Gubernur Tidak Adil
PALU, MERCUSUAR - Pemerintahan HB Paliudju-Ahmad Yahya dinilai mengabaikan asas keadilan dan pemerataan anggaran. Buktinya anggaran untuk Kabupaten Buol dan Tolitoli dari APBD 2009, tidak lebih dari satu persen dari total anggaran Rp1,052 triliun. “APBD 2009 tidak merata dan mencerminkan ketidakadilan. Untuk Buol dan Tolitoli kurang dari satu persen,” kata anggota Deprov Dapil Buol-Tolitoli Zaenal Mahmud Daud, dalam paripurna pembentukan Pansus Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Gubernur tahun anggaran 2009, Selasa (18/5/2010).
Gubernur tegas Zaenal, harus adil dalam membagi APBD provinsi pada seluruh kabupaten/kota. Jika APBD tidak merata dan adil, akan berdampak pada pelayanan masyarakat dan proses pembangunan di daerah.
“Jangan sampai ketidakadilan ini menimbulkan gejolak di masyarakat,” tekan politisi PKB itu.
Usai paripurna, Zaenal yang ditemui di depan Komisi II menyatakan, saat ini ia tengah mengevaluasi APBD 2009 secara mendalam, untuk selanjutnya disampaikan dalam pembahasan LKPj Gubernur, yang rencananya digelar tanggal 24 Mei 2010. Dicontohkan Zaenal, bukti ketidakadilan anggaran untuk Buol, adalah tidakadanya anggaran Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) yang diplot untuk Buol. “Buol sebagai daerah yang memiliki potensi perikanan laut cukup besar, mestinya mendapat perhatian dari Diskanlut Sulteng, tapi anggaran untuk itu nol rupiah. Saya akan sampaikan secara terbuka pada Gubernur soal tidakmeratanya anggaran ini,” tegasnya.
Sebelumnya Zaenal juga mendapat keluhan Bupati dan SKPD Tolitoli, terkait rendahnya anggaran untuk Tolitoli, dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Tolitoli, beberapa waktu lalu.
Bupati Ma’ruf Bantilan dalam pembukaannya saat itu mengingatkan Gubernur untuk memerhatikan kebutuhan masyarakat dan daerah Tolitoli.
Bukan hanya Zaenal yang mengkritik Gubernur. Anggota Deprov dari Dapil Banggai-Bangkep Busta Kamindang, menyatakan LKPj Gubernur belum menggambarkan capaian kinerja Pemprov beserta seluruh SKPD-nya.
Untuk itu Busta menyarankan agar Pansus LKPj meminta hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan keuangan dan kinerja Pemprov. “Jangan sampai LKPj kelihatannya bagus, tapi kenyataan tidak seperti itu. Contoh, dalam LKPj dikatakan kemiskinan turun. Apa yang jadi indikator, berapa jiwa yang telah dientaskan, programnya dan kegiatannya apa, wilayahnya dimana dan pembandingnya apa tidak jelas. Begitu juga dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi,” ujar Busta. TMU
Gubernur tegas Zaenal, harus adil dalam membagi APBD provinsi pada seluruh kabupaten/kota. Jika APBD tidak merata dan adil, akan berdampak pada pelayanan masyarakat dan proses pembangunan di daerah.
“Jangan sampai ketidakadilan ini menimbulkan gejolak di masyarakat,” tekan politisi PKB itu.
Usai paripurna, Zaenal yang ditemui di depan Komisi II menyatakan, saat ini ia tengah mengevaluasi APBD 2009 secara mendalam, untuk selanjutnya disampaikan dalam pembahasan LKPj Gubernur, yang rencananya digelar tanggal 24 Mei 2010. Dicontohkan Zaenal, bukti ketidakadilan anggaran untuk Buol, adalah tidakadanya anggaran Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) yang diplot untuk Buol. “Buol sebagai daerah yang memiliki potensi perikanan laut cukup besar, mestinya mendapat perhatian dari Diskanlut Sulteng, tapi anggaran untuk itu nol rupiah. Saya akan sampaikan secara terbuka pada Gubernur soal tidakmeratanya anggaran ini,” tegasnya.
Sebelumnya Zaenal juga mendapat keluhan Bupati dan SKPD Tolitoli, terkait rendahnya anggaran untuk Tolitoli, dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Tolitoli, beberapa waktu lalu.
Bupati Ma’ruf Bantilan dalam pembukaannya saat itu mengingatkan Gubernur untuk memerhatikan kebutuhan masyarakat dan daerah Tolitoli.
Bukan hanya Zaenal yang mengkritik Gubernur. Anggota Deprov dari Dapil Banggai-Bangkep Busta Kamindang, menyatakan LKPj Gubernur belum menggambarkan capaian kinerja Pemprov beserta seluruh SKPD-nya.
Untuk itu Busta menyarankan agar Pansus LKPj meminta hasil pemeriksaan BPK atas pengelolaan keuangan dan kinerja Pemprov. “Jangan sampai LKPj kelihatannya bagus, tapi kenyataan tidak seperti itu. Contoh, dalam LKPj dikatakan kemiskinan turun. Apa yang jadi indikator, berapa jiwa yang telah dientaskan, programnya dan kegiatannya apa, wilayahnya dimana dan pembandingnya apa tidak jelas. Begitu juga dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi,” ujar Busta. TMU
Komentar
Posting Komentar