Wartawan dan Nabi Palsu

Oleh: Temu Sutrisno Tengah hari beranjak sore. Tonakodi berdiri di bordes lantai dua bangunan kantor asosiasi profesi. Tatapannya mengarah pada awan hitam tipis, yang mulai mengarak ke arah perbukitan di sebelah barat kota. Perbukitan yang dulu indah membiru, kini nampak kecoklatan di beberapa titik. Sebagian area menganga seperti menertawakan diri sendiri. Bukit perkasa yang tak mampu melawan kuasa, digerogoti mesin dibongkar paksa, dikeruk, dijual ke pulau manca. Serombongan bangau terbang melintas dari kabupaten sebelah, menuju ke utara. Rombongan burung itu, berupaya menghindari debu yang membumbung mengangkasa. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," sahut Tonakodi menyambut beberapa anak muda. Tonakodi mempersilakan tamunya masuk, sembari menyalami satu per satu. "Tabe le Tonakodi, ini beberapa adik-adik mahasiswa mau belajar, bincang-bincang soal jurnalistik," Ami, sahabat Tonakodi membuka pembicaraan. "Ohh. Baguslah, kalau masih ada anak-anak m...