Tonakodi-Tak Cukup Berkata-kata

Oleh: Temu Sutrisno
 
"Muhammad SAW membangun peradaban tidak hanya dengan kata-kata. Muhammad SAW membangun dengan sikap dan perilaku. Ia menyontohkan langsung dengan perbuatan, memberikan keteladanan.
Itulah bedanya manusia agung dan manusia yang minta diagungkan!"
oo0oo


Hari terus berganti, tahun demi tahun berjalan. Negeri terus diliputi berbagai persoalan. Permasalahan besar hingga yang kecil dan remeh tak kunjung selesai. Nyaris tidak ada yang berhasil dituntaskan, laiknya iklan di sebuah televisi tuntas…tas…tas…tas.
Bagaimana bisa tuntas, bisa diselesaikan sampai ke akar-akarnya? pikir Tonakodi. Negeri ini memiliki budaya tutur yang luar biasa. Bahkan kadangkala, kata-kata lebih menonjol dari wahyu Illahi dan sabda Rasul. Setiap ada masalah, kata-kata didahulukan dari perbuatan.
Radikalisme, terorisme, korupsi, Narkoba, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan lain-lain permasalahan negeri dari pusat hingga tingkat RT/RW dilawan dengan deklarasi, dilawan dengan kata-kata. Senyatanya kata-kata tidak selalu bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.

Tonakodi di bawah alam sadarnya berpendapat, mungkin saja negeri ini tidak akan pernah merdeka dari kungkungan bangsa asing, hanya dengan meneriakkan slogan merdeka. Seluruh anak negeri berjuang bergerak bersama mengusir bangsa kolonial, dengan perlawanan fisik disamping lobi politik dan perjuangan diplomatik.
Stop Korupsi!, Berani Jujur Hebat! Sebuah kata-kata, proklamasi perlawanan terhadap korupsi. Faktanya? Korupsi tak ujung selesai dan hilang dari negeri ini. Praktik korupsi makin menjadi-jadi dengan berbagai bentuk dan modusnya.
Lawan radikalisme!, Lawan terorisme!, Negara tidak kalah terhadap terorisme! Kata-kata itu diblowup, diiklankan, bahkan dideklarasikan dimana-mana oleh hampir semua anak negeri. Apakah kata-kata, deklarasi dan iklan lawan terorisme berhasil mengatasi radikalisme dan gerakan teror di negeri ini? Jawabannya jelas, tidak cukup dengan kata-kata. Faktanya, radikalisme dan terorisme masih mengincar kedamaian negeri.
Narkoba? Setali tiga uang. Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba menggurita di seluruh negeri. Bahkan kini mulai mengintai anak-anak. Perlawanan terhadap Narkoba tidak boleh berhenti hanya pada tataran wacana, berhenti pada deklarasi anti Narkoba. Pun demikian dengan kasus-kasus yang lain.
Terorisme, radikalisasi, dan Narkoba tidak cukup diselesaikan dengan kata-kata, dengan deklarasi, dengan iklan. Perlu penegakkan hukum, perlu membangun budaya damai secara terus menerus.
Belajar dari manusia agung, Muhammad SAW, tidak cukup menyelesaikan masalah dengan hanya berkata-kata. Saat Muhammad SAW menyampaikan bahwa Miras dan barang-barang memabukkan haram, maka beliau menjauhi barang-barang tersebut. Ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
Ketika Muhammad SAW mengajarkan perdamaian, maka ia tidak pernah menyerang orang atau kelompok lain yang tidak menyerangnya. Bahkan ia menyontohkan sikap welas asihnya dengan menyuapi seorang perempuan Yahudi buta, yang selalu mengejek dan mengoloknya. Muhammad SAW menengok dan mendoakan orang sakit yang setiap saat melemparinya dengan kotoran hewan. Teladan kemanusiaan luar biasa!
Pernah suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang duduk-duduk bersama beberapa orang sahabat. Tiba-tiba beberapa orang dari orang-orang Yahudi tengah membawa jenazah salah seorang dari saudara mereka yang baru saja meninggal dunia. Melihat hal itu, Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk berdiri demi menghormati Yahudi tersebut. Salah seorang sahabat lantas berujar, itu jenazahnya Yahudi wahai Rasul”. Rasul menjawab, “bukankah dia manusia?Jika kalian melihat manusia yang diarak seperti itu maka berdirilah!”.
Kisah pendek di atas hanyalah beberapa di antara banyak riwayat yang menceritakan tentang prinsip kemanusiaan dan sikap toleransi yang dipegang erat oleh Nabi.
Muhammad SAW membangun peradaban tidak hanya dengan kata-kata. Muhammad SAW membangun dengan sikap dan perilaku. Ia menyontohkan langsung dengan perbuatan, memberikan keteladanan.
Itulah bedanya manusia agung dan manusia yang minta diagungkan! Guman Tonakodi. Semoga anak negeri bisa belajar dari keagungan Muhammad SAW, satu kata dengan perbuatan.***





Tana Kaili, 17 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

Negeriku Makin Lucu