Tonakodi-Phubbing
Oleh: Temu Sutrisno
Apa itu Phubbing? Phubbing merupakan kosa kata baru dalam bahasa Inggris, untuk menyebut orang yang anti-sosial. Phubbing adalah mereka yang selalu sibuk dengan Gawai, Gadget atau HP dan mengabaikan orang-orang di sekitarnya.
Kata ini awalnya dipopulerkan
agensi periklanan Mc Cann dari akata Phone Snubbing dan ramai dibicarakan orang
seluruh dunia. Kata ini akhirnya masuk dalam kamus Maquaire.
Tonakodi teringat pernyataan
pimpinan surat kabar yang selalu mengulang, bahwa dia lebih menyukai HP yang
hanya untuk menelpon saja, dibanding HP yang memiliki banyak vitur dan
aplikasi.
Apakah pimpinan surat kabar
tersebut tidak mampu beli HP yang wah? Tentu saja bisa, bahkan HP bermerek
keluaran terbaru sekalipun ia bisa beli. Ia selalu mengingatkan, HP bisa
membuat orang lupa, bisa membuat orang abai kondisi sekitarnya. Khususnya mereka
yang memanfaatkan HP sekadar untuk bermedsos ria.
Tonakodi tidak menyangkal
yang disampaikan pimpinan surat kabar itu. Bagaimana tidak? Phubbing saat ini
telah jadi fenomena yang jamak. Dari rumah hingga rumah ibadah, orang sibuk
memainkan jari-jarinya di atas tombol HP. Bukan sekadar mengabaikan orang di
sekitarnya, Tuhan pun lewat saat HP ditangan. Khutbah para khatib, pendeta dan
pemuka agama tidak lagi menarik bagi umat.
“Masuk rumah ibadah kok bawa
HP. Memangnya mau hubungi Tuhan dengan HP,” batin Tonakodi saat melihat
banyaknya orang di rumah ibadah main HP, saat khutbah disampaikan.
Kerap kali kita menyaksikan
beberapa orang duduk satu ruang atau duduk berdekatan. Tak satu pun mereka
saling bicara, saling menyapa. Masing-masing sibuk dengan HP di tangan, ketawa
sendiri, senyum sendiri. Malah ada yang bicara sendiri mengomentari status yang
dibuat sendiri atau status orang di media sosial.
Phubbing membuat budaya
saling sapa, senyum, salam dan silaturahmi luntur. Phubbing berlawanan dengan
budaya silaturami yang diajarkan Islam.
Ramadan dan Idul fitri,
biasanya dimanfaatkan ummat Islam untuk mempererat tali silaturahmi.
Silaturahmi merupakan salah satu ajaran dalam Islam yang didalamnya penuh
hikmah dan nilai-nilai sosial yang cukup tinggi.
Apa sebenarnya definisi silaturahmi? Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun-Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang. Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturahmi apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan.
Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Dengan demikian Silaturahmi atau Silaturrahim secara bahasa adalah menjalin hubungan kasih sayang dengan saudara dan kerabat.
Silaturahmi termasuk amalan mulia yang ruang lingkupnya tidak terbatas pada sesama manusia, tetapi juga pada alam. Hanya dengan syaitan kita tidak boleh bersilaturahmi. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturahmi, yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada teman-teman dekat mereka yang masih hidup. "Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan" (QS.Al Hasyr : 10).
Rasulullah SAW bersabda "Siapa yang senang dimurahkan jalan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah senang menjalin silaturahmi ".
Apa sebenarnya definisi silaturahmi? Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal dari Rahima-Yarhamu-Rahmun-Rahmatan yang berarti lembut dan kasih sayang. Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang. Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat. Sehingga dengan pengertian ini seseorang dikatakan telah menjalin silaturahmi apabila ia telah menjalin hubungan kasih sayang dalam kebaikan.
Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan (rahim) atau kekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan). Dengan demikian Silaturahmi atau Silaturrahim secara bahasa adalah menjalin hubungan kasih sayang dengan saudara dan kerabat.
Silaturahmi termasuk amalan mulia yang ruang lingkupnya tidak terbatas pada sesama manusia, tetapi juga pada alam. Hanya dengan syaitan kita tidak boleh bersilaturahmi. Bahkan terhadap orang-orang muslim yang sudah wafat pun, Rasulullah SAW tetap menyuruh kita untuk terus menjalin silaturahmi, yaitu dengan menziarahi kuburannya, mendoakannya dan atau berbuat baik kepada teman-teman dekat mereka yang masih hidup. "Tuhanku ampunilah orang-orang yang telah mendahului kami dalam keimanan" (QS.Al Hasyr : 10).
Rasulullah SAW bersabda "Siapa yang senang dimurahkan jalan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah senang menjalin silaturahmi ".
Bagaimana cara membangun
Silaturahmi? Pertama, saling mengunjungi. Hikmah dari sikap Nabi Muhammad
selalu berbeda jalan ketika berangkat dan pulang dari masjid adalah karena
beliau setiap waktu ingin selalu memperbanyak silaturahmi dengan umatnya.
Artinya kitapun harus memiliki budaya yang sama yaitu upayakan memiliki jadwal
dan cara khusus untuk bersilaturahmi dengan sebanyak mungkin kalangan, baik
yang sudah dikenal ataupun yang belum. Baik yang akrab maupun yang tak menyukai
kita. Setidaknya silaturahmi yang baik akan menambah saudara baru dan
mempereratnya, menambah wawasan dan ilmu serta semakin menambah kekuatan bagi
ukhuwah kita. Sering sekali terjadi salah paham karena lemahnya komunikasi dan
kurangnya silahturami.
Kedua, Mengirim hadiah. Nabi Muhammad SAW, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.
Ketiga, Jauhi emosi dalam perdebatan. Jujur saja, perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri.
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik.
Keempat, selalu berusaha mendahului menegur, mengucapkan salam, berjabat tangan dengan ramah dan tulus. “Alangkah indahnya pergaulan yang diwarnai keceriaan, senyum tulus, ikhlas dan sikap membahagiakan serta kesediaan mendoakan kebaikan siapapun. Jangan sampai HP menumbuhkan sikap dan budaya Phubbing, perilaku anti-sosial. Phubbing bukan hanya menjauhkan dari orang sekitar, tapi juga Tuhan,” guman Tonakodi.***
Kedua, Mengirim hadiah. Nabi Muhammad SAW, sudah mengisyaratkan bahwa berkiriman itu akan menambah rasa sayang dan memang kenyataannyapun demikian. Bila ada yang berkirim sesuatu yang bermanfaat bagi kita, pada umumnya akan senang hati dan merasa hutang budi, cenderung lebih memaafkan dan mempererat hubungan.
Ketiga, Jauhi emosi dalam perdebatan. Jujur saja, perdebatan yang banyak terjadi tampaknya bukan sedang mencari kebenaran tapi lebih dekat kepada mencari kemenangan pendapatnya sendiri.
Tentu saja bukan tidak boleh mengadakan diskusi pemecahan masalah, namun harus didasari kesiapan mental yang baik, kesiapan ilmu yang memadai, dan kesiapan mendengar serta berbicara yang baik.
Keempat, selalu berusaha mendahului menegur, mengucapkan salam, berjabat tangan dengan ramah dan tulus. “Alangkah indahnya pergaulan yang diwarnai keceriaan, senyum tulus, ikhlas dan sikap membahagiakan serta kesediaan mendoakan kebaikan siapapun. Jangan sampai HP menumbuhkan sikap dan budaya Phubbing, perilaku anti-sosial. Phubbing bukan hanya menjauhkan dari orang sekitar, tapi juga Tuhan,” guman Tonakodi.***
Tana Kaili 7 Juni 2018
sumber tulisan darimana min?
BalasHapus