Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Pitutur Luhur: Netas, Nitis, Netes

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah )   Pernah mendengar p itutur luhur Netas, Nitis, Netes ?   Walaupun pitutur ini terasa asing bagi sebagian besar orang, namun mengandung makna mendalam yang sangat relevan dengan kehidupan modern saat ini . M eski terdengar singkat, ungkapan ini mengajarkan kita tentang siklus kehidupan manusia dari lahir hingga mewariskan nilai kehidupan. Pertama, Netas artinya menetas atau lahir ke dunia. Ibarat telur yang menetas, ini adalah simbol dari kelahiran manusia. Dalam filosofi Jawa, netas berarti awal kehidupan, di mana seseorang datang ke dunia membawa jiwa yang bersih dan penuh harapan. Anak yang lahir ibarat kertas putih, siap menerima goresan-goresan kehidupan. Makna ini mengingatkan kita untuk menyambut kehidupan dengan niat yang baik, menjaga kesucian hati, dan menyadari bahwa hidup adalah anugerah dari Tuhan. Peran orang tua sangat penting. Orang tua bukan hanya membawa anak...

Berpikir Positif

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Pagi yang cerah. Mentari tersenyum memancarkan sinar, menghangatkan pagi. Embun menguap terbang mengangkasa.  Di dego-dego tua , Tonakodi membersamai Ishaq berbincang materi khutbah Jumat, untuk siang nanti. Sesekali Ishaq membolak-balik lembaran buku, sekadar menebalkan referensi. Tak lama berselang, Ryan bergabung.  "Ustaz, sebentar ada jadwal khutbah ya?" tanya Ryan sembari mencomot pisang rebus dari talam. " Oh, iyo eeh . Tugas rutin dari jemaah," sahut Ishaq tersenyum. "Tema apa mo diangkat le?" sela Tonakodi. Seputar berpikir positif untuk kesehatan, kata Ishaq. "Bagus itu. Di tengah kehidupan yang mulai kehilangan kebersamaan, dipenuhi kecurigaan, ketidakpedulian, serta gangguan kejiwaan yang tidak disadari, berpikir dan bertindak positif harus terus digaungkan, ustaz," Ryan mendukung rencana tema khutbah Ishaq. Islam memiliki ajaran yang menekankan pentingnya berpikir positif, karena memiliki dampak pada kesehatan per...

Membumikan Akhlak Rasulullah dalam Kehidupan Digital

Gambar
  Oleh: Temu Sutrisno ( Wartawan Utama Trimedia Grup/Sekretaris PWI Sulteng )   Kemajuan teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, berbagi informasi, dan membentuk opini. Namun di tengah arus informasi yang deras dan budaya digital yang bebas, etika dan akhlak sering kali diabaikan. Dalam konteks ini, meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW menjadi semakin relevan untuk menjaga martabat, kedamaian, dan kejujuran dalam ruang digital. Membumikan akhlak beliau berarti menghadirkan nilai-nilai luhur yang beliau contohkan ke dalam setiap aktivitas kita di dunia maya. Islam bukan hanya agama ibadah, tapi juga agama akhlak. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda , “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari) Akhlak menjadi bagian utama dalam ajaran Islam. Salat, puasa, zakat, haji, semuanya harus berdampak pada pembentukan akhlak. Maka ketika seseorang rajin ibadah tapi lisannya kotor di media sosial, suka menghina, menye...

Pitutur Luhur: Ngunduh Wohing Pakarti

Gambar
 Oleh: Temu Sutrisno ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah ) Pada dasarnya setiap manusia cenderung kepada kebaikan. Meski demikian, baik dan buruk sering silih berganti menghampiri kehidupan manusia.  Agar setiap anak manusia selalu ingat dengan kesadaran terdalam terhadap kecenderungan jiwa kepada kebaikan, para leluhur menitip pesan melalui pitutur luhur  Ngunduh wohing pakarti. Secara harfiah, pitutur ini berasal dari kata Ngunduh yang berarti memanen, memetik, memperoleh hasil. Woh berarti buah, dan Pakarti adalah perbuatan. Dengan demikian Ngunduh Wohing Pakarti dapat dimaknai, memetik buah dari perbuatan. Jadi, secara harfiah artinya adalah "memetik buah dari perbuatan", yang berarti setiap tindakan atau perbuatan seseorang akan berbuah atau berakibat, entah itu baik atau buruk, tergantung dari apa yang ditanam (dilakukan) sebelumnya. Perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan, dan perbuatan buruk akan membawa akibat yang buruk pula. H...

Etika Digital: Santun di Dunia Nyata, Bijak di Dunia Maya

Gambar
 Oleh: Temu Sutrisno  Perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara manusia berinteraksi. Di era digital ini, komunikasi tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Media sosial, aplikasi pesan instan, forum daring, hingga dunia metaverse menjadi ruang baru pergaulan manusia. Namun, perkembangan ini seperti belati bermata dua. Selain memberikan kemudahan juga membawa tantangan baru, salah satunya adalah etika. Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Sementara moralitas menurut KBBI adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adat sopan santun. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep baik, buruk, boleh tidak boleh, patut tidak patut, dan tanggung jawab moral. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat dan prila...

Menabur Kasih Sayang

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Pagi menjelang salat Jumat, semilir angin dingin pengaruh aphelion terasa di kampung Tonakodi. Daerah di pinggiran katulistiwa yang biasanya membara, sedikit lebih sejuk. Seperti biasa, saban hari Jumat Tonakodi memilih beraktivitas di rumah, dari pagi hingga tengah hari menjelang salat.  Menunggu bacaan salawat dan tahrim menggema dari masjid dekat rumahnya, Tonakodi yang telah mandi dan berpakaian bersih menyempatkan membaca buku. Tiba-tiba handphone di meja berdering, membuyarkan konsentrasi Tonakodi melahap bukunya. "Assalamualaikum Om Uchen. Perintah?" kata Tonakodi mengangkat handphone. "Waalaikumsalam. Tabe le, bukan baparentah . Tonakodi ada waktu habis salat Jumat le?" tanya Om Uchen di sambungan handphone. "Siap. Nada-nadanya, Om Uchen mo baundang ngopi ee,"  tukas Tonakodi. Tahrim di masjid berkumandang. Sesaat lagi azan segera dilantunkan. Tonakodi menutup telponnya, bergegas ke masjid dekat rumahnya. Hari itu, khatib meny...

Pitutur Luhur: Eling Sangkan Paraning Dumadi

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah ) Eling sangkan paraning dumadi dalam pandangan hidup orang Jawa memiliki makna yang sangat mendalam dan filosofis.  Secara harfiah, Eling berarti ingat atau sadar. Sangkan berarti asal-usul atau dari mana, dan Paraning Dumadi bermakna tujuan hidup atau ke mana akhir kehidupan berjalan. Makna dari pitutur ini adalah untuk selalu mengingat dan menyadari asal-usul sebagai manusia dan tujuan hidup di dunia ini. Para leluhur mengingatkan manusia dalam kehidupannya agar tidak melupakan jati diri sebagai ciptaan Tuhan. Pitutur ini juga mengajak manusia berlaku bijak, selalu ingat bahwa hidup memiliki arah dan tujuan yang harus dicapai. Dalam konteks spiritual, manusia diingatkan dirinya bukan sekadar mahluk, namun berposisi sebagai hamba Tuhan. Semua ciptaan Tuhan adalah mahluk, tetapi tidak semua mahluk adalah hamba. Bagi orang Jawa, sangkan paraning dumadi juga menjadi acuan yang membedakan manu...

Pitutur Luhur: Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno ( Wakil Sekretaris Paguyuban Kesenian Eko Wandowo Sulawesi Tengah ) Hidup adalah perjuangan. Bukan sebaliknya, berjuang untuk sekadar hidup.Perjuangan menyaratkan sikap gigih dan pantang menyerah. Siapapun dan apapun latar belakangnya, seseorang dapat menggapai kesuksesan, duduk pada posisi yang diidamkan jika dibarengi etos perjuangan dan sikap istiqamah. Temujin dan Cyrus menjadi dua contoh anak yang tumbuh dalam perjuangan, sebelum akhirnya membentuk imperium Mongolia dan Kekaisaran Persia. Keduanya adalah dua bocah yang tumbuh berjuang tanpa privilege orang tua. Temujin menjelma menjadi Genghis Khan dan Cyrus dinobatkan sebagai Kisra Achaemenia-Persia dengan sebutan Cyrus yang Agung (Cyrus The Great) bukan tiba-tiba. Mereka menguasai hampir setengah dunia dengan jejak perjuangan yang panjang. Bukan dengan cara-cara instan seperti anak muda kekinian. Dalam sejarah Nusantara, hal yang sama juga dilakonkan Ken Arok. Putra Ken Endok yang dibuang karena hasil hubung...