Kakao Sulteng Berpeluang Tembus Eropa
PRODUK kakao Sulteng berpotensi menembus pasar Eropa. Tanggapan pelaku usaha perkakaoan Eropa cukup bagus pada produk kakao Sulteng, dalam pameran beberapa waktu lalu di Paris.
Potensi tersebut digambarkan anggota Komisi II DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, Zainal Daud, yang turut dalam rombongan Pemprov Sulteng, dalam kunjungannya ke Perancis. Diungkapkan Zainal, untuk menyasar pasar Eropa, dibutuhkan peningkatan kualitas produk kakao. Kakao Sulteng harus memiliki kualitas berstandar internasional.
“Respon cukup bagus. Dibandingkan dengan kakao Pantai Gading dan Ghana, (kakao) kita tidak kalah bagus. Memang masih dibutuhkan sentuhan sedikit lagi untuk memenuhi standar internasional,” ujar Zainal.
Wilayah Eropa sangat membutuhkan pasokan kakao yang sangat tinggi. Negara tujuan ekspor untuk kakao dan produk kakao ini terbesar untuk Uni Eropa adalah Jerman, Perancis, Belgia, Italia, Austria dan Spanyol. “Mereka sangat butuh kakao. Ini peluang bagi Sulteng sebagai salahsatu daerah penghasil kakao di Indonesia,” imbuhnya.
Ekspor kakao ke Eropa biasanya berupa Cocoa Butter, Cocoa Paste, Biji Kakao dan Cocoa Powder. Untuk masuk wilayah Eropa yang perlu diperhatikan beberapa persyaratan standar mutu biji kakao. Untuk ekspor pemasaran kakao di Eropa, perlu memperhatikan mutu biji kakao, khususnya mutu citarasa, yang memerlukan syarat proses fermentasi yang benar.
Jerman sebagai salah satu negara pengimpor kakao secara tegas mensyaratkan biji kakao harus difermentasi sebagai syarat dasar agar biji kakao memenuhi standar yang diinginkan, lingkungan, biji kakao yang harus difermentasi sebelum diekspor.
“Peningkatan kualitas harus dimulai dari hulu, di petaninya. Olehnya pemerintah punya tanggungjawab besar untuk membantu petani meningkatkan kualitas produk kakaonya. Kita tidak bisa salahkan petani. Memperbaiki produk hingga menyejehterakan petani, merupakan kewajiban pemerintah,” tutur Zainal.
Lebih lanjut diutarakan Zainal, selama ini pemerintah telah mengambil langkah-langkah dan kebijakan soal perkakaoan. Namun hal itu belum sepenuhnya mampu mendorong penetrasi pasar kakao Sulteng ke pasar manca.
“Ada program Gernas, itu bagus. Tapi masih banyak kendala di lapangan, sehingga program ini belum menunjukkan hasil optimal. Begitu juga dengan pelatihan-pelatihan atau penyuluhan. Masalah utama petani, menurut saya pada akses permodalan dan pasar. Ini juga harus diperhatikan pemerintah,” katanya.
Untuk peningkatan kualitas kakao Sulteng kata Zainal, pemerintah perlu menetapkan regulasi khusus dengan menjadikan kakao sebagai produk unggulan utama.
“Kalau kakao jadi produk unggulan utama kita, maka selain membantu petani dalam teknis peningkatan kualitas produk, pemerintah juga membantu membuka akses permodalan dan mencarikan pasar. Untuk menembus pasar manca, kita tidak bisa menyerahkan begitu saja pada petani. Dalam hal ini, pengusaha juga diminta tanggungjawab dan peransertanya,” paparnya.
Langkah yang juga penting dilakukan pemerintah, terus menerus melakukan promosi dan lobi-lobi niaga di pasar kakao. Promosi yang berkesinambungan, diharapkan menarik minat pasar manca atas produk kakao Suteng.
“Biasanya yang putus dari kunjungan seperti ini promosi berkesinambungan dan lobi investasi. Sudah beberapakali Sulteng membangun kesepahaman dengan pemerintah luar negeri atau pengusahanya, tapi investasi kadang tak kunjung masuk ke daerah. Olehnya perlu ditindaklanjuti kesepahaman yang sudah terbangun,” tekan Politisi PKB. TMU
Komentar
Posting Komentar