Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Lawan Ketidakadilan

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Rakyat marah Sungguh  Rakyat marah Kalian diberi amanah Kalian bersikap layaknya bedebah Kalian lambungkan pajak Saat ekonomi tersedak Kalian bebankan pendapatan pada rakyat seperti penjajah Untuk memenuhi nafsu kalian yang serakah Rakyat marah Saat lapar tanpa pangan Saat derita kian memanjang Saat pekerjaan tak ada dalam genggaman Kalian berjoget kegirangan Menampar wajah mereka yang menyuapi kalian dengan tangan ringkih gemetar Kalian lecehkan pemberi suara yang mengantar kalian ke kursi kekuasaan Rakyat marah Saat koin terakhir dicongkel dari celengan Kalian malah ngotot minta naik tunjangan Segala peringatan kalian bilang ketololan Hai kalian para pelacur kekuasaan Hai kalian para pezina kemewahan  Hai kalian yang buta tuli tanpa perasaan  Moralitas siapa yang kalian omongkan Ajaran agama apa yang kalian agungkan Adat budaya mana yang kalian praktikkan  Tingkahmu Mulutmu Merobek rasa keadilan  Rakyat marah Menggelora Menerjang keti...

Setop Menjadikan Hukum Instrumen Politik Kekuasaan

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Dalam sistem hukum yang ideal, keadilan dan penegakan hukum seharusnya menjadi prioritas utama. Namun,  kita melihat hukum dijadikan sebagai instrumen politik kekuasaan, yang dapat mengarah pada ketidakadilan dan diskriminasi, serta mengabaikan kesetaraan. Salah satu contoh nyata dari hal ini adalah pemberian abolisi dan amnesti Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto. Kewenangan konstitusional Presiden ini menjadi kontroversial karena dapat dianggap sebagai bentuk kekuasaan politik yang tidak berorientasi pada keadilan. Abolisi dan amnesti adalah dua konsep hukum pemberian pengampunan atau pembebasan dari hukuman. Namun, pemberian abolisi dan amnesti harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan transparan, karena dapat memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat dan penegakan hukum. Hari ini, di tengah ratusan ribu orang mendekam di tahanan dan ribuan lainnya berjuang menuntut keadilan, Presiden tiba-tiba mengeluarkan abolisi dan amnesti bagi pelaku kejahata...

Mendung di Langit Hukum

Gambar
Oleh: Temu Sutrisno  Subuh belum jauh beranjak. Matahari menggeliat di ujung timur. Semburat sinar mengintip dari peraduan, siap mengisi perputaran waktu menyambut hari. Tonakodi masih bersimpuh di atas sajadah, saat salam seseorang terucap dari balik pintu. "Waalaikumsalam," jawab Tonakodi, beringsut dari sajadah, membuka pintu menyambut tamu di pagi penuh berkah. Nampak dua anak muda, tersenyum menyapa. Tonakodi tersenyum balik. Ia cukup mengenal dua mahasiswa itu, Elang dan Perkasa. " Te apa pagi-pagi datang ba carita le, Tonakodi? Tidak ba ganggu ?" tanya Elang.  "Tidak, tidak. Saya malah bersyukur Allah menggerakkan hati kalian kemari. Semoga subuh menjadi pintu keberkahan untuk kita semua," ucap Tonakodi seraya mengajak Elang dan Perkasa menuju dego-dego tua di bawah pohon Talise , di samping rumah. Setelah basa basi saling bertanya kabar, Elang tiba-tiba membuka perbincangan yang cukup serius. Bagaimana tidak, Tonakodi yang biasanya akrab dengan ...