Upaya Mencerdaskan Masyarakat Gagal
MEMASUKI usia 47 tahun, masih banyak masyarakat Sulteng yang belum menikmati pendidikan secara layak. Alih-alih menyelesaikan studi strata satu (sarjana), pendidikan dasarpun masih jauh tertinggal. Masih banyak masyarakat yang belum memenuhi standar pendidikan dasar 9 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, sekira 58 persen penduduk hanya berpendidikan SD.
Kondisi tersebut menurut Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, Moh Ilham Chndra Ilyas, bukti upaya pencerdasan masyarakat belum sepenuhnya berhasil. “Jika kita ingin maju, maka pendidikan harus dinomorsatukan. Untuk itu, pemerintah harus memprioritaskan perbaikan pendidikan.Demikian juga kita di Deprov harus membackup dengan politik anggaran,” katanya ditemui di ruang kerjanya kemarin (5/4).
Pemerintah lanjut Chandra, harus menggenjot program pendidikan sehingga seluruh masyarakat benar-benar menikmati pendidikan dan menyelesaikan minimal pendidikan dasar 9 tahun.
“Dengan pendidikan yang bagus, upaya pengentasan kemiskinan juga akan terdorong. Pendidikan dan pengentasan kemiskinan merupakan program saling terkait dan harus sinergis. Beberapa indikator kemiskinan diantaranya bias dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat,” paparnya.
Berdasarkan data BPS Provinsi Sulteng menyebutkan bahwa, penduduk Sulteng yang berumur 10 tahun atau lebih yang mampu membaca dan menulis mencapai angka 96,25 persen. Kota Palu dan Kabupaten Buol mempunyai angka melek huruf tertinggi masing-masing sebesar 98,75 dan 97,85 persen.
Penduduk Sulteng yang berumur 10 tahun ke atas dengan status tidak atau belum pernah sekolah tahun 2009 sebesar 3,49 persen, angka tertinggi terdapat di Kabupaten Tolitoli yaitu 5,88 persen, sebaliknya angka terendah di Kota Palu yaitu sebesar 0,75 persen. Sementara untuk penduduk yang masih sekolah di Sulteng sebesar 19,29 persen, dengan angka tertinggi adalah Kota Palu sebesar 25,75 persen dan terendah Kabupaten Morowali sebesar 16,75 persen, sementara kabupaten lainnya mempunyai perbedaan yang tidak begitu mencolok.
Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kualitas penduduk. Hasil survei BPS Sulteng juga mencatat bahwa penduduk Sulteng berumur 10 tahun ke atas masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, di mana 58,35 persen penduduk Sulteng hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat SD atau lebih rendah. Sekitar 21,81 persen diantaranya tidak atau belum tamat SD dan 3,49 persen yang tidak atau belum pernah sekolah. Sementara yang berpendidikan lebih tinggi dari SLTA hanya sebesar 5,32 persen. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas SDM masih relatif rendah.
Tingkat Perekonomian yang belum maju, sarana dan prasarana pendidikan yang masih jauh dari jangkauan masyarakat, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi merupakan beberapa kendala yang menghambat majunya tingkat pendidikan di Sulteng. ***
Kondisi tersebut menurut Sekretaris Komisi IV DPRD Provinsi (Deprov) Sulteng, Moh Ilham Chndra Ilyas, bukti upaya pencerdasan masyarakat belum sepenuhnya berhasil. “Jika kita ingin maju, maka pendidikan harus dinomorsatukan. Untuk itu, pemerintah harus memprioritaskan perbaikan pendidikan.Demikian juga kita di Deprov harus membackup dengan politik anggaran,” katanya ditemui di ruang kerjanya kemarin (5/4).
Pemerintah lanjut Chandra, harus menggenjot program pendidikan sehingga seluruh masyarakat benar-benar menikmati pendidikan dan menyelesaikan minimal pendidikan dasar 9 tahun.
“Dengan pendidikan yang bagus, upaya pengentasan kemiskinan juga akan terdorong. Pendidikan dan pengentasan kemiskinan merupakan program saling terkait dan harus sinergis. Beberapa indikator kemiskinan diantaranya bias dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan masyarakat,” paparnya.
Berdasarkan data BPS Provinsi Sulteng menyebutkan bahwa, penduduk Sulteng yang berumur 10 tahun atau lebih yang mampu membaca dan menulis mencapai angka 96,25 persen. Kota Palu dan Kabupaten Buol mempunyai angka melek huruf tertinggi masing-masing sebesar 98,75 dan 97,85 persen.
Penduduk Sulteng yang berumur 10 tahun ke atas dengan status tidak atau belum pernah sekolah tahun 2009 sebesar 3,49 persen, angka tertinggi terdapat di Kabupaten Tolitoli yaitu 5,88 persen, sebaliknya angka terendah di Kota Palu yaitu sebesar 0,75 persen. Sementara untuk penduduk yang masih sekolah di Sulteng sebesar 19,29 persen, dengan angka tertinggi adalah Kota Palu sebesar 25,75 persen dan terendah Kabupaten Morowali sebesar 16,75 persen, sementara kabupaten lainnya mempunyai perbedaan yang tidak begitu mencolok.
Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kualitas penduduk. Hasil survei BPS Sulteng juga mencatat bahwa penduduk Sulteng berumur 10 tahun ke atas masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah, di mana 58,35 persen penduduk Sulteng hanya menamatkan pendidikan sampai tingkat SD atau lebih rendah. Sekitar 21,81 persen diantaranya tidak atau belum tamat SD dan 3,49 persen yang tidak atau belum pernah sekolah. Sementara yang berpendidikan lebih tinggi dari SLTA hanya sebesar 5,32 persen. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas SDM masih relatif rendah.
Tingkat Perekonomian yang belum maju, sarana dan prasarana pendidikan yang masih jauh dari jangkauan masyarakat, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi merupakan beberapa kendala yang menghambat majunya tingkat pendidikan di Sulteng. ***
Komentar
Posting Komentar