Semangat Seikat Sapu
USAI salat Jumat, saya coba-coba buka-buka file catatan jurnalistik di komputer. Iseng-iseng saya coba atur file berdasarkan pengelompokan isu. Siapa tahu, kedepan pengelompokan itu penting dan bisa diterbitkan dalam sebuah buku sederhana. Tanpa sengaja, saya temukan satu tulisan mahasiswa magang beberapa tahun lalu. Oleh pimpinan, saya ditugaskan membimbing mahasiswa itu. Tulisan itu seputar pengalaman seorang ibu penyapu jalan di kota dimana saya tinggal. Saat itu pikiran saya simpel, hampir setiap saya pulang sekira jam dua dini hari, para penyapu jalan telah memulai kerjanya. “Ini bisa jadi tulisan menarik. Coba liput dan rasakan bagaimana mereka bekerja dalam dekapan dingin dini hari,” kata saya sembari mengarahkan dan memberikan tips agar hasil liputan terasa hidup dan dapat menginspirasi pembaca. Satu yang saya petik dari tulisan mahasiswa tadi, ternyata ibu penyapu jalan seorang janda dengan tiga anak. Dia memilih pekerjaan itu, karena tidak punya ketrampilan. Dia hanya lulu