tengah istirahat. Mercusuar tidak terbit.
Tahun 2005, tepatnya tanggal 2 Juni, Mercusuar kembali bangkit dan terbit kembali. Hampir semua aset, sumberdaya manusia dan pelanggan Mercusuar telah beralih ke Radar Sulteng. Dengan talenta dan semangat yang diwariskan H. Rusdy Toana, Ongky, memulai penerbitan Mercusuar ala ayahnya.
Ongky sendirian dan tanpa modal. Ongky memanggil beberapa teman dekatnya untuk mengelola redaksi. Setelah beberapa orang siap mengelola redaksi, Ongky meminjam modal dari istrinya Maya Malania Noor Rp50 juta. Ongky merakit tiga komputer tua tinggalan Universitas Republik menjadi dua komputer siap pakai. Dengan modal Rp50 juta dan dua computer bekas, Mercusuar terbit kembali dengan numpang cetak di Percetakan Negara (PNRI). Mercusuar menyediakan kertas sendiri dan hanya membayar biaya cetak di PNRI. Kesulitan yang paling parah adalah, Mercusuar tampil hitam putih dan terbit sore. Sementara kompetitor terbit pagi dan tampil warna. Pelan namun pasti, Mercusuar terus tumbuh dan kembali hadir di hadapan pembaca dan pelanggan setia.
Kini setelah 56 tahun, surat kabar stensilan telah menjelma jadi media utama di Sulawesi Tengah dengan nama Mercusuar. Media yang mandiri tanpa menginduk pada perusahaan nasional, sebagaimana kebanyakan media di daerah.
Mercusuar, pantas bersyukur atas keberadaannya saat ini. Hal ini karena Mercusuar tidak saja masih bisa bertahan di Tanah Air, di tengah persaingan industri media. Mercusuar menjadi salahsatu Koran di Sulteng dan Indonesia Timur yang mampu bertahan di tengah gempuran media yang bernaung di bawah grup media nasional. Mercusuar setidaknya sampai hari ini, mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Disamping persaingan usaha, Mercusuar relatif sukses mengusung idealisme dan kritisisme dalam porsi seimbang. Ini merupakan suatu yang membanggakan pula. Mercusuar masih tetap konsisten dengan ciri dan slogan yang dibawanya sejak berdiri.
Tahun 2014, Mercusuar menjadi pelopor penggunaan mesin dengan teknologi Tricolor. Teknologi ini merupakan yang pertama dipakai di Sulteng. Bagi Mercusuar, pembenahan ini bukan sekadar mengoptimalkan layanan untuk konsumen, namun juga bagian dari membangun Sulawesi Tengah.
Ongky berharap Mercusuar selalu menjadi yang terdepan dalam industri media di Sulawesi Tengah. “Dalam sejarahnya, Mercusuar selalu menjadi pelopor di Sulteng. Sejak pendiriannya tahun 1962 mengawal pendirian Sulteng sebagai provinsi tahun 1964, menjadi Koran pertama harian selanjutnya menjadi Koran yang pertama cetak warna dua sisi. Teknologi Tricolor juga menjadi yang pertama. Mercusuar juga jadi yang pertama menerima sertifikat Dewan Pers sebagai perusahaan pers di Sulteng. Mercusuar juga koran pertama yang pengelolanya seratus persen telah lulus uji kompetensi, baik dari wartawan utama, madya maupun muda,” katanya.
Ongky mengingatkan seluruh karyawan Mercusuar, agar tidak berhenti berkreasi dan berinovasi. Prinsip ide tidak pernah salah, menjadi pelecut seluruh karyawan Mercusuar Group berinovasi.
“Jangan lupa kaki harus tetap menginjak bumi, meski kita bisa menggapai langit. Selalu bersyukur, dan berkarya secara profesional memenuhi hak informasi masyarakat secara independen dan imparsial,” pesan Ongky. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

Negeriku Makin Lucu