Ekowandowo Sukseskan Gebyar Budaya GMT




Hartono
Paguyuban Ekowandowo turut menyukseskan iven budaya menyambut gerhana matahari total (GMT) di Sulteng.
Ketua Paguyuban Ekowandowo, Hartono, mengungkapkan pihaknya sebagai salahsatu peserta karnaval budaya yang dihelat Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulteng, Senin (7/3/2016). “Rencananya karnaval akan dimulai dari belakang kantor gubernur jalam Ahmad Yani terus ke Sam Ratulangi, Haji Hayyun, Ki Maja, Imam Bonjol dan berakhir di Masjid Agung. Karnaval dimulai pukul empat belas (jam dua siang),” terang Hartono, Minggu (6/3/2016).
Untuk memeriahkan karnaval lanjut Hartono, pihaknya akan menampilkan atraksi kuda lumping dari Maku pimpinan Mukriyono dan Reog Ponorogo Kawulo Utomo pimpinan Mas Darto.
“Harapannya karnaval budaya ini berdampak pada pembangunan kepariwisataan Sulteng. Olehnya saya mengajak pada pelaku kesenian Jawa dan anggota paguyuban untuk bersama-sama menyukseskan program ini,” katanya.
Selain karnaval, Paguyuban Ekowandowo juga akan menampilkan kesenian campursari pada tanggal 9 Maret 2016 di halaman LPP TVRI Sulteng. “Untuk campusari yang akan tampil grup campursari Kartika Nada, bertepatan dengan gerhana tanggal 9 Maret. Campursari akan dimulai pagi  jam sembilan hingga jam dua belas,” ulas Hartono.
Masih menurut Hartono, Paguyuban Ekowandowo juga bakal tampil di Perkampungan Turis Ngata Baru Kabupaten Sigi. Kesenian yang ditampilkan wayang kulit, kuda lumping dan reog.
Wayang kulit akan ditampilkan tanggal 8 Maret 2016 pukul 19.00-21.00 Wita dengan lakon Kala Rahu yang dimainkan Ki Dalang Mustika Bayu Wibawa. Pagelaran wayang kulit diiringi karawitan Ekowandowo.
Lakon ini mengisahkan Batara Candra, salah seorang putra Batara Ismaya. Ibunya bernama Dewi Kanastren, sedangkan istrinya berjumlah 27 orang. Mereka adalah kakak beradik putri Sang Hyang Daksa.
Batara Candra adalah dewa yang bertugas mengatur dan memelihara rembulan serta sinarnya. Batara Candra termasuk yang disebut-sebut dalam Hastabrata sebagai dewa yang harus diteladani sifat-sifatnya oleh raja yang bijaksana dan selalu bersikap menyenangkan orang banyak.
Dalam cerita wayang, dikisahkan tentang adanya raja siluman gandarwa bernama Prabu Kala Rahu alias Rembuculung yang hendak mencuri Tirta Amerta. Kala Rahu bersembunyi di kegelapan malam, tetapi Batara Candra memergokinya dan melaporkan tempat persembunyian itu pada Batara Guru.
Pemuka dewa itu lalu mengutus Batara Wisnu menangkap Kala Rahu. Namun ketika hendak ditangkap raja siluman itu melawan. Dengan senjata Cakra, Batara Wisnu memotong kepala Kala Rahu. Tubuhnya jatuh terhempas ke bumi menjelma menjadi lesung penumbuk padi. Sementara itu kepalanya melayang-layang di angkasa menanti kesempatan membalas. Kepala Kala Rahu inilah dalam cerita rakyat yang menelan matahari atau bulan, sehingga terjadi gerhana.
Sedangkan kuda lumping dan reog akan ditampilkan berturut-turut tanggal 9 dan 10 Maret. “Kuda lumping tanggal sembilan jam tujuh hingga delapan malam. Reog tanggal 10 Maret jam sepuluh hingga jam dua belas siang. Untuk iven yang di Ngata Baru, Ekowando menyertakan kesenian kuda lumping Maku dan reog Kawulo Utomo bekerjasama dengan Hasan Bahasyuan Institute dan iven organizer dari Singapura,” papar Hartono. TMU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN MORALITAS

Dewi Themis Menangis

Negeriku Makin Lucu