Pitutur Luhur: Samya Amituhu
Oleh: Temu Sutrisno / Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah Di tengah gejolak sosial politik, kondisi ekonomi yang dipenuhi ketidakpastian, dan percaturan global yang sangat dinamis, dibutuhkan kehati-hatian dalam bertindak. Para leluhur Jawa, sejak dahulu kala telah memberikan ancer-ancer, sebuah pitutur bagi anak cucunya menghadapi pergolakan yang tidak menentu, sebuah dinamika mengarah pada kekacauan. Dalam istilah Jawa disebut kalabendu. Pitutur tersebut berbunyi "den samya amituhu, ing sadjroning zaman kalabendu, Yogya samya nyenyuda ardaning ati, kang anuntun mring pakewuh, uwohing panggawe awon.” Untuk memudahkan pemahaman terhadap ukara bijak ini, dapat dibagi dalam empat tembung atau kelompok kalimat. Pertama, den samya amituhu. Tembung ini mengandung makna bahwa manusia hendaknya berhati-hati, waspada, dan mawas diri dalam bertindak. Kata amituhu menunjuk pada sikap eling lan waspada, yakni tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Kedua, tembun...