Pemilukada di Sulteng, Lembaran Hitam Bagi Akademisi
LIMA tahu terakhir, Pemilukada yang dilaksanakan di Sulteng tidak berpihak pada calon berlatarbelakang akademisi. Tidak satupun akademisi yang mampu meraih kemenangan dalam Pemilukada tersebut.
Pemilukada pertama yang mengecewakan calon akademisi adalah Pemilukada Touna tahun 2005. Pada pemilihan bupati itu, Drs Tahmidy Lasahido MSi dan pasangannya Samsyuddin Pay tumbang oleh pasangan Damsik Landjalani-Ridwan Dj Sarru. Seperti diketahui, Tahmidy merupakan akademisi dari Untad.
Untuk keduakalinya Tahmidy maju dalam Pemilukada Touna tahun 2010.hasilnya sama. Malah ia terhempas diposisi keempat. Rekannya sesama akademisi Dr Rosida Panuki Adam yang maju melalui jalur perseorangan juga mengalami hal yang sama. Ia menduduki urutan keenam perolehan suara.
Tahun berikutnya, Rektor Untad Drs Sahbuddin Mustapa MSi mengadu untung di dunia politik dan berpasangan dengan gubernur incumbent Aminuddin Ponulele, memperebutkan kursi wakil gubernur. Hasilnya sama dengan Pemilukada Touna. Sahbuddin dan pasangannya hanya mampu menempati urutan nomor tiga dari empat pasang kandidat gubernur-wakil gubernur.
Pilgub 16 Januari 2006 lalu pasangan HB Paliudju-Achmad Yahya meraih 411.113 suara, atau sekitar 36 persen dari total 1.137.257 suara sah.
Posisi kedua ditempati pasangan calon Rully Lamadjido-Sudarto, dengan meraih 380.134 suara (33 persen). Peringkat tiga adalah pasangan kandidat yang dijagokan Partai Golkar, Aminuddin Ponulele-Sahabuddin Mustapa, yang meraih sebanyak 288.847 suara atau 25 persen. Sementara pasangan Jusuf Paddong-Muis Thahir berada diurutan keempat dan meraih 57.163 suara atau sekira 5 persen.
Pemilukada berikutnya adalah Buol pada tahun 2007. Akademisi Fakultas Pertanian Untad Dr Ir Syamsuddin Koloi, tampil sebagai calon bupati berpasangan dengan anggota KPU Buol Fatah Badalu. Lagi-lagi dunia kampus dikejutkan dengan hasil Pemilukada Buol. Dr Syam, kalah tipis dari pasangan Amran Batalipu-Ramli Kadadia yang diusung Partai Golkar.
Fakta berikutnya adalah Poso dan Sigi. Di Poso, Ketua Assosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Sulteng Burhanuddin Andi Masse, S.Kom, yang berpasangan dengan Frans Sowolino terpuruk diurutan ketiga. Ia kalah dengan Piet Ingkiriwang-Samsuri dan Sonny Tandra-Muljadi.
Piet-Samsuri berhasil mengumpulkan suara 45.119 atau sebesar 38,76 persen disusul pasangan Sonny–Muljadi dengan 30.712 (26,38 persen). Posisi ketiga ditempati pasangan nomor urut 3 Frans Sowolino, SE,M.Si dan Burhanuddin Andi Masse, S.Kom dengan 21.579 suara (18,54 persen, dan posisi buncit ditempati pasangan nomor urut 1 Hendrik Gary Lyanto dan Abdul Muthalib Rimi, SH.MH dengan perolehan 18.992 suara (16,32 persen).
Di Sigi, Akademisi Untad Drs Rizali Djalaengkara Msi kalah dari Aswadin Randalembah. Rizali menempati posisi dua.
Pasangan Aswadin-Livingstone perolehan suara sah sebanyak 34.452 (31,58 persen). Pasangan Rizali-Ajub berada di posisi kedua perolehan suara dengan jumlah suara sah sebanyak 29.238 (26,80 persen). Disusul pasangan Ridwan Yalidjama-Edison Kindangen yang meraih suara sah sebanyak 23.996 (22,00 persen). Posisi keempat ditempati pasangan Anwar Ponulele-Fredy Lody Djaru dengan perolehan suara sah 12.534 (11,49 persen). Sedangkan pasangan Helmy-Anwar berada di posisi kelima dengan suara sah sebanyak 6.542 (6,00 persen). Posisi juru kunci perolehan suara ditempati pasangan Sulmin Tenggo-Elisa Subainda dengan total suara sah 2.324 (2,13 persen).
Kini jelang Pilgub 2011, kembali dua akademisi mencoba meramaikan bursa calon gubernur atau wakil gubernur. Adalah Prof Dr Main Labaso, guru besar Fakultas Pertanian Untad, mendaftar di beberapa Parpol untuk diusung dalam Pilgub.
Hal yang sama dilakukan Dr Lukman Thahir, Rektor Unisa. Lukman mendapat dukungan PKB dan berupaya membangun komunikasi dengan Koalisi Nusantara, yang terdiri dari 17 partai non seat. Terakhir, Lukman dilamar Partai Golkar sebagai bakal calon wakil gubernur mendampingi Aminuddin Ponulele, ketua Partai Golkar yang pernah menjadi Rektor Untad.
Pertanyaan retorik selanjutnya, akankan Prof Main atau Dr Lukman, mampu merubah peta politik dan menghapus lembaran hitam ketidakberhasilan akademisi dalam Pemilukada? Wallahualam bishawab.***
Pemilukada pertama yang mengecewakan calon akademisi adalah Pemilukada Touna tahun 2005. Pada pemilihan bupati itu, Drs Tahmidy Lasahido MSi dan pasangannya Samsyuddin Pay tumbang oleh pasangan Damsik Landjalani-Ridwan Dj Sarru. Seperti diketahui, Tahmidy merupakan akademisi dari Untad.
Untuk keduakalinya Tahmidy maju dalam Pemilukada Touna tahun 2010.hasilnya sama. Malah ia terhempas diposisi keempat. Rekannya sesama akademisi Dr Rosida Panuki Adam yang maju melalui jalur perseorangan juga mengalami hal yang sama. Ia menduduki urutan keenam perolehan suara.
Tahun berikutnya, Rektor Untad Drs Sahbuddin Mustapa MSi mengadu untung di dunia politik dan berpasangan dengan gubernur incumbent Aminuddin Ponulele, memperebutkan kursi wakil gubernur. Hasilnya sama dengan Pemilukada Touna. Sahbuddin dan pasangannya hanya mampu menempati urutan nomor tiga dari empat pasang kandidat gubernur-wakil gubernur.
Pilgub 16 Januari 2006 lalu pasangan HB Paliudju-Achmad Yahya meraih 411.113 suara, atau sekitar 36 persen dari total 1.137.257 suara sah.
Posisi kedua ditempati pasangan calon Rully Lamadjido-Sudarto, dengan meraih 380.134 suara (33 persen). Peringkat tiga adalah pasangan kandidat yang dijagokan Partai Golkar, Aminuddin Ponulele-Sahabuddin Mustapa, yang meraih sebanyak 288.847 suara atau 25 persen. Sementara pasangan Jusuf Paddong-Muis Thahir berada diurutan keempat dan meraih 57.163 suara atau sekira 5 persen.
Pemilukada berikutnya adalah Buol pada tahun 2007. Akademisi Fakultas Pertanian Untad Dr Ir Syamsuddin Koloi, tampil sebagai calon bupati berpasangan dengan anggota KPU Buol Fatah Badalu. Lagi-lagi dunia kampus dikejutkan dengan hasil Pemilukada Buol. Dr Syam, kalah tipis dari pasangan Amran Batalipu-Ramli Kadadia yang diusung Partai Golkar.
Fakta berikutnya adalah Poso dan Sigi. Di Poso, Ketua Assosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Sulteng Burhanuddin Andi Masse, S.Kom, yang berpasangan dengan Frans Sowolino terpuruk diurutan ketiga. Ia kalah dengan Piet Ingkiriwang-Samsuri dan Sonny Tandra-Muljadi.
Piet-Samsuri berhasil mengumpulkan suara 45.119 atau sebesar 38,76 persen disusul pasangan Sonny–Muljadi dengan 30.712 (26,38 persen). Posisi ketiga ditempati pasangan nomor urut 3 Frans Sowolino, SE,M.Si dan Burhanuddin Andi Masse, S.Kom dengan 21.579 suara (18,54 persen, dan posisi buncit ditempati pasangan nomor urut 1 Hendrik Gary Lyanto dan Abdul Muthalib Rimi, SH.MH dengan perolehan 18.992 suara (16,32 persen).
Di Sigi, Akademisi Untad Drs Rizali Djalaengkara Msi kalah dari Aswadin Randalembah. Rizali menempati posisi dua.
Pasangan Aswadin-Livingstone perolehan suara sah sebanyak 34.452 (31,58 persen). Pasangan Rizali-Ajub berada di posisi kedua perolehan suara dengan jumlah suara sah sebanyak 29.238 (26,80 persen). Disusul pasangan Ridwan Yalidjama-Edison Kindangen yang meraih suara sah sebanyak 23.996 (22,00 persen). Posisi keempat ditempati pasangan Anwar Ponulele-Fredy Lody Djaru dengan perolehan suara sah 12.534 (11,49 persen). Sedangkan pasangan Helmy-Anwar berada di posisi kelima dengan suara sah sebanyak 6.542 (6,00 persen). Posisi juru kunci perolehan suara ditempati pasangan Sulmin Tenggo-Elisa Subainda dengan total suara sah 2.324 (2,13 persen).
Kini jelang Pilgub 2011, kembali dua akademisi mencoba meramaikan bursa calon gubernur atau wakil gubernur. Adalah Prof Dr Main Labaso, guru besar Fakultas Pertanian Untad, mendaftar di beberapa Parpol untuk diusung dalam Pilgub.
Hal yang sama dilakukan Dr Lukman Thahir, Rektor Unisa. Lukman mendapat dukungan PKB dan berupaya membangun komunikasi dengan Koalisi Nusantara, yang terdiri dari 17 partai non seat. Terakhir, Lukman dilamar Partai Golkar sebagai bakal calon wakil gubernur mendampingi Aminuddin Ponulele, ketua Partai Golkar yang pernah menjadi Rektor Untad.
Pertanyaan retorik selanjutnya, akankan Prof Main atau Dr Lukman, mampu merubah peta politik dan menghapus lembaran hitam ketidakberhasilan akademisi dalam Pemilukada? Wallahualam bishawab.***
Komentar
Posting Komentar