Petani Terlilit Ijon
PALU, MERCUSUAR-Panen jagung melimpah, tak sepenuhnya membuat warga Desa Watusongo Kecamatan Ulubongka Kabupaten Touna membaik secara ekonomi. Setidaknya itu yang dikeluhkan warga, saat anggota Komisi III DPRD Sulteng Huisman Brant Toripalu reses disana belum lama ini.
Berdasarkan penuturan warga pada Brant, setiap keluarga rata-rata panen jangungnya mencapai 6-7 ton. Namun panen itu tidak berpengaruh secara siginifikan pada ekonomi keluarga. “Menurut mereka, penyebabnya karena ada sistim ijon disana. Petani telah berhutang lebih dulu, sebelum panen. Jagung dihargai dibawah harga normal dan petani tidak bisa apa-apa, karena terikat hutang,” tutur Brant, selasa (11/3/2014).
Sistim ijon tersebut lanjut Brant, digunakan untuk membiayai produksi petani dan kebutuhan sehari-hari. “Petani dari awal kesulitan bibit, pupuk dan obat-obatan. Bibit yang diluncurkan pemerintah tidak sampai ke tangan petani dengan baik. Diduga ada oknum yang memainkan bibit bantuan pemerintah, sehingga tidak sampai ke tangan petani. Akhirnya petani harus beli bibit dan meminjam uang,” ujar Brant.
Selain soal bibit, jeleknya sarana transportasi juga menjadi pemicu. Jalan yang rusak membuat biaya produksi meningkat.
“Ketika panen, petani yang tidak terkena sistim ijon juga mengeluh karena harga turun akibat jalan yang rusak. Tengkulak atau pengepul membebankan biaya transportasi pada petani dengan memotong harga jagung,” katanya.
Masyarakat lanjut Brant, meminta pemerintah turun tangan untuk bantuan bibit dan pernambahan modal. “Bibit minta dikontrol langsung pemerintah. Begitu juga jalan, harapannya segera ada perbaikan,” tegas Brant menirukan usulan masyarakat. TMU
Komentar
Posting Komentar