Pitutur Luhur: Wong Ala Bakal Cilaka
Oleh: Temu Sutrisno/Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah
Setiap manusia lahir dibekali Allah SWT Tuhan yang Maha Kuasa dengan fitrah yang cenderung pada kebenaran. Di relung hati terdalam, tidak ada manusia yang ingin terjebak pada pikiran, sikap, dan perilaku buruk.
Para leluhur, mengingatkan kecenderungan manusia pada kebenaran dan kebaikan dengan nasihat "wong ala bakal cilaka" atau dalam bentuk ujaran lainnya "wong ala bakal ajur mumur". Dalam kalimat yang lebih lengkap
"Wus cinatur wong ala kalantur lantur, yen tan mundur mbenjang bakal ajur mumur".
Wong kang ala bakal cilaka mengingatkan, bahwa setiap orang yang bertindak buruk akan mendapatkan keburukan. Para leluhur menasihati, bahwa setiap manusia akan mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukan (ngunduh wohing pakarti).
Wus cinatur wong ala kalantur lantur, yen tan mundur mbenjang bakal ajur mumur, jika diartikan secara bebas: sudah menjadi ketetapan, orang yang berpikiran dan berperilaku buruk akan tersesat. Jika tidak segera sadar, kelak hidupnya akan menemui kehancuran.
Nasihat ini mengingatkan bahwa orang yang terus-menerus memiliki perilaku atau pikiran buruk, serta tidak segera introspeksi atau berubah, maka besar kemungkinan akan mengalami kehancuran di kemudian hari.
Dengan kata lain, pitutur ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan kemampuan untuk memperbaiki diri sebelum terlambat. Ini adalah pesan bijak yang relevan untuk refleksi pribadi dan perbaikan diri.
Dalam dunia politik, banyak contoh tokoh yang karirnya mengalami penurunan drastis akibat perilaku atau keputusan yang tidak bijak.
Pemimpin atau pejabat yang terus-menerus membuat keputusan kontroversial atau berperilaku tidak etis sering kehilangan kredibilitas. Pada akhirnya turun kepercayaan dan dukungan publik.
Contoh perilaku buruk lainnya adalah skandal korupsi. Kasus korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan dapat menghancurkan karir politik seseorang.
Demikian halnya orang yang terlalu bergantung pada kekuasaan. Fokus berlebihan pada kekuasaan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang dapat berujung pada kejatuhan.
Dari sisi psikologi, pitutur ini juga menemukan relevansinya. Perilaku dan pikiran negatif dapat berdampak buruk pada kesejahteraan individu. Sedep dengan pola pikir negatif cenderung mengalami stres dan depresi lebih tinggi.
Orang dengan pikiran negatif cenderung berperilaku destruktif atau tercela. Secara psikologi, oerilaku seperti manipulasi atau agresi dapat merusak hubungan interpersonal dan reputasi.
Pitutur ini mengingatkan setiap orang untuk sadar diri. Kemampuan introspeksi dan mengubah perilaku negatif sangat penting untuk kesehatan mental dan hubungan yang lebih baik.
Pitutur ini mengingatkan pentingnya refleksi diri dan perubahan perilaku sebelum konsekuensi negatif menjadi tidak terkendali. Kesadaran akan dampak jangka panjang dari tindakan kita dapat membantu dalam membuat keputusan yang lebih bijak.
Untuk menghindari pikiran, sikap, dan perilaku buruk atau tercela dalam kehidupan sosial, bahasa sederhananya tidak boleh membiakkan iri dengki. Jangan senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang. Jangan selalu berprasangka buruk, suudzan. Harus senantiasa berbaik sangka, husnudzan. Wallahu alam bishawab. ***
Tana Kaili, 30 September 2025


Komentar
Posting Komentar